Thursday, April 29, 2010

Tentang Seorang Sahabat

Dia sahabatku ... seorang laki-laki dengan keseharian yang sama dengan lainnya

Tak ada yang istimewa, sampai suatu saat kau mengenalnya dan menyadari bahwa dia mampu membahagiakanmu hanya dengan komen-komen sederhananya melalui Facebook. Jika dia tak menulis status, kau kan merasa ada sesuatu yang hilang dan jika dia memperbaharui status, maka kau kan terhipnotis untuk meninggalkan komen karena kau sangat yakin dia tak pernah mengabaikan komen-komenmu.

Ku belajar satu hal darinya : tak perlu sanjungan dan puji puja, tak perlu materi berlimpah, tak perlu tipu daya untuk membina persahabatan. Jadilah diri sendiri dan hargai orang lain dengan kata-kata yang membahagiakan. Itu saja!

Ah... itupun buatku masih sulit. Alasan sibuk masih membelenggu padahal diapun tak kalah sibuknya... dan..  emosikupun sangat mudah dipengaruhi oleh tekanan-tekanan lingkungan dan kadang terekspresikan melalui status yang kutulis. Accountku memang  untukku pribadi tapi ku lupa bahwa orang-orang lain akan merasakan dampak dari emosiku.

Ku benar-benar kagum padanya yang sanggup mempertahankan ke-konstanan cara bertutur hingga sepertinya dia sama sekali tak terlihat pernah punya masalah. Dan jikapun ada masalah, diapun mampu mengolahnya menjadi status yang menyenangkan.

Makasih sahabat, ku belajar membahagiakan sesama darimu dengan cara yang sederhana. Moga Allah menyayangimu dan keluarga...


Saturday, April 10, 2010

Makasih Udah Bantuin Bundo Masak, Maafin Bundo ya Ca....


Seperti biasa, pagi ini aku masak ditemani asisten yang istimewa – ponakanku Khansa yang Juli nanti genap berusia 3 tahun. Dia memanggilku bundo dan memanggil dirinya Aca.

Ga seperti di reality show yang ada di TV dimana Chef yang memerintah ke asisten, ini mah kebalikannya. Malah lebih mirip ujian masak!

Aca         : Apa itu Ndo?

Bundo   : Baby corn, nak

Aca         : Diapain Ndo?

Bundo   : Dipotong-potong, nak

Aca         : Enak, Ndo?

Bundo   : Enak, kalau ntar udah dimasak

Aca         : Masukin Ndo (dia lagi ngaduk air yang udah dimasukin bumbu tomyam)

Bundo   : Bentar nak, Bundo siapin yang lain dulu ya…

Aca         : Itu apa, Ndo?

Bundo   : Cumi, Nak

Aca         : Ikan mana, Ndo?

Bundo : Itu .. ada!

Aca         : Oh iya.. itu ada

Aca         : Itu apa, Ndo (tiap kali tangan berpindah tangan untuk ngambil kelengkapan memasak tomyam, maka pertanyaan sama akan muncul)

Bundo   : Cabe hijau, nak

Aca         : Pedas ya Ndo

Bundo   : Engga

Aca         : Pedas Ndo! (agak tinggi nadanya untuk meyakinkankan kalau itu pedas)

Bundo : Iya, pedas buat Aca tapi buat Bundo engga pedas…

Bundo : Bentar ya Ca, Bundo coba dulu ya… (sambil ngambil sendok gulai dari tangannya .. sambil mencicipi kuah tom yam)

Aca         : Enak, Ndo?

Bundo : Enak, Aca mau coba?

Aca         : Ga mau, pedas!

Bundo   : Ya udah…  (aku ngambil irisan bawang Bombay sebagai pelengkap akhir tom yam)

“Acaaaaaaaaaaaaaaa…………..!!”

Aku kaget! Tiba-tiba dia angkat sendok dengan kuah tom yam sepenuh sendok dan tumpah separohnya. Ternyata Khansa niruin Bundonya yang tadi dilihat nyicipin kuah tom yam dengan menggunakan sendok.

Aca         : Maaf, Ndo. Aca panas Ndo….

Tiba-tiba aku sadar sudah membuatnya merasa sangat bersalah

Aca         : Maaf ya Ndo…. (permintaan maafnya pertama belum kutanggapi karena masih kaget dan fokus pada kakinya yang kena percikan kuah tom yam panas)

Bundo   : Iya Ca… Maafin Bundo juga ya. Bundo ga marah sama Aca, Bundo kaget Aca angkat sendok tom yam. Mana kakinya Bundo lihat, masih panas, nak ?

Aca         : Gapapa Ndo, cium Ndo….  (ah, betapa ku jatuh hati padamu anakku…)

Bundo   : Maafin Bundo ya…  (sambil mencium keningnya)


 

Mataku berkaca-kaca…  ternyata Khansa mengerti kalau perbuatannya telah membuatku sangat cemas dan dia juga mengerti kalau Bundo nya ga marah, malah dia balik menenangkan aku yang masih shock.

Aca         : Gapapa Ndo… (sambil menepuk-nepuk bahuku. Biasanya aku yang melakukan itu padanya di saat dia kaget kalau ada guntur, listrik padam atau mendengar musik di film horror).

Ternyata kata maaf lebih mudah diucapkan kalau memang kita telah terbiasa untuk meminta maaf dengan sungguh-sungguh. Dan kata maaf yang sungguh-sungguh juga akan terasa sampai ke hati dan membuat orang yang menerima kata maaf akan sangat mudah memaafkan, walaupun sebaik-baiknya manusia adalah yang memaafkan orang lain sebelum orang lain meminta maaf. 

Ah, indahnya momen memasak pagi ini  … tom yam yang lezat karena dimasak dengan penuh cinta…

hmmmmm….. “Makasih ya Ca…. Kita sajikan masakan terlezat di hari ini”