Wednesday, December 16, 2009

Pusat Rawatan Herbapaty Warisan

Pusat Rawatan Herbapaty yang kini berubah nama menjadi Pusat Rawatan Islam, klinik kecil yang terdapat di No. 15 dan 15A, Jalan Anggerik Doritis BB 31/BB, Seksyen 31 Kota Kemuning 40460 Shah Alam Selangor Darul Ehsan memang termasuk Klinik yang unik karena hanya memiliki seorang dokter yang akrab dipanggil “Cik Man” yang dengan karunia Allah beliau mampu mengobati segala macam penyakit yang dikeluhkan pasien.  Tak heran kalau dari Senin sampai Kamis klinik ini selalu disesaki oleh hampir seratus orang setiap harinya.

Bagi teman-teman yang ingin berobat ke sana atau yang ingin mengantar saudara berobat ke sana, maka ini syaratnya :

  1. Harus sabar ! Karena ada kalanya Cik Man tidak masuk klinik tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada stafnya. Walaupun sudah bikin janji, janji tersebut bisa saja dibatalkan. Tidak sedikit pasien yang datang dari jauh kecewa karena berkali-kali gagal berobat disebabkan sang dokter satu-satunya Cik Man tak ada di tempat.
  2. Harus percaya ! Percaya bahwa Allah menitipkan “keistimewaan” kepada Cik Man sehingga beliau bisa mengetahui bermacam penyakit hanya dengan memegang pergelangan tangan tanpa harus bertanya kepada pasien. Percaya atau tidak, semua penyakit yang “terbaca” oleh Cik Man jika dibandingkan dengan hasil diagnose rumah sakit akan sama persis! Tapi beliau hanya butuh 30 detik, ditambah 30 detik lagi memaparkan tindakan yang harus dilakukan; dioperasikah, mengkonsumsi obat saja atau tidak dilakukan tindakan apa-apa (jadi Cik Mat juga tidak mau memaksa melakukan apa yang beliau tidak bisa lakukan).
  3. Harus tawakal! Bahwa Cik Man juga manusia biasa yang bertindak sebagai perantara untuk kesembuhan penyakit.  Kadang-kadang penyakit tidak serta-merta sembuh karena memang pengobatan beliau bukan sulap atau “magic” tapi memang pengobatan yang realistis. Jadi, mungkin saja harus datang beberapa kali untuk menyembuhkan satu penyakit, seperti : kanker.  Jadi, tetap berdoa kepada Allah dan terus berikhtiar untuk kesembuhan.

Apa yang harus dilakukan jika ingin berobat ke sana ?

  1. Untuk yang dari luar Malaysia, tentu saja pastikan anda punya paspor, punya NPWP (untuk bebas fiskal) dan bawa uang yang cukup untuk akomodasi dan transportasi.  Catatan : harus membawa saudara! Untuk yang akan operasi, tidak bisa datang sendiri karena ada surat persetujuan pengobatan yang akan ditandatangani oleh ahli waris.
  2. Telepon klinik sebelum memutuskan berangkat ke sana! Walaupun sekali lagi, ini tidak bisa memastikan bahwa pengobatan bisa dilakukan tapi setidaknya jika memang Cik Man tidak ada. Tapi lebih baik sedikit tahu daripada tidak tahu sama sekali. Ini nomor telpon klinik : +60(03)51210098 atau +60(03)51220366. Teleponlah sekitar pukul 13.00 – 15.00 WIB karena pagi-pagi staf klinik sangat sibuk melayani pasien. Lebih baik menelfon pada hari Senin karena menurut kebiasaan, Cik Man jika datang pada hari Senin, berarti selama seminggu beliau berada di tempat tapi jika hari Senin sudah tidak ada, maka berkemungkinan beliau tidak akan masuk selama satu minggu bahkan sampai satu bulan.
  3. Jika staf klinik mengatakan bahwa Cik Man ada, mulailah pesan tiket pesawat setidak-tidaknya berangkat pada hari Rabu jika tidak dapat pesawat untuk hari Selasa (sebaiknya hari Selasa), karena jika tiba di klinik lewat dari pukul 07.30 pagi berarti kesempatan  bisa berobat pada hari itu sangat tipis! Orang-orang sudah mulai berdatangan mulai dari pk. 05 pagi, tidak terkecuali untuk yang sudah bikin janji (datang kedua kali dan seterusnya).
  4. Bagi yang tidak punya saudara di Shah Alam dan sekitarnya, mulailah “booking” hotel. Ada dua hotel yang biasa digunakan oleh pasien untuk menginap : Hotel Subang Jaya : +60(03)56330128 atau Sri Muda Corner (SMC) Hotel : +62(03)51246503. Kedua-dua hotel ini terletak di tempat yang strategis, terutama berdekatan dengan tempat makan. Tapi SMC lebih dekat ke klinik, kurang lebih 15 menit pakai mobil atau 15 ringgit dengan taxi sementara Hotel Subang Jaya berjarak kurang lebih 30 menit yang berarti ongkos taxi juga bisa lebih mahal. Atau yang lebih mudah lagi telepon seorang penyedia jasa bernama Anwar +60176631377 atau Ina : +60123776158. Oh ya, kamar di hotel tersebut rata-rata 65-100 ringgit tergantung berapa orang yang akan menginap. Dan, yang paling baik adalah : punya saudara atau teman yang baik hati dan bersedia untuk ditumpangi (special thanks to my good friends : Bolly and Pipin)
  5. Supir taxi biasanya tidak familiar dengan lokasi klinik, jadi lebih baik menghubungi perantara (jika ditanya ke staf klinik, maka staf klinik pun akan merekomendasikan “orang” ini. Coba saja tanya “Ada yang bisa jemput saya ke hotel dan antar saya ke klinik tak?”), tapi lewat aku juga boleh tanya nomor kontaknya kok. Kalau akan diantar saudara, lebih baik survey lokasi dulu pas hari kedatangan.
  6. Datanglah sebelum pukul 7 pagi  waktu setempat karena biasanya pk.7 pagi sudah banyak yang berdatangan (lebih pagi lebih baik, terutama untuk yang pertama kali ingin check up/tahu penyakit). Buat nama di kertas yang disediakan. Ada di tembok di depan klinik. Karena pasien pertama kali datang akan dipanggil/diurutkan berdasarkan daftar nama yang telah diisi. Sediakan paspor atau kartu identitas!
  7. Klinik dibuka pukul 7.30 Waktu setempat. Jangan meninggalkan klinik sebelum nomor antrian diberikan oleh petugas klinik karena kesempatan berobat bisa hilang! Staf klinik akan memberikan nomor antrian sesuai dengan urutan pada kertas yang telah diisi. Paspor akan disimpan sampai check up selesai –untuk digunakan sebagai kelengkapan administrasi.
  8. Pengobatan akan dimulai pk. 8.30, jadi masih ada kesempatan sarapan bagi yang belum sarapan atau lebih baik tidak sarapan bagi yang akan menjalani operasi di sekitar wilayah perut.
  9. Untuk yang bernomor urut 1-5 (baik untuk pertama kali datang, untuk yang akan operasi/rawatan/sudah bikin janji, untuk yang follow up) segera menuju ruang tunggu berobat (lantai 2) untuk menunggu giliran dipanggil jika tidak ingin “disalib” orang lain.
  10. Bersabarlah sampai giliran dipanggil karena ruang tunggu yang sangat sempit. Jika hanya check-up, usahakan pengantar (yang tidak akan berobat) tidak berada di ruang tersebut. Tapi jika akan operasi, maka saudara / ahli waris harus berada bersama-sama pasien. Dan jangan buat bising alias jaga ketenangan.
  11. Pasang telinga baik-baik karena kadangkala nama pasien hanya dipanggil satu kali! Di lantai 2 ada empat ruangan yang difungsikan sekaligus. Ruang 1 biasanya untuk pasien pertama kali datang, ruang 2-4 untuk operasi. Ruang 4 sesekali digunakan untuk “dressing” (cek bekas operasi sehari setelah operasi dilakukan).
  12. Setelah bertemu Cik Man (baik untuk check up, operasi, dressing, follow up), turunlah ke lantai dasar untuk melakukan pembayaran. Bagi pasien check-up buat janji untuk operasi, dst. Biasanya operasi dijadwalkan satu minggu ke depan setelah check-up dilakukan dan tak bisa ditawar-tawar kecuali Cik Man (dokter) menyatakan bahwa pasien dalam keadaan kritis dan harus segera dioperasi.  Biaya check-up hanya RM 20 (Des 2009,red) tapi biaya untuk obat-obatan sebelum operasi bisa mencapai RM400/orang tergantung jenis penyakit.
  13. Tanyakan kepada staf klinik perkiraan biaya berdasarkan jenis operasi yang akan dilakukan. Karena adakalanya pasien harus menjalani tiga jenis operasi dan dipersilakan memilih operasi mana yang ingin dilakukan terlebih dahulu.
  14. Jika prosedur di atas bisa dijalani dengan baik, maka untuk operasi, dressing dan follow up pun akan lancar karena prosedurnya sama.

 

Hal-hal yang juga sebaiknya diketahui :

  1. Untuk mendapatkan visa di Malaysia, biasanya penumpang pesawat ditanyai tiket pulang, maka sewaktu memesan tiket, pesanlanlah tiket pulang dengan tips berikut : Jika check up hari Senin, maka berkemungkinan operasi adalah hari Senin atau Selasa minggu depan, dst. Sehari setelah operasi, akan ada dressing (mencek bekas operasi dan tukar plester). Untuk operasi “major” (perut dan sekitarnya) biasanya dicek langsung oleh Cik Man, sementara operasi kecil dilakukan oleh staf klinik.
  2. Setelah operasi, usahakan mengkonsumsi pati ikan Heruan (pati ikan lele) untuk mempercepat penyembuhan luka dalam dan jel Gamat untuk penyembuhan luka dari dalam (walaupun luka hanya seperti ditoreh daun tebu)
  3. Biaya operasi bervariasi; RM 500 – RM 4000 tergantung kesukaran operasi yang dilakukan
  4. Dokternya (Cik Man) ramah dan baik sekali
  5. Operasinya tidak sakit, tidak dijahit dan pasien bisa langsung pulang setelah beristirahat sejenak setelah operasi (untuk operasi major)
  6. Di depan klinik tidak ada tempat khusus untuk menunggu, jadi menunggu klinik dibuka, calon pasien “ngemper”.
  7. Harus disiplin untuk tidak memakan “pantangan” jika memang ada yang dipantangkan untuk dikonsumsi.
  8. Jangan pernah mencoba berbohong karena pasti akan ketahuan J.
  9. Di dekat klinik ada restoran melayu, ada mini market 24 jam
  10. Di depan klinik juga lewat bas mini atau bus Rapid KL menuju Taman Sri Muda (tempat dimana Hotel Sri Muda Corner berlokasi).

 

Aku Dioperasi!

Ga pernah nyangka harus menjalani operasi. Itulah aku! Maksud hati cuma mau ngantar papa sama mama berobat di Pusat Rawatan Herbapaty –sebuah klinik kecil di Kota Kemuning, Shah Alam pada tanggal 7 Desember 2009. Rencana keberangkatanpun mendadak karena tanggal 4 Desember (Jumat) aku baru saja pulang dari Jogja dan mamaku sayang memintaku untuk segera beli tiket ke Malaysia karena dokter yang selama ini “diburu” sedang berada di tempat (begitu kata sobatku Boli. Thanks ya Boli….).

Mama yang sudah hampir dua tahun tidak bisa berjalan sempurna begitu semangat. Tak mungkin aku memadamkan semangat yang begitu menyala tersebut. Setelah minta izin dan pamit ke teman-teman di KOGAMI, aku beli tiket dan yang ada hanya Air Asia untuk hari Senin (7 Des) … sssttt… siapa bilang Air Asia murah? Mahal bo! Tapi ya sudahlah…  ikhtiar harus disempurnakan.

Singkat cerita, sampailah aku, papa, mama di Shah Alam dan dijemput sama Boli, langsung menuju klinik dan Alhamdulillah lega… kali ini dokternya ada! Berarti besok pagi-pagi harus ngantri!

Bang Zab –suami Boli sobatku bersedia mengantar (Thx B’Zab), maka pukul 5 pagi Selasa (8 Des) mobil sudah meluncur dari rumah. Lebih kurang 20 menit sampailah di klinik yang dituju. Setelah mengisi nama pada daftar pasien, kami menunaikan shalat subuh di mesjid terdekat.

Kalau bicara soal pasien yang berjubel sudah bukan cerita aneh buat klinik ini karena “kehebatan” ilmu sang dokter yang lebih dikenal dengan nama Cik Man sudah membahana ke seantero Malaysia dan sebagian wilayah di Indonesia. Tepat pukul 7.30 saat klinik dibuka, kami diberi nomor antrian check up oleh staf klinik (sssttt…. aku iseng-iseng mendaftar karena aku penasaran dengan rasa sakit kepala yang sering mengganggu).

Tak ada perasaan apa-apa ketika bertemu sang dokter karena beliau sangat ramah. Satu per satu penyakit papa diuraikan, begitu juga mama. Percaya atau tidak, dengan memegang pergelangan tangan pasien, beliau mampu menguraikan seluruh diagnosa kurang dari dua menit! Dan lebih takjub lagi ketika hasilnya sama persis sama hasil scan dan MRI rumah sakit! Persis sama! Begitu juga rekomendasi untuk tindakan/operasi yang harus dilakukan. Pokoknya aku mendengarkan sambil terkagum-kagum.

Sampailah pada giliranku. Pergelangan tanganku dipegang dan keluarlah kalimat berikut dari mulut Cik Man, “Sering sakit kepala, sakit ketika haid, lemas. Ini hormon tak teratur dan ada kista. Tunggu kejap kat luar ya, selepas tu masuk lagi.” Aku keluar ruangan, kali ini sambil bengong. Apa? Kista? Oh no!

Sepuluh menit kemudian aku masuk lagi. Cik Man memegang sebuah alat digital dan memang di sana terlihatlah ada seperti bulatan di dalam perutku. Ya, itu dia si kista! Maka, akupun harus dioperasi! Ok fine. Mama akan operasi pinggul untuk memperbaiki masalah osteoporosis, papa harus dioperasi karena penyempitan pembuluh syaraf dan aku operasi untuk pengangkatan kista.

Maka, dibuatlah janji operasi hari Senin minggu berikutnya (14 Des 09). Aku tak terlalu memikirkan soal operasi karena aku memang tidak pernah membayangkan akan menjalani apapun jenis operasi.  Yang penting, kami harus segera pulang ke rumah Boli karena Boli akan pulang ke Indonesia.

Seminggu dalam penantian terasa sangat lama. Aku rindu ponakan-ponakanku, aku rindu teman-teman di KOGAMI, aku rindu pekerjaanku. Untung masih bawa laptop, jadi bisa juga beberapa hal kuselesaikan selama satu minggu menunggu.

Singkat cerita, Senin  (14 Des), kami siap dioperasi!

Aku deg-deg an setengah mati. Biar orang kata aku kuat atau super woman, aku paling ga suka berobat ke dokter! Sudah 10 tahun aku tak pernah berobat ke dokter. Buatku sakit bisa diobati dengan tidur dan makan yang banyak. Kali ini sekalinya ke dokter eh operasi pula. Wow! Hidupku sungguh bervariasi!

Di tempat yang kecil itu, terjadilah hubungan yang akrab antar pasien dengan berbagai keluhan. Hatiku sedikit tenang setelah tiga orang yang pernah mengalami operasi mengatakan, “tak sakitpun, tak berasa.” Ada sedikit modal keberanian sekarang. Dan yang paling penting adalah : TIDAK PAKAI JARUM SUNTIK! hahaha terakhir kali aku disuntik itu saat kelas 3 SMA. Tuh dah lama banget kan?

Papa yang bernomor urut 4 dipanggil terlebih dahulu. Aku masih terkagum-kagum dengan kerja sang dokter. Di lantai dua klinik tersebut ada 4 ruangan! Dan berganti-ganti kepala perawat muncul dari ruangan tersebut untuk meneriakkan nama pasien. Wah keren… 4 ruangan ditangani seorang dokter! Hebat!

“Nurhelmi Hasmi!” Nama mama dipanggil, maka mama juga masuk ke salah satu ruangan. Tak lama namaku dipanggil, tapi aku tau kalau aku dipanggil bukan untuk dioperasi karena perawat yang memanggil muncul dari ruangan tempat dimana papa masuk tadi. Aku diminta menyaksikan papa yang tengah dioperasi. Dengan antengnya sang dokter menerangkan apa yang tengah dilakukannya pada punggung papa. Jujur saja aku tidak paham. Aku tertegun melihat papa masih bisa ngobrol dengan enaknya dengan sang dokter saat dioperasi sementara lemak-lemak bercampur darah dibereskan di depan mataku. Seperti bukan operasi saja!

“Patra Rina Dewi!” Nah, sekarang giliranku.

Setelah memakai pakaian operasi, aku berbaring di tempat tidur menenangkan diri. Perawat mempersiapkan seluruh peralatan yang dibutuhkan. Dokter masuk sejenak berusaha menghiburku kemudian dia pergi lagi ke ruangan lain menangani pasien yang check up, masuk lagi ke ruanganku dan menempelkan beberapa plester di tubuhku. Katanya agar darahku jangan terlalu banyak yang keluar. Aku pasrah saja. Duh, masih kebayang mau dipotong kayak ayam hiiii…..serem!

Setelah plester melekat erat seperti kemben, Cik Man mengatakan, “Sekejap saya beri obat kebas (bius) ya” sambil mengoleskan sejenis balsam yang terasa sejuk di tubuhku kemudian dia pergi lagi ke ruangan lain menangani pasien lainnya. Lima menit dia datang lagi, memimpin 2 orang perawat berdoa sebelum membedahku! Makin mencekam deh suasananya. Mereka berdoa khusuk sekali, aku jadi membayangkan kematian. Duh!

Ketika dia telah siap menancapkan pisau operasinya, papa mama dipanggil untuk menyaksikan. Maka, papa mama pun masuk. Sekejap selepas itu, aku bisa merasakan kalau perutku sudah ditoreh, dikoyak dan sebuah benda diambil! Cik Man berkata kepada papa dan mama, “Saya hanya ambil kista, rahim masih ok lah.” Kemudian papa dan mama diminta keluar kembali sementara sang dokter menutup luka dan membersihkan darah yang berserak sambil memperlihatkan kista yang baru saja diangkat. Ya Allah besarnya…!!! sebesar telur itik! Kenapa selama ini aku ga ngerasain ada yang lain di perutku? Udah segede itu, sejak kapan aja tumbuhnya? Alhamdulillah sudah dibuang sekarang.

Lima menit saja ku dibedah dan tanpa rasa sakit sama sekali. Lukaku ditempeli perban tanpa ada jahitan lalu ku diminta istirahat selama dua jam. Sstt… belum dua jam aja aku dah turun dari tempat tidur karena kebelet pipis. Aku diberi makan bubur oleh perawat dan menunggu dua jam terasa sangat lama karena aku ga bisa tidur. Jadi, aku sms-an aja sama beberapa teman, sempat foto-foto sendiri juga (narsis jalan terus). Ketika kulihat jam tanganku menunjukkan pukul. 12.30 aku langsung turun dari tempat tidur dan menuju lantai dasar untuk bertemu papa mama. Ah operasi yang aneh dan menakjubkan…. Aku bisa jalan seperti biasa, beraktifitas seperti biasa tapi tetap tidak boleh “terlalu lincah” dan kecapean karena walaupun lukanya hanya seperti goresan terkena duri tapi luka di dalam tetap harus dijaga agar tidak terjadi infeksi.

Begitulah teman… operasi yang rumit tapi hanya berlangsung lima menit! Jadi terinspirasi buat dioperasi oleh Cik Man? hahaha jangan deh ya…. Maka, check-up lah teman.. sekarang aku bisa ngasih nasehat setelah kista sebesar telur itik yang bikin aku harus dibedah tanpa rencana!

Hari ini, 16 Desember perbanku sudah dibuka sepenuhnya dan sudah bisa mandi seperti biasa… Moga aku bisa jaga agar tidak terlalu lincah karena tidak merasa seperti telah menjalani operasi.

 

P.S. Nasehat dokternya yang bikin aku tersenyum simpul, “Kista bisa muncul lagi, maka segeralah menikah, buat anak.” Hahahaha…. harus cari pabrik calon mitra dulu nih … Hmm… ada yang berminat?

 

Untuk informasi tentang Klinik Herbapaty, ini tulisanku :

http://patrarinadewi.multiply.com/journal/item/247/Pusat_Rawatan_Herbapaty_Warisan