Pagi ini ketika kasak-kusuk nyari sebuah buku yang hilang, mataku tertuju pada setumpukan surat, yang akhirnya mau ga mau, jari-jari ini otomatis menilik satu per satu; ada dari adikku bungsuku tersayang, dari sobatku di Medan, teman-temanku ketika di Malaysia, sobat penaku yang belum pernah ku jumpa sampai sekarang...
Ga cukup sampai di situ, penasaran akan isinya, hingga jari-jari ini membuka lembar demi lembar dan akhirnya kata demi kata ditelusuri. Subhanallah, hawa yang dihasilkan begitu berbeda. Surat emang hanya selembar atau paling banyak empat lembar namun mampu hadirkan memori sekian tahun...
Sekarang, silaturahmi tetap terjalin lewat email tapi kenapa serasa ada yang beda ? Surat membawa nuansa sendiri yang ga bisa diungkapin lewat kata... Pokoknya beda! Mungkin karena perjuangan nulis atau ngetik surat, beli amplop, ke kantor pos dan berharap sampai tepat waktu .. itu yang bikin surat jadi punya nilai lebih. Entahlah .. aku lebih sering menitikkan air mata rindu ketika baca surat dibanding baca email. Hmm.. sisi melankolis ku aja kali ya ?
Maafkan aku sobat, jika sekarang aku tak serajin dulu lagi berkirim surat... namun insya Allah aku akan selalu ingat di rangkaian doa-doaku biar kita kembali dipersatukan di surga Allah karena silaturahmi dan kasih sayang yang kita jalin penuh keikhlasan. Amin.
2 comments:
pas baca judulnya kirain surat yang mo dibikin itu, Ni :p
Engga jadi Di, kayaknya biarkan aja flow with wind ...
Post a Comment