Thursday, December 27, 2007

Pada ga mau libur hahaha... unik!

Rasa ga percaya, pas maen ke kantor .. ramenya sama ama hari-hari biasanya, padahal aku bikin keputusan klo KOGAMI libur dari tanggal 24 Desember sampai tanggal 1 Januari karena sebelumnya teman-teman belum sempat libur, dikejar deadline tutup kontrak kerjasama.
Aku yang sempat demam kangen ke kantor karena ternyata di rumah aja bikin badan semakin pegel dan linu. Hahaha... semua teman-teman yang aku jumpai di kantor juga bilang hal yang sama "Suntuk di rumah aja!". Alhamdulillah... aku ditempatkan sama Allah di lingkungan kerja yang tak terbiasa untuk bersantai, yang ga pernah ngitung berapa lama jam kerja, yang ga pernah nuntut uang lembur dan hari libur. Makasih Allah, betapa kayanya aku dengan teman-teman yang sangat berdedikasi.
Libur ? .........  Cape deh....
Selamat nikmatin libur bagi yang lagi melakoninya. Gimanapun tubuh punya hak untuk diistirahatkan.
Makasih teman-teman KOGAMI, you are the stars of world!

Friday, December 21, 2007

Tsunami 23 Desember 2007 : Isu, Kecemasan, Takdir dan Fakta

Tsunami 23 Desember 2007 : Isu, Kecemasan, Takdir dan Fakta
Mengikuti perkembangan di masyarakat terkait isu Tsunami yang dihembuskan oleh seorang Profesor dari Brazil lewat mimpinya dan kecemasan yang berefek pada matinya kreatifitas sebagian masyarakat Sumatra Barat dan Bengkulu membuat saya tergelitik untuk ikut memberikan pandangan.  Satu pertanyaan mendasar yang belum mendapat jawaban sampai saat ini adalah : “Mengapa masyarakat mudah sekali panik?”. Kalau bicara tentang kematian, bukankah setiap yang bernyawa akan mati? .” (QS. Ali ‘Imran: 185) , lalu mengapa harus resah ? Saya pun takut mati dan setelah ditanya kembali hati kecil ini, ternyata saya tidak takut Tsunami tapi sekali lagi saya takut mati, karena setelah dievaluasi ternyata bekal yang akan dibawa ke hadapan Allah agar diakui sebagai seorang hamba yang taat belumlah terasa cukup, mana pula mungkin berharap tidak mendapat siksa apalagi masuk syurga. Sehubungan dengan isu Tsunami tanggal 23 Desember 2007 ataupun jenis kecemasan lainnya yang merasuki masyarakat ternyata ada hubungannya dengan ketakutan yang saya rasakan. Orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya dan meyakini bahwa amalan yang dilakukan selama hidup akan mampu mengantarkannya sebagai seorang syuhada takkan pernah takut mati, bahkan mungkin rindu akan kematian karena kematian adalah gerbang menuju pertemuan dengan Allah SWT dalam hakekat yang sebenarnya.
Kembali kepada isu yang kabar-kabarnya meresahkan masyarakat sampai-sampai ada yang memutuskan untuk meninggalkan kota/kabupaten tempat tinggalnya untuk menghindari bencana Tsunami seperti mimpi sang Profesor. Betulkah Sang Profesor bisa mentakwilkan (mengartikan mimpi)? Ah, terlalu naif jika akhirnya kita sebagai manusia beriman harus mempercayainya. Salah satu kriteria seseorang dikatakan beriman adalah ketika dia percaya kepada Rasul-Rasul utusan Allah, termasuk mukjizat yang diberikan Allah kepada para rasul-Nya. Bukankah mentakwilkan mimpi itu salah satu mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Yusuf as ? Nah, kalau kita percaya dengan mimpi sang Profesor, apakah kita masih mengimani Allah dan Rasul-Nya? Apakah kepercayaan kita terhadap mukjizat Nabi Yusuf as sudah bisa digantikan dengan keimanan yang lain? Wallaahu a’lam, silakan bertanya kepada diri sendiri. Jikapun pada akhirnya Allah berkehendak, itu bukanlah karena mimpi si Profesor tapi memang iradat Allah semata. Coba renungkan firman Allah berikut, "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: " Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?".(Q.S. Al-‘AnkabĂ»t:2). Maka, saat ini iman kita sedang diuji melalui seorang Profesor dari Brazil.
Di antara masyarakat yang gelisah ada juga masyarakat yang skeptis, yang menganggap bencana adalah takdir yang harus diterima begitu saja. Bahkan yang lebih ironis lagi ada yang melontarkan celutukan terhadap proses edukasi kebencanaan yang diberikan kepada masyarakat, “Untuk apa sih mengadakan persiapan segala? Mau mendahului takdir? Sudah merasa lebih hebat dari Tuhan ya?”. Tentu saja hal ini juga harus disikapi dengan bijaksana. Karena Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri....” (Q.S. Ar-Ra'd: 11). Allah memberikan ujian berupa Tsunami bukan berarti kita harus pasrah karena sesungguhnya terkandung hikmah bahwa Allah ingin menambah pengetahuan manusia. Sakit diciptakan agar manusia bisa menemukan obatnya (yang tentu saja sudah disediakan Allah), begitu juga dengan bencana, Allah ingin manusia menemukan jalan untuk bisa mengenali karakteristik alam dan beradaptasi dengan fenomena alam. “Bacalah dengan menyebut nama TuhanMu...” (Q.S. Al-‘Alaq:1).  ayat pertama yang diturunkan Allah agar manusia mau belajar, baik ilmu-Nya yang tersurat maupun yang tersirat, bukannya menyerah sebelum melakukan apa-apa. Rasulullah Sang Kekasih Allah masih saja mau bersusah-susah menggali parit untuk menyelamatkan pasukannya pada perang Khandaq, apalagi kita manusia biasa yang punya banyak keterbatasan? Sudah sepatutnya kita melakukan usaha maksimal untuk mengenali ancaman gempa dan Tsunami dan terlibat aktif dalam usaha kesiapsiagaan sembari berdoa agar kita mendapat perlindungan dari Allah SWT. Setelah segala usaha yang dilakukan, maka wajib hukumnya bagi manusia untuk bertawakal dengan mempercayai takdir. Tentu saja peranan ulama sangat diharapkan untuk bisa mengisi kekosongan hati dan mengokohkan kembali keimanan yang mulai terdegradasi.
Selanjutnya penting untuk membicarakan fakta yang ada, bahwa:
  1. Sumatera Barat tepat berada pada pertemuan dua lempeng dunia yang sewaktu-waktu bisa mengalami tumbukan yang terasa sebagai gempa dan mungkin saja memicu gelombang yang dinamakan Tsunami
  2. Proses bertumbukannya lempeng adalah sunnatullah, bagian dari proses penciptaan
  3. Tidak ada ahli dan peralatan yang bisa meramalkan kapan gempa akan terjadi, sementara Tsunami khususnya untuk wilayah pesisir Sumatera Barat akan didahului oleh gempa yang kuat karena posisinya yang berada pada pertemuan lempeng tersebut.
  4. Sumatera Barat pernah dilanda Tsunami pada tahun 1797 dan 1833, maka masyarakat perlu mengenali proses terjadinya Tsunami dan bagaimana cara menyikapinya agar korban jiwa seperti di Aceh tidak terulang kembali.
  5. Himbauan Gubernur Sumatera Barat, bapak Gamawan Fauzi agar masyarakat tidak sepenuhnya bergantung kepada sistem peringatan dini berupa teknologi yang punya banyak keterbatasan sangatlah bijak karena sesungguhnya gempa besar bisa dijadikan peringatan utama bagi masyarakat.
  6. Orang yang berilmu dan beriman tidak akan mudah panik, akan tetapi akan termotivasi untuk mengembangkan wawasan dan menggali ilmu Allah yang tersurat maupun yang tersirat. Takdir mutlak menjadi rahasia Allah.
  7. Ancaman bencana memang perlu diwaspadai tapi ancaman erosi keimanan harus lebih diwaspadai karena mati seharusnya menjadi sebuah kerinduan untuk bertemu dengan Sang Khalik, tentu saja dengan cara yang diridhai-Nya.
Semoga isu ini membawa hikmah khususnya bagi saya agar tidak takut lagi mati karena bertekad untuk menjadi hamba yang bertaqwa dengan menjaga keridhaan-Nya di setiap perkataan dan perbuatan. Amin




Kehidupan Patra di Tahun 2008, kabulin ya Allah

Sungguh ga berasa, ntar lagi tahun Masehi segera berganti (cepat banget siiih... ), harus semangaaaat! Moga Allah ngabulin rencana-rencana, harapan dan doa seorang hamba-Nya yang bernama Patra. Mohon doa dari teman-teman semua ya!!
  1. Tetap mengabdi di Komunitas Siaga Tsunami (http://kogami.or.id) yang disediakan Allah untuk meningkatkan kreatifitasku, ga hanya tentang ilmu kebencanaan tapi juga manajemen emosi. Aku ingin menjadi seorang pemimpin yang adil untuk diri sendiri dan orang banyak
  2. Mengintensifkan tabungan haji agar bisa menunaikan rukun Islam kelima setidaknya lima tahun lagi aku udah bisa mewujudkannya.
  3. Insya Allah ke Seattle lagi, ada undangan jadi nara sumber di Earthquake National Conference yang diadakan oleh University of Washington. Mudah-mudahan apply visaku ga mengalami kendala.
  4. Mengintensifkan komunikasi dalam usaha menyatukan visi untuk masa depan dengan "mereka" yang terdeteksi punya "niat". Dan kalau sudah terlaksana, lanjut ke pernikahan  (hhmm...  tentu aja sang calon adalah seorang yang bisa meningkatkan kapasitas keimananku.. )
  5. Menjadi lebih sabar hiks hiks kadang karena jadi "anak tunggal" di rumah bikin level kemanjaan cenderung naik , mau bikin papa mama lebih bahagia ............ !!!!
Segitu dulu aja
Amin ya Rabbal 'alamin, Engkau Yang Punya Kuasa ya Rabb

Wednesday, December 19, 2007

Untuk sahabat

Dulu kita memang sering sama-sama

sama-sama menangis, sama-sama tertawa

atau bahkan kau mampu membuatku tertawa di saat aku berduka

demikian juga sebaliknya

tatapan iri mata demi mata membuat kita semakin bahagia melangkah bersama

tak ada cerita yang tak kita bagi, rahasia tersimpan dengan indah

hanya untuk kita...  hanya kita, sobat

waktu terus berlalu..  kita dipisahkan oleh jarak

tapi lagi-lagi.. kita mampu menepisnya

pesan singkat lewat sms atau cerita panjang lewat email buat kita tetap dekat

lalu... kaupun memasuki episode baru dalam hidupmu

masa paling bahagia kata orang-orang yang pernah mengalaminya

perlahan... pesan-pesanku tak lagi kau balas

emailmu pun tak lagi aktif

kau bilang tak ada lagi waktu untuk itu karena putra-putrimu telah menyita waktumu sangat banyak

apakah memang begitu ?

aku tak ingin berkata bahwa aku mulai merasa kehilangan

aku hanya ingin bilang "aku merindukanmu"

 

Monday, December 10, 2007

Misi Gereja di TV ?

Aku dapat sms berantai yang isinya "Waspadai Misi Gereja di TV 15 Desember 2007 pk. 16.30 - 17.30 WIB serentak di RCTI, transTV, TVRI dengan Judul "My Hope Indonesia" diganti menjadi "Sebuah Penantian". Di India pernah diputar dengan judul yang sama dan berhasil menghipnotis jutaan penduduknya".
Miris deh kalau hal itu memang terjadi. Bukankah di hukum Indonesia tidak boleh mempengaruhi orang yang sudah memiliki agama ? Kecuali, jika seseorang secara sadar tertarik untuk mempelajari agama selain agama yang dianutnya.
Aku jadi ingat ketika dulu tinggal di Bandung, juga pernah ada acara "Pembaptisan" yang disembunyikan dengan judul "Pameran Budaya" di sebuah lapangan sepak bola, ternyata pas aku ke sana, terjadi pemaksaan pengakuan terhadap kehadiran Jesus. Akhirnya, acara itu dibubarkan oleh pihak kepolisian sebelum massa yang bertindak.