Sunday, June 3, 2012

Memaafkan "pengkhianatan"

Dalam setahun ini aku mendapatkan tiga cerita tentang "pengkhianatan".

Pertama,
Seorang isteri merasa dikhianati suaminya saat dia hamil berat. Suami menikah siri dengan seorang wanita yang tak pernah dikenal sebelumnya. Kepercayaan yang selama ini dititipkan terkoyak begitu saja dan sulit untuk dipulihkan. Sang suami bertahan tidak mau meninggalkan isteri keduanya sebagai syarat yang diajukan. Pilihan pilih aku atau dia ternyata tidak mempan dengan alasan : tanggungjawab terhadap kedua isteri sekarang sama! Untuk menggugat cerai pun tak mungkin karena hukum sosial belum tentu berpihak pada seorang "janda", sementara jika tetap bertahan hati serasa disayat-sayat sembilu setiap kali suami minta izin untuk menemui isteri keduanya.

Akhirnya si isteri memberikan pernyataan yang sangat tegas "Jangan temui perempuan itu lagi jika rumah tangga kita masih ingin dipertahankan." Dan suami sepertinya menuruti .. walaupun tetap tidak bersedia menceraikan. Si isteri dengan tegas menyatakan "Kalau ketahuan menemui dia lagi, aku tidak bisa memaafkan dan hidup bersamamu lagi. Kita pisah!" Alhamdulillah dengan ultimatum ini, rumah tangga mereka masih bisa dipertahankan. Walaupun sang isteri mengatakan "Sulit sekali melupakan pengkhianatannya tapi kebaikannya begitu banyak. Dia hanya khilaf."

Kedua,
Seorang isteri mungkin tidak dikhianati secara langsung oleh suaminya karena memang tidak ada bukti ke arah sana. Si isteri hanya menemukan sms-sms mesra dari seorang perempuan yang terbaca jelas melalui layar HP si suami. Sementara sms suami tak satupun bernada mesra tapi membalas setiap sms yang datang dari sang wanita. Sms balasan itu menyiratkan bahwa sang suami memberi ruang agar si wanita bisa masuk ke dialog yang lebih pribadi. Mau tidak mau, sang suami berkontribusi terhadap dalamnya perasaan si wanita tersebut. Dengan logikanya yang masih bisa dikendalikan, isteri meminta kejujuran suami. Sang suami berkata bahwa dia tidak punya perasaan apa-apa, sms-sms itu hanya untuk menghargai wanita itu sebagai rekan kerja.

Isteri akhirnya membuat ketegasan, "Aku hanya ingin mempertahankan rumah tangga kita jika kamu juga ingin mempertahankan. Jika kamu sudah tidak sayang lagi sama aku, bilang baik-baik. Aku memilih untuk tidak lagi bersamamu karena hati tidak bisa dipaksakan." Rumah tangga mereka juga berhasil dipertahankan karena mereka berdua saling introspeksi diri dan memperbaiki cara berkomunikasi, lebih berupaya mendalami apa yang disukai dan apa yang tak disukai pasangan.

Ketiga,
Hubungan rumah tangga yang dibina sudah lebih dari lima belas tahun. Dulu suami yang "mengejar-ngejar" sehingga wanita yang sekarang bertitel "isteri" itu luluh. Suami termasuk laki-laki yang tak pernah neko-neko. Sang isteri cerdas dan cantik. Anak-anak juga sama, perpaduan orang tua yang serasi. Tiba-tiba rumah tangga terusik ketika suami mengakui telah menikah siri dengan seorang wanita. Pernikahan itu telah berlangsung lebih dari satu tahun. Rasa sakit tak terperikan. Kesetiaan terenggut begitu saja karena jarak yang memisahkan. Lebih sakit lagi, ketika disuruh memilih sang suami lebih memilih untuk pergi bersama isteri keduanya, meninggalkan dirinya dan anak-anaknya.

Isteri memilih pasrah dan menerima keadaan dengan mengumpulkan segenap kesabaran. Memilih untuk tetap mempertahankan rumah tangga dan menerima kehadiran "mitra" baru dalam rumah tangga mereka.

Ketiga isteri ini adalah isteri yang kuat hatinya walaupun keputusan yang mereka ambil tidak sama. Ketiganya memaafkan orang yang paling dicintainya dengan cara mereka masing-masing.

Aku tak tahu hikmah lainnya.
Begitu sulitkah mempertahankan kesetiaan bagi seorang laki-laki ?
Benarkah kebolehan untuk berpoligami membuat wanita tak berkutik karena dengan berlatar belakang ayat tersebut pengkhianatan dianggap tak ada ? hmmm....


*midnite 4 Juni 2012*


Tuesday, May 22, 2012

Jangan Cemburui Aku !

Ha ha ha dari judulnya serem ya ? Lagi pengen hiperbola aja nih.
Tubuh meriang karena dalam seminggu ini memang "diforsir" untuk menuruti perintah si empunya. Jadilah hari ini dia protes. Hidung meler, mata panas, otak tidak mampu diajak berpikir yang serius. Arena yang paling tepat untuk berbagi .. ya Multiply donk!

Dalam sejarah per-blog-an, belum pernah aku dikecewakan oleh teman-teman MPers dengan komen-komennya. Beda banget sama jejaring sosial lainnya... hmmm...

Lagi pengen curhat ga jelas nih.
Besar dan tumbuh sebagai seorang wanita tomboy (walaupun sekarang tampilan sudah mulai feminim ha ha ha..) membuatku benar-benar menikmati pergaulan dengan cowo.
Tapi catat lo ya : tanpa sentuhan, tanpa mesra-mesraan ... (harga diri itu tak bisa dibeli bo! dan hanya kita yang punya bandrolnya ... ).

Nah, aku merasa Allah memberiku berkah hidup dari persahabatan tersebut. Terutama dari cowo-cowo yang aku panggil abang. Aku merasa disayang dan diperhatikan oleh mereka. Dari bahasa-bahasa yang diverbalkan, terutama lewat panggilan "adek" atau "adiak" walaupun tanpa kata-kata "sayang". Tapi dengan "kerajinan" mereka menelepon ataupun sms untuk hal-hal tak penting membuatku yakin mereka peduli padaku.

Kadang sms hanya berisi "hai!" atau nelepon hanya bilang "Lagi ngapain ?" dan aku jawab sekenanya "lagi malas" trus dijawab lagi, "Ya udah, lanjutin malasnya" dan telepon dimatikan... ha ha ha... seru kan ? Tapi, buatku ... keanehan, kejailan, kekocakan mereka lah yang membuat hidupku sangat berwarna.

Suatu hari aku berniat untuk sedikit kolokan pada abang angkatku (abang1), minta diajak Tour de Singkarak yang akan berlangsung di awal Juni eh malah dijawab, "Boleh, asal mau ngangkatin tripod abang ya." Waduh! Permintaan yang serius dijawab sekenanya dan aku harus berjuang selama seminggu untuk jawaban "Ya, boleh". Setelah itu, entahlah ha ha ha...

Bahkan, sobat cowokku bisa semena-mena bilang  "Dasar gila loe!" dan ku jawab dengan santai "Gw kuatir klo gw ga gila, loe ga mau lagi temanan ma gw." .. Ah, hanya mereka yang merasa benar-benar dekat lah yang berani mengeluarkan aneka kata buat seorang Patra. Jangan coba-coba sok kenal sok dekat juga, aku ini bisa galak juga lho ... Dan sobatku ini secara tak sadar sering bilang, "Loe emang tahu kelemahan gw. Salut gw!" ketika aku berhasil menghentikan omelannya.

Nah, yang lebih parah .... beberapa orang diantara mereka malah bisa telepon malam-malam atau dinihari hanya sekedar jail dan kemudian nyuruh tidur lagi. Katanya cuma pengen ngetest apakah relawan bencana memang siaga 24 jam (abang2). Tak jarang aku ditelepon tengah malam atau hampir subuh hanya untuk minta aku ngomong di "frekuensi". Setelah itu aku sulit sekali buat tidur lagi .. dan lupa semua yang aku obrolin tadi malam, he he he

Ada juga yang kadang nelfon karena ingin mengisi waktu - bosan menunggu big bos yang sedang ada kegiatan. Dengan senang hati, aku akan mendengarkan cerita-ceritanya tentang apa saja (abang3). Atau kadang, karena bigbos pergi dan si abang nyari sasaran yang bisa "digangguin" tanpa komplen. Jadilah aku pendengar yang baik. Abang ini tidak sejail yang lainnya. Obrolanpun lebih pada seputar hikmah kehidupan, cie.... cie...

Lagi-lagi aku tak pernah bisa marah karena buatku kejailan-kejailan itu adalah sebentuk kedekatan dan perhatian yang aku yakini tak diberikan kepada semua orang. Karena mereka merasa nyaman dengan kecuekan ku.

Dan, suatu ketika seorang abang (abang4) meneleponku untuk mengantarnya ke bandara kemudian menitipkan mobilnya selama seminggu eh tidak cukup sampai di situ.. si abang dengan innocentnya menyuruh aku ke bengkel untuk memperbaiki bagian mobil yang rusak. Jihaaaaah.... mantap benar kan ? Rasa tak bersalahnya "merepotkan" telah membuatku merasa berarti jadi seorang adik.

Akhirnya, mau tidak mau, suatu saat nanti jika aku ditakdirkan untuk berkenalan dengan seseorang yang mungkin akan menjadi imamku, aku hanya ingin berpesan "JANGAN CEMBURUI AKU!" karena dari semua teman cowokku yang banyak, dialah yang dipilihkan Allah untuk jadi pendampingku.

Lagian, nanti cape sendiri mencemburui aku ... yang punya segudang teman cowo

Segitu saja kisahku di siang ini ...

Moga ga jadi demam ...  :)

Tuesday, May 1, 2012

Senangnya Jadi Adik

Siang menuju sore ini ... aku senaaaaang banget!
Dengan tim kajian cepat sistem peringatan dini untuk gempa 11 April 2012 makan siang di Lamun Ombak Khatib Sulaiman Padang. Hasil temuan banyak yang menakjubkan!
Akhirnya terpikir buat advokasi eksekutif melalui kekuatan legislatif. Nah, terpikirlah nama seorang abang dan satu-satunya abang yang bisa membantu. Abang banget lah pokoknya mah secara aku anak sulung.

Eh lagi ngobrolin itu, mejaku disamperin Uda, sahabat baiknya Abang. Bilang abang lagi di ruangan VIP. Pucuk dicinta ulam tiba! Baru aja diobrolin eh abang ada di sana. Setelah menyapa abang sebentar, aku balik ke tim dan mengabari kalau abangku ternyata lagi ada di dalam dan aku janji akan mempertemukan tim.

Dan yang paling membahagiakan, abang ingat janjinya sama aku .. membelikan aku hadiah. Saat itu juga abang memesannya dan jadilah malam ini hadiah itu sudah ada di tanganku. Bahagiaaaaaanya..............!

Oh gini toh rasanya jadi adik ? Makasih ya Rabb, doaku untuk memiliki abang / kakak Engkau kabulkan. Abangku tidak hanya satu dan semuanya baik! Lindungi mereka dengan kasih sayang-MU. Jagalah keluarga mereka dari segala fitnah dan marabahaya karena aku tahu, mereka semua adalah pencinta-MU.

Sekali lagi, makasih ya Allah.... Engkau Maha Baik, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang


Thursday, April 19, 2012

Bukan Tak Terganti

Setiap kali ada yang menanyakan tentang ketenanganku dalam kesendirian, lisan ini melontarkan kalimat, "Belum nemu yang sebaik dia." Duh! Padahal sama sekali ga pernah diset otak ini buat memerintahkan mulut bicara begitu.

Dalam apapun bentuk hubungan, orang pasti membutuhkan rasa nyaman. Persahabatan, persaudaraan, pertemanan... apalagi hubungan yang akan berlanjut pada pernikahan. Hahaha kebanyakan mikir dan pertimbangan nih gw.

Nah, ga salah juga donk klo hati gw bilang kalau rasa nyaman yang dia hadirkan begitu menyatu dengan detak kehidupan. Bukan tak bersyukur juga, kalau banyak yang ngasih perhatian dan gw balas dalam bentuk perhatian yang tulus tanpa "embel-embel" masa depan. Cukup segitu saja.... dan gw sangat bersyukur.

Buat yang satu itu ? Hmm... gw butuh kenyamanan yang setara dengan yang pernah dan masih dia berikan. Ahaaaaay... jatuh hati pada pribadinya tak berkesudahan.

Tapi bukan berarti dia tak terganti lho..........  dan emang dia ga akan pernah terganti karena pribadi tiap orang berbeda. Ini hanya tentang pilihan hati dan ketentuan takdir.

Santai sajalah.... 

Sunday, April 15, 2012

Welcome to My Family, Abang

Senangnya ....
Sabtu kemaren (14 April 2012) abang angkatku resmi diterima menjadi bagian dari anggota keluarga Parkit 7. Entah abang yang keberapa tapi setidaknya tidak semua abang punya kesempatan untuk diterima dengan baik di keluargaku.

Papa dan mama mempunyai intuisi khas untuk menerima atau tidak menerima seseorang menjadi "bagian" dari anggota keluarga dan abang yang satu ini lolos sensor. Papa keliatan bahagia sekali dapat lawan ngobrol yang nyambung. Tapi kayaknya si abang harus bersabar karena papa hobi sekali mengulang-ulang kalimat sampai puas ha ha..

Sementara mama, seperti biasa .. lebih banyak curhat tentang penyakit beliau dan betapa bahagianya sekarang sudah bisa melepaskan tongkat yang menopang tubuhnya selama lima bulan ini.

Uul juga sangat welcome, biasanya frekuensinya sulit disamakan dengan teman-teman baruku. Ada aja kritikannya... yang temanku ga balas salamlah ... yang becandanya keterlaluanlah tapi abang sepertinya lolos fit and proper test he he he

So, welcome to my family, bang....!

with love
adek

Friday, April 6, 2012

Rindu Kamu

Ah, lama sekali tak merasakan sensasi rasa ini
Rasa yang melukis lengkung di bibirku ketika mengingatmu
Rasa yang tak biasa
Memabukkan hingga ku tak ingin tersadar
karena tak sanggup kehilangan kamu

Aku rindu
tapi tak mampu ku bahasakan
Aku rindu
tapi hati ini malu tuk ungkapkan

Cukup bahagiaku ketika mengetahui kamu baik-baik saja
Biarlah ku tahan rindu ini
karena begitulah cara aku menyayangimu

Mungkinkah kau tahu?
Rindu!

Wednesday, April 4, 2012

Selamat Jalan, Afrizal

Tak ada yang abadi...
Begitulah adanya dunia ini
Walaupun begitu, wajar kan kalau rasa kehilangan memenuhi ruangan batin ini ketika salah seorang teman berpulang ke rahmatullah, apalagi dengan "jalan" yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.

Afrizal Cotto, begitu dia ingin dipanggil. Seorang petinju asal Sumbar. Di awal perkenalan, aku sama sekali tak mengenalinya sebagai petinju karena kami dipertemukan oleh sebuah program Pengurangan Risiko Bencana. Afrizal diutus oleh instansi tempatnya bernaung- PDAM hingga menjadi anggota kelompok kerja (Pokja) Penyusunan Sistem Peringatan Dini Multi Ancaman, kerjasama KOGAMI dengan UNDP-SCDRR.

Dalam meeting pertama, dia tak banyak bicara tapi di meeting-meeting selanjutnya, dia selalu menyempatkan diri untuk bercerita. Betapa dia sangat concern dengan data-data yang dibutuhkan oleh tim dan tantangannya untuk meminta data tersebut kepada pimpinan karena dia hanyalah seorang staf.

Terakhir, di saat organisasiku (KOGAMI) menyelenggarakan Jambore Siaga Bencana Sekolah (JAMSIBES) Februari lalu, Afrizal hadir. Dia sempat membetulkan kran tanki air PDAM yang lepas. Kemudian bercerita kalau dia akan menikah di pertengahan April. Afrizal juga mengatakan kalau dia sudah cape bertarung. Dia ingin menjalani kehidupan normal bersama isterinya nanti.

Ah aku tak tahu kalau tanggal 30 September, dia bertarung dan dengan jalan inilah takdirnya berpulang ke rahmatullaah. Aku dapat kabar kepergiannya justru dari status FB seorang teman yang merupakan awak media. Afrizal menghembuskan nafas terakhir di RS. UKI Jakarta setelah berjuang selama 4 hari.

Selamat jalan Afrizal. Kebaikanmu akan selalu ku kenang

Hari ini aku merasa kehilangan ..

*Berita tentang meninggalnya Afrizal

Monday, April 2, 2012

Untuk Seorang Sahabat : "Kamu Istimewa!"

Hari ini dia menelepon, seperti biasa. Setidaknya dalam sebulan dia tak pernah absen menanyakan kabar. Setiap kali pula, aku bisa tertawa lepas. Setelah 10 menit ngobrol ngalur ngidul, kami saling berucap salam. Tak ada yang istimewa tapi kenapa perasaan dan pikiranku seperti kompak untuk menanyakan sesuatu, "Tidakkah kamu sadar kalau dia adalah sahabat sejati buatmu? Dia selalu ada di saat kamu harapkan atau tidak, di saat kamu butuhkan ataupun di saat kamu tak ingat sama sekali." Hmm... bisikan hati itu menyadarkanku bahwa dia adalah sahabat istimewaku! Walaupun kami tidak mendeklarasikan persahabatan itu. Benar-benar tak pernah! Semua mengalir begitu saja.

Tanpa aku perintahkan, memoriku memutar ulang kebersamaanku dengannya. Pernah satu ketika, aku marah besar karena dia mengambil sebuah keputusan yang salah (menurutku) dalam hidupnya. Aku tidak bisa menerima kejujurannya, padahal katanya waktu itu .. akulah orang satu-satunya yang dia percaya untuk mendengarkan masalahnya. Dengan alasan itu juga, aku tidak bisa terima ketika dia menafikan saran-saranku. Untuk apa meminta saran, kalau kemudian keputusannya akan tetap sama ? Huh! Sempat aku tak mau mengangkat teleponnya dan tidak membalas smsnya. Bukan aku tidak mau tapi aku hanya ingin dia tahu kalau aku sangat marah (padahal ga ada untungnya sama sekali ha ha ha... tapi mau gimana lagi, kolokanku kambuh).

Betapa hebat dan sabarnya dia. Dia tetap berupaya menelepon atau berkirim sms, tak peduli apakah aku angkat atau tidak,  aku balas atau tidak.

"Aku tahu kamu sangat marah dengan keputusanku. Aku tahu itu salah, kamu berhak marah karena kamu sahabatku. Marahlah ... karena aku tahu marahmu karena peduli. Maafkan kesalahanku."

Sms serupa itu selalu dikirimkan sampai akhirnya aku luluh. Dulu, buatku hal ini tidak terlalu istimewa karena memang semua terkesan biasa saja. Bukankah wajar seorang sahabat marahan trus baikan ?

Tapi, setelah melewati berbagai kisah persahabatan...  hatiku mulai berkata, "Dia sahabat sejatimu! Di saat sahabat-sahabat lain mengurangi intensitas komunikasi karena jarak yang memisahkan, dia tetap menghubungimu." Begitulah... pagi ini aku merenung sangat dalam. Dia memang istimewa, sangat istimewa!

Tak ada lagi kisah hidup yang bisa aku sembunyikan karena aku sangat yakin dia bisa menyimpannya dengan rapi. Tak ada lagi upaya untuk menyembunyikan identitas diri karena aku yakin dia menerima aku apa adanya. Tak ada lagi kemarahan yang tak bisa diekspresikan karena dia tahu itu hanya untuk sesaat. Tak ada lagi kecurigaan karena masing-masing jujur dengan perasaan dan perjalanan hidup yang tak selamanya indah.

Maafkan aku sobat, baru pagi ini aku menyadari ... bahwa kau telah menjadi sahabat sejati buatku sejak lama...

Ah, jadi ingat kalau kau lah satu-satunya yang berani meneleponku tak berbatas waktu! Dan aku harus rela bangun dari tidur lelap pada dinihari hanya untuk mendengarkan celotehmu walaupun di esok pagi aku lupa semuanya ha ha ha... 

Makasih sobat

Atas kesabaranmu selama ini

atas ketidakpedulianku ...

atas marahku .. ngambekku...

dan segala kekonyolanku ...

kamu memang istimewa!

hari ini KOGAMI pindah ke rumah baru, semoga kebersamaan ini tetap kokoh di antara ujian dan rintangan ... aamiin

Sunday, April 1, 2012

Persahabatan Pria dan Wanita

Suatu kali aku ditanya seorang teman, "Menurutmu mungkin ga sih ada persahabatan yang benar-benar tulus antara seorang pria dan seorang wanita?"

Aku nanya lagi, "Maksudmu?"

Si teman menjelaskan, "Maksudku... apa mungkin persahabatan itu benar-benar murni tanpa ada yang akan jatuh hati salah satunya? Kalau ga si wanitanya, ya si prianya."

Waktu itu, aku menjawab "Sangat mungkin!" Karena pada waktu itu aku punya setidaknya tiga orang sahabat cowo yang ga pake perasaan aneh-aneh. Kita saling cerita, saling telepon, kadang pergi bareng .. makan, ke toko buku, nemanin dia nyalurin hobinya yang kadang buatku membosankan, pokoknya bebas sebebas-bebasnya dah... ! Eits, jangan mikir yang aneh-aneh ya pembaca he he he...
Persahabatanku dengan mereka waktu itu ga pernah bikin hati ragu, gitu.. Semua ngalir apa adanya.

Sampai suatu saat, seorang sahabat cowoku menyatakan perasaan sukanya kepadaku. Gubrak! Kejadian deh... seperti yang disangsikan oleh temanku yang bertanya tadi. Hmm.. mesti gimana sekarang ? Di satu sisi, aku ga mau persahabatanku terganggu.. di sisi yang lain, aku harus ngasih ketegasan klo aku cuma ingin bersahabat saja, tidak lebih. Duh, ternyata emang repot kalau sahabat kita jadi jatuh hati ...

Alhamdulillaah... aku bisa mengatasinya dengan baik. Persahabatan kami kembali bisa dipulihkan walau butuh waktu. Kebersamaan ternyata bisa merubah perasaan seseorang. Ah, ternyata memang tidak mudah membina persahabatan dengan lawan jenis. Kita harus kuat-kuat mengelola hati. Apalagi jika sahabat itu sudah mempunyai isteri, maka mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus menjaga perasaan isterinya walaupun itu sebenarnya bukan kewajiban kita tapi kewajiban si sahabat kita yang notabene adalah seorang suami.

Dalam perjalanan persahabatanku dengan laki-laki ... (dari kecil udah tomboy sih.. jadi lebih suka temanan ama cowo), tak jarang aku dicemburui oleh isteri-isteri para sahabatku (ciaaaaaah para sahabat.... lebih dari 5, udah boleh donk bilang para sahabat he he). Risiko seorang jomblo kali ya .. ?

Ah, kembali pada niat .. Jika kita emang ingin bersahabat dan benar-benar menyayangi sahabat kita, maka kita harus membuatnya lebih mengutamakan keluarga dan orang yang mencintainya dibandingkan kita. Jika isteri/suami sahabat kita cemburu, maka maklumilah ... karena mana ada seorang isteri/suami ingin suami/isterinya lebih memperhatikan orang lain yang hanya berjudul "sahabat". Dan suatu saat, kita harus mampu mengorbankan persahabatan jika persahabatan tersebut telah sampai pada tahap mengancam keutuhan rumah tangga sahabat kita.

Begitulah ... bijak menyikapi persahabatan, antara Pria dan Wanita :)

Salam Persahabatan!

Thursday, March 15, 2012

Seni Berkomunikasi

Orang yang talkactive belum tentu cakap berkomunikasi. Itu betul sekali! Dan hari ini aku dapat pelajaran yang sangat berharga. Hari ini aku melakukan kesalahan komunikasi. Karakterku yang lugas kadang tidak sempat memikirkan apakah kata-kataku akan membuat lawan bicaraku suka atau tidak. Aku bicara tanpa beban karena memang buatku dunia itu tanpa beban. Kalau orang salah berkomunikasi denganku pun aku anggap, "Ah itu memang stylenya dia." Ga pernah ada yang masuk ke hati. Kalaupun ada yang tidak mengenakkan, paling aku menarik diri sebentar kemudian memulai lagi komunikasi dengan hati yang sudah tenang.

Tapi tidak semua orang bisa menerima cara berkomunikasiku yang terlalu lugas. Udah berusaha sedaya upaya tapi ternyata masih ada nyangkutnya. Sepertinya aku harus ngambil kursus komunikasi nih agar menguasai seni berkomunikasi. Seni komunikasi ternyata tidak semudah teori, perlu praktek terus-menerus dengan seluruh golongan. Berhasil dengan sekelompok orang, belum tentu berhasil dengan kelompok lainnya.

Intinya : hari ini aku mengakui aku harus lebih banyak belajar seni berkomunikasi ...

Wednesday, March 14, 2012

Leadership is Lonely

MP,

Aku lagi ga tahu nih mau curhat sama siapa. Sebagai pimpinan sebuah organisasi aku harus pandai-pandai memilih teman curhat. Salah-salah, bukan masalahku aja yang ga selesai tapi organisasiku juga bisa dipertaruhkan. He he jadi ingat waktu menghadiri Young Asia Leadership, dimana para pemimpin muda asia waktu itu punya jargon "Leadership is Lonely". Kalau dipikir-pikir sih betul juga. Bawahan punya masalah bisa curhat sama atasan tapi atasan kalau punya masalah harus mikir berkali-kali .. harus curhat atau ga, kalau mau curhat sama siapa .. karena dia tak lagi menjadi dirinya sendiri tapi dia menjadi bagian dari kelompoknya.

Begitulah ..

Sebenarnya kali ini bukan masalah besar sih say. Ada orang yang merasa punya masalah denganku tapi dia ga pernah ngomong ke aku. Nah lo, buatku .. ketika orang ga menyampaikan sesuatu padaku, aku anggap aku ga punya masalah apa-apa sama dia. Logic ga sih ?
Teman-teman bilang, status-status FB nya ditujukan kepadaku .. tapi aku tetap aja pada pendirianku, selagi dia ga tulis namaku .. aku ga peduli. Benar-benar, for me ... Life is so simple, so beautiful .. dan ga harus dirusak oleh hal-hal ga penting.

Lagian kalau benarpun, aku takkan pernah melayani dengan cara yang sama. Bagiku pantang sekali, punya masalah dengan orang lain trus aku "bernyanyi" di belakangnya. Islam juga punya aturan keras tentang itu "Bergunjing hukumnya sama dengan memakan bangkai saudara sendiri."
Hari ini, orang yang dimaksud kirim email kepadaku dan bilang kalau dia terganggu dengan status-statusku. Dia merasa status-status itu ditujukan kepadanya, padahal yang aku tulis adalah tentang Positive Thinking, Memberi Lebih Baik dari Menerima, Arti Damai, Arti Memahami dan segala hal berlaku umum lainnya untuk kebaikan.

Hmm.... jadi ingat kamu MP. Aku nulis apapun, ga ada tuh teman-temanku MPers yang protes. Semua benar-benar seperti saudara di sini. Kok beda ya ?
Hari ini aku benar-benar ingin curhat walaupun aku pasti akan ngomong langsung sama seseorang itu. Setidaknya izin aku untuk berkata, Leadership is Lonely.

Makasih MP yang baik
Aku ngelanjuitin kerja dulu ya...

Semangat!
*lebih baik mikirin someone yang akhir-akhir ini bikin hidupku lebih bersemangat*

Monday, March 12, 2012

Alhamdulillaah... Teteh dan Aa, I love you!

Senangnya mendengar kabar gembira hari ini. Teh Ninih dan Aa Gym resmi menikah lagi. Subhanallah, begitulah keagungan Allah dalam memperlakukan hamba-hamba pilihan-Nya.

Semoga apapun yang terjadi, semakin menguatkan iman kedua guruku

Alhamdulillaah.........  I really love you, both!

13 Maret 2012 pk. 09.00 WIB di istana dunia

Pk.09.00 pagi ini

Aku blingsatan sejak semalam. Kabar gembira ku terima mengenai sepasang insan yang saling mengasihi kemudian pasrah menjalani takdir perpisahan untuk sementara waktu. Aku bisa merasakan luka yang menganga dan terus berdarah di saat hati itu tak lagi satu. Wajah itu selalu tersenyum tapi matanya tak dapat berdusta. Kekasih hati yang dicintai selama berpuluh tahun dan telah menitipkan sederet amanah Allah dalam titisan nyawa putra putri yang disayang harus berbagi cinta dengan yang lain. Makin perih ketika kenyataan mengharuskannya tersingkir, terdepak tak berdaya.

Bulir-bulir air mataku memang tak pernah terlihat tapi kesedihan itu telah berpindah ke pembuluh nadiku, sangat dalam. Aku terluka karena sahabat baik ku terluka.

Alhamdulillah pk. 09.00 pagi ini dengan ridha Allah.. sahabatku mendapatkan kembali cintanya. Kesabarannya mampu menyatukan hati itu kembali. Lagi-lagi aku bahagia........!
Semoga hati itu tetap satu sampai ke syurgaNya. Aamiin..........

Saturday, March 10, 2012

Phnom Penh to Ho Chi Minh City "Bus Milik Kami Berdua"


10 Februari 2012

Alhamdulillaah meeting selama tiga (3) hari ini berakhir! Jiwa petualang sudah mendesak untuk disalurkan. Barang-barang sudah dipack dari tadi pagi. Bus pun sudah dipesan dari kemaren melalui telepon. Aku cek lagi hasil survey kecil-kecilan yang sempat aku print sebelum berangkat. Nama guesthouse, perusahaan taxi dan objek wisata yang harus dikunjungi  menambah keyakinan perjalanan ini akan baik-baik saja. Bismillaah…

Hari terakhir 10 th annual meeting of Asian Disaster Risk Reduction Network (ADRRN) selesai lebih cepat dari waktu yang tertulis dalam agenda. Aku dan Mba Hening, mitra kerja yang telah menjelma menjadi saudara, sepakat untuk meninggalkan Phnom Penh Hotel (Kamboja) pk. 13.45 waktu setempat karena bus terakhir dari Phnom Penh (di dalam daftar surveyku adalah Mailinh Company) berangkat pk. 14.30 teng!

Dari ruang meeting, kami naik dulu ke kamar buat cek dan ricek kalau masih ada barang yang ketinggalan. Yup! Semua selesai dan tinggal angkat. Jadi, masih bisa makan siang bareng peserta lainnya. Sudah dipatok waktu makan siang hanya 15 menit, tidak boleh lebih.  Yes, we can do it!

Jarak perusahaan bus dari Phnom Penh Hotel kurang lebih 4 km. Itu artinya Cuma butuh waktu 15 menit paling lama menuju ke sana. Rencana sepertinya sempurna!

Suasana makan siang sekaligus perpisahan dengan teman-teman peserta meeting berlangsung hangat walaupun mengejar waktu. Sekalinya ngelihat jam, what ?! Jarumnya mengatakan sudah pk. 14.00 tepat. Hiyaaaaah… mba Hening masih sempat cipika cipiki dan sayonara sayonaraan.

Dengan senyum dan bahasa isyarat yang aku yakin hanya dimengerti oleh Mba Hening, aku ingin mengatakan “Come on mba, kita belum check out!”. Untuk si mba ngerti. Kami berdua lari secepatnya ngambil koper, lari lagi ke resepsionis. Selesai sudah satu sesi perjuangan.

Pk. 14.05, buru-buru keluar minta dipesankan taxi. Engga pake mikir lagi transportasi termurah, yang penting bisa nyampe di tempat bus sebelum bus berangkat. Setelah dua menit nunggu, taxinya datang. Ya ampuuuuun, keren amat mobilnya. Bayarannya berapaan nih ? Masa bodo ah, bisa patungan ini. Otak masih coba mengira-ngira overbudget ha ha ha padahal perjalanannya juga baru akan dimulai. Alangkah enaknya jadi orang kaya … dung dung .. otak berkhayal yang ga penting di saat tak tepat.

“It is only 5 dollar” begitu sih klo ga salah staf Hotel bilang, sambil menerangkan kepada supir tempat yang kami tuju. Sssst… di Phnom Penh masih ada supir taxi yang ga bisa bahasa Inggris lho. Aku sempat menitipkan pesan, “please tell him, we need to arrive in 10 minutes”.  Staf hotel meyakinkan kalau semuanya oke, sementara aku masih lihat si supir kebingungan. Sepertinya dia masih mikirin lokasinya dimana. Pk. 14.12, duh! Wow… benar-benar berpacu dengan waktu. Ikthiar dimaksimalkan.

Aku tanya supir ongkosnya berapa, biar bisa siap-siap. Dia jawab, “7 dollar”. Alamaaaak… ya sudahlah, telat gini gimana bisa nawar lagi ? Dalam perjalanan ku telepon lagi perusahaan bus, minta mereka menunggu. Dari seberang sana suara seorang wanita dengan lembut berkata, “Yes mam, our bus leaving at 14.30.” Dan … eng ing eng…. Hal yang tak pernah diprediksi sebelumnya. Tiap menit ketemu perempatan yang ada lampu merahnya! Masing-masing penunjuk digitalnya menunjukkan angka 70 detik setiap kali lampu merah nyala. Mana kendaraan rapat walau ga bisa dibilang macet. Ya Rabbi……..!

Pk. 14.28, sepertinya lampu merah terakhir sudah dilewati. Aku telepon lagi perusahaan bus untuk memastikan kami hampir sampai. Dengan tenang, si pemilik suara lembut tadi menjawab, “The bus just left”. Aku berusaha beragumentasi, “It is not 2.30 yet” tapi dia bilang, “It is 2.30 and the bus already left”. Ya sudahlah… ikhtiar sudah maksimal. Tak ada yang perlu disesali.

Mba Hening mengusulkan balik ke hotel tapi aku belum puas kalau belum ke perusahaan busnya langsung dan menanyakan perusahaan lain yang memberangkatkan bus terakhirnya lebih sore.  Supir taxi ga tahu apa yang terjadi, dia malah makin slow … 191 … 193 .. “Ya ampun pak, nomor 391 itu masih jauh banget!” Dang ding dong ..dia ga ngerti ha ha ha ..

Tiba-tiba dari arah berlawanan ada bus dengan tulisan Ho Chi Minh City. Mba Hening langsung teriak, “Itu.. itu…!” Serta merta aku bilang ke supir, “Cath… catch…catch…!” hua ha ha saking paniknya, Englishpun jadi belepotan. Terserah deh.. yang penting si supir ngerti.

Kalau tadi aku sempat menggerutu soal lampu merah yang di tiap perempatan, kali ini aku bersyukur sekali di depan ketemu lampu lagi merah. Yes, bus kesusul…….. dan mau naikin kita. Jadi deh ke Ho Chi Minh nya, horeeeeeeeee……….. !! Ongkos taxi aku bayar 10 dolar (US) karena si supir ga punya kembalian. Alhamdulillaah…….

Dan, hanya kami berdua di bus itu ……….. Kereeeeeeeen….! Let’s go!

Aku dan mba Hening girang banget. Supir dan kondektur busnya sangat ramah walaupun ga seorangpun bisa berbahasa Inggris.  Seringkali mba Hening harus membuat coretan agar mereka lebih mudah memahami.  Sabarnya si mba ini …

Hanya satu jawaban yang aku inginkan saat itu, apakah bus ini (Khai Nam bus) berhenti di daerah Pam Ngu Lao karena seluruh penginapan yang aku survey berada di sepanjang daerah tersebut. Jihaaaaaah… mereka ga ngerti! Pasrahlah sudah …

Perjalanan dari Phnom Penh ke Ho Chi Minh akan sangat membosankan bagi yang tidak punya jiwa berpetualang. Yang terlihat hanyalah desa-desa yang tandus, sapi-sapi kurus dan beberapa orang bersepeda menyusuri jalan. 

Tiba-tiba bus masuk ke sebuah terminal dan aku baru nyadar kalau itu pintu masuk Neak Leoung Port. Hahaha perjalanan yang menakjubkan. Dari kisah traveler yang aku search, ga ada tuh yang mengisahkan bakal ada perjalanan naik ferry begini. Asyik… asyik…  Aku menikmati setiap detik perjalanan ini.  Waktu tempuh ferry ga sampai 10 menit.

Pk. 17.08 sampailah kami di perbatasan. Kondektur memberikan isyarat kalau kami harus turun bawa koper dan cap paspor. Di sini prosesnya ga lama karena memang hanya untuk cap paspor keluar Kamboja. Lebih kurang satu menit saja dan naik lagi ke bus.

Pk. 17.14 sampai di kantor imigrasi Vietnam. Kali ini kondektur member isyarat kalau kami harus membawa koper. Paspor dia yang pegang. Di sinipun ga lama, cuma lima menit. Itupun sudah pakai ngantri untuk cap paspor masuk Vietnam dan scan koper. Selanjutnya, jalan dikit ke arah penjaga (kurang lebih 50 meter) untuk menunjukkan kalau kami sudah dapat visa. Beres! Naik lagi ke bus.

Pk. 18.08 berhenti makan di emperan.  Pastinya susah untuk mengetahui apakah makanan tersebut halal atau engga. Yang penting, aku dan mba Hening sudah menghindari yang meragukan. Kami makan nasi pakai telor mata sapi saja. Harga makanan sudah include dalam harga tiket yang USD 9.  Lumayanlah bisa meluruskan kaki selama 20 menit.

Akhirnya sampailah kami di Ho Chi Minh City. Di sinilah kami baru tahu kalau bus ini tidak berhenti di Pam Ngu Lao. Kondektur dan supir bus membantu mencarikan taxi. Saat itu, jam menunjukkan pk. 19.45. Taxi nya milik Mailinh Group, termasuk yang recommended selain Vina Sun taxi.

Pk. 20.15 sampailah kami di kawasan backpackers Pam Ngu Lao. Setelah membayar ongkos taxi sebesar USD 6, kami segera geret koper menuju PP Backpackers yang udah diincar, tapi ternyata nih penginapan udah penuh. No worry. Cari lagi aja… 

Baru sebentar jalan, ada seorang ibu pakai scooter menawarkan penginapan. “You look for guest house, come to my house. It’s very cheap, only USD 15.” Mba Hening mentah-mentah nolak karena aku bilang klo di sini banyak guest house dengan harga 5-6 dollar per malamnya. Akhirnya ibu itu menurunkan harga, “Ok, I give you 12 dollar for one room per night. It is special price for you. Many Malaysian people stayed at my guesthouse because they can cook. You also can cook.” Kegigihan ibu tersebut berhasil membuat kami mengikuti scooternya. Dan sampailah kami pada Ms Thu Guest House pada pk. 20.25 waktu setempat. Wow, kamarnya bersih, bed nya besar kalau buat dua orang, kamar mandi di dalam, lemarinya gede, pakai TV dan AC pula! Benar-benar murah! Alhamdulillaah…. Langsung menyatu dengan tempat tidur ha ha ha ….

Perjalanan yang menyenangkan.

Tips :

  1. Sediakan waktu satu jam dari perencanaan untuk situasi terburuk seperti kesasar atau macet di jalan
  2. Jika backpack berdua atau lebih, harus rajin saling mengingatkan karena kewaspadaan akan berkurang dibanding kita backpack solo
  3. Survey kecil-kecilan sebelum mengadakan backpack sangat membantu pada situasi sulit

 

 

 

 

 

 

 

Thursday, February 16, 2012

Aku Bertemu Nazarudin di Brisbane

Aku tak begitu betah menonton televisi karena beritanya suka bikin gerah dan membangkitkan emosi, sepertinya berita tanah air didominasi oleh berita-berita provokatif-non edukatif. Namun malam itu televisi jadi teman setiaku yang lagi tak enak badan namun tetap harus menyelesaikan tugas-tugas kantor. Setiap kali mata lelah dan jari telah penat menekan tuts-tuts laptop, aku lirik sebentar layar segi empat itu. Ah, tetap saja .. hatiku tak tertarik.

Sampai suatu iklan mampu menyedot seluruh rasa penasaranku. Iklan gantungan kunci! (aneh banget ya .. ada iklan gantungan kunci?) dan gantungan kunci itu hanya ada di Brisbane, Australia!

Aku harus mendapatkannya… harus…! Ku hitung-hitung tabungan.. cukuplah untuk membeli tiket pp, makan dan nginap satu malam serta untuk membeli gantungan kunci itu pastinya. Yes..!

                                                                  ***

Duh! Kerongkonganku tiba-tiba tercekat, jam sudah menunjukkan pk. 16.00 WIB, yang artinya pesawatku telah berangkat. Oh tidaaaaaaaaaaaak…. aku panik setengah mati. Barang-barang yang sudah dipacking seakan-akan menertawakan keteledoranku.

Tunggu..! Cek lagi tiket.. Aha..! Ternyata aku salah lihat, pesawatku  pk. 18.00 WIB, yang artinya masih ada waktu yang lebih dari cukup menuju Bandara International Minangkabau (BIM). Alhamdulillaah.. tiket ga jadi hangus. Mama, papa dan adikku geleng-geleng kepala melihat ku yang kalang kabut. Mereka tak pernah melihatku un-well prepare begini. Terserah deh.. di otakku hanya ada gantungan kunci itu!

                                                                      ***

Singkat cerita.. sampailah aku di Brisbane. Entah bagaimana aku bisa kesasar ke dalam sebuah gedung, yang ternyata itu adalah gedung pengadilan! Hmm.. gedung pengadilannya kayak mall, pastilah para tersangka senang diadili di sini he he he…

Tiba-tiba dari kejauhan, sebuah wajah yang sangat ku kenal melambaikan tangan dan memanggil namaku dengan sapaan akrab, “Patra…. Patra….. hey… “. Lelaki itu menghampiriku sambil tetap menebar senyum hangat. Ya ampuuuun… Itu kan Nazarudin, yang wajahnya sering menghiasi televisi akhir-akhir ini. Kok dia kenal aku ya ? Gawat! Aku ga ingin ikut-ikutan terbawa kasus ah..

 

Tapi harus bagaimana sekarang, ku sudah berada tepat di hadapannya. Dia melanjutkan sapaan, “Kok loe bengong ngeliatin gw ? Gw berubah banyak ya ?” Idiih, nih orang kayak yang ga bermasalah aja, sungguh ramah, sopan dan bersahabat, tanpa beban. Lama-lama aku mikir, “Jangan-jangan aku yang amnesia kali ya ?”

Aku hanya bisa membalas dengan senyuman sambil berbasa-basi dikit.

Belum habis rasa terkejutku dengan sapaan Nazarudin eh dari dalam ruangan sidang muncul satu orang lagi. Duh..! Ini lebih bikin kaget, jantung hampir berhenti berdetak. Wajah laki-laki muda ini begitu aku kenal. Hampir sepuluh tahun kami mempunyai ikatan persaudaraan. Tapi, mengapa dia ada di sini ya … ?

Penampilannya sungguh beda. Dia terlihat gagah dengan pakaian kebesarannya sebagai pengacara.

“Uni….! Bengong aja! .. Ga senang ya ketemu aku di sini ? Kan udah lama kita ga ketemu.”

Masih bingung, aku nanya, “Lha, kamu ngapain di sini ? Udah pindah ? Kok ga ngasih tahu?” Karena baru sebulan lalu aku berkomunikasi dengannya dan isterinya, mereka masih menetap di Jakarta. Nah lho, kok sekarang ada di Brisbane ? (sejenak.. gantungan kunci terlupakan)

 “Alhamdulillah ni, adikmu yang ganteng ini sekarang jadi pengacaranya Nazarudin. Uni menyimak kasusnya kan?”

(dalam hati : ya iya sih.. tapi kok kamu ga pernah keliatan di TV ?)

“Uni pasti bangga, adik uni sekarang udah jadi orang… hayo.. ngaku … jangan bengong aja.”

                                                                               ***

“Bundo…. bangun bundo, udah setengah tujuh…!” (Lha suaranya kok jadi ganti suara anak kecil?)

 Dengan malas ku buka mata dan ponakanku nan cantik sudah berada tepat di samping tempat tidurku. Nazarudin dan adik angkatku yang pengacara itupun hilang begitu saja. Oalaaaah… ternyata aku mimpi toh ?

Pantes aja dari awal .. ceritanya udah ga jelas framenya ha ha ha ha….

 

Setelah aku telusuri, penyebabnya adalah :

1. Aku terlalu excited kedatangan teman lama yang sekarang lagi ngambil program Doktor di Brisbane

2. Aku kangen sama adik angkatku (pengacara) yang udah  lama ga kontak

3. Tiap kali nonton Tv, yang keluar adalah tayangan tentang Nazarudin

Akhirnya, otakku mengolahnya menjadi sebuah mimpi …  lucu juga tapi he he he

tapi tetap ga ada clue buat si gantungan kunci...  hmm.. ada apa dengan gantungan kunci ?

Friday, January 20, 2012

Phnom Penh dan Ho Chi Minh City, Adakah MPers di sana?

Dear MPers,

Aku ada rencana meeting di Phnom Penh Kamboja dari 8-10 Februari 2012 trus mau backpacking ke Ho Chi Minh City dari 11-13 Februari. Kalau ada MPers yang berdomisili di sana... yuk ketemuan :)

Dari sekarang aku udah rajin buka catatan blogger tentang Ho Chi Minh City hmm.. sepertinya menantang juga jalan-jalan ke sana. Kalau Kamboja insya Allah udah pernah backpacking dari Phnom Penh ke Siem Reap.

Moga kali ini juga lancar aja ...

Udah ga sabar menunggu waktu

Ga sabar nunggu waktu backpacking ke Ho Chi Minh City!

Sunday, January 8, 2012

Ketika Seorang Atheis Mengasihani Tuhan

Agenda makan siang berjalan sama seperti hari-hari sebelumnya. Tanpa ada perjanjian tertulis, aku dan teman-teman telah bersepakat untuk selalu makan siang di sebuah kantin. Lokasinya strategis dan pilihan makanannya lebih banyak dibanding yang lain. Tak pernah habis bahan cerita sekalipun setiap hari teman ngumpul itu lagi itu lagi. Aktifitas makan paling lama cuma sepuluh menit tapi ngobrolnya lebih lama, kadang serius kadang santai sekali tergantung siapa yang melemparkan topik.

Tiba-tiba satu-satunya teman kami yang atheis berkata, "Aku kasihan lho sama Tuhan." Suasana yang tadinya riuh rendah diam serentak. Semua mata tertuju padanya. Sadar mendapat perhatian, dia (Molas, bukan nama sebenarnya) melanjutkan lebih bersemangat, "Iya. Aku kasihan sama Tuhan. Lihat saja, banyak sekali orang yang menyatakan dirinya beriman tapi sebenarnya mereka pengkhianat."

 Wajah Imax memerah (dia terkenal taat di antara komunitasnya), "Maksud kamu apa, Las?"

Molas melanjutkan dengan tenang, "Jujur saja, di antara kalian di sini .... mengaku muslim tapi ada yang ga shalat, mengaku kristiani tapi ga pernah ke gereja"

Suasana di meja makan semakin hening walaupun kantin masih dipenuhi oleh banyak orang. Aku tak tahu persis apa yang dipikirkan teman-temanku.

Tanpa bisa dicegah, Molas melanjutkan "Nah, giliran kalian dapat masalah langsung deh Tuhan yang disalahin. Dengan menghiba kalian akan mengatakan Oh Tuhan, mengapa Kau beri aku ujian seberat ini ?" Oh Tuhan, mengapa masalah ini menimpaku ? Kalian menjadikan Tuhan sebagai objek atas ketidakmampuan kalian menghadapi masalah hidup. Beda sekali dengan kami para atheis, kami menyelesaikan masalah sendiri tanpa harus menyalahkan siapa-siapa. Wajar kan kalau aku jadi kasihan sama Tuhan ?"

Tak ada yang bisa berkata-kata dan tak seorangpun terpancing untuk berdebat sampai akhirnya acara makan siang selesai. Namun seminggu semenjak kejadian tersebut, beberapa orang temanku yang tadinya tidak shalat sudah tidak lagi meninggalkan shalat.

Pembicaraan siang itu telah MENAMPAR sisi hati terdalam  insan yang mengaku BERIMAN tapi tak pernah merasa bersalah ketika melupakan atau meniadakan Tuhan dalam pikiran dan tindakannya. Tuhan hanya sebagai lambang untuk pengisi identitas atau lebih ekstrim ketika Molas yang atheis mengatakan bahwa Tuhan hanya sebagai objek penderita ketika seorang manusia tak mampu menyelesaikan masalah hidup.

Ah.. semoga kita tidak termasuk pengkhianat seperti yang dikatakan Molas atau malah kita lebih munafik dibandingkan seorang atheis ? Meyakini bahwa Allah itu ada dengan sifat-Nya Yang Maha Mengetahui tapi kita tak pernah merasa bersalah atau malu ketika DIA melihat kelakuan kita yang dengan sengaja meniadakan-Nya dengan mengabaikan ibadah dan melakukan hal-hal yang tak disukai-Nya. Na'udzubillaahi min dzalik ...

Astaghfirullaah.. Astaghfirullaah.. Astaghfirullaah 'aladzhiim... Ketika seorang atheis mengasihani Tuhan, mungkinkah kita yang menjadi penyebabnya ?

 sebuah catatan di medio 1999