Wednesday, December 16, 2009

Pusat Rawatan Herbapaty Warisan

Pusat Rawatan Herbapaty yang kini berubah nama menjadi Pusat Rawatan Islam, klinik kecil yang terdapat di No. 15 dan 15A, Jalan Anggerik Doritis BB 31/BB, Seksyen 31 Kota Kemuning 40460 Shah Alam Selangor Darul Ehsan memang termasuk Klinik yang unik karena hanya memiliki seorang dokter yang akrab dipanggil “Cik Man” yang dengan karunia Allah beliau mampu mengobati segala macam penyakit yang dikeluhkan pasien.  Tak heran kalau dari Senin sampai Kamis klinik ini selalu disesaki oleh hampir seratus orang setiap harinya.

Bagi teman-teman yang ingin berobat ke sana atau yang ingin mengantar saudara berobat ke sana, maka ini syaratnya :

  1. Harus sabar ! Karena ada kalanya Cik Man tidak masuk klinik tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada stafnya. Walaupun sudah bikin janji, janji tersebut bisa saja dibatalkan. Tidak sedikit pasien yang datang dari jauh kecewa karena berkali-kali gagal berobat disebabkan sang dokter satu-satunya Cik Man tak ada di tempat.
  2. Harus percaya ! Percaya bahwa Allah menitipkan “keistimewaan” kepada Cik Man sehingga beliau bisa mengetahui bermacam penyakit hanya dengan memegang pergelangan tangan tanpa harus bertanya kepada pasien. Percaya atau tidak, semua penyakit yang “terbaca” oleh Cik Man jika dibandingkan dengan hasil diagnose rumah sakit akan sama persis! Tapi beliau hanya butuh 30 detik, ditambah 30 detik lagi memaparkan tindakan yang harus dilakukan; dioperasikah, mengkonsumsi obat saja atau tidak dilakukan tindakan apa-apa (jadi Cik Mat juga tidak mau memaksa melakukan apa yang beliau tidak bisa lakukan).
  3. Harus tawakal! Bahwa Cik Man juga manusia biasa yang bertindak sebagai perantara untuk kesembuhan penyakit.  Kadang-kadang penyakit tidak serta-merta sembuh karena memang pengobatan beliau bukan sulap atau “magic” tapi memang pengobatan yang realistis. Jadi, mungkin saja harus datang beberapa kali untuk menyembuhkan satu penyakit, seperti : kanker.  Jadi, tetap berdoa kepada Allah dan terus berikhtiar untuk kesembuhan.

Apa yang harus dilakukan jika ingin berobat ke sana ?

  1. Untuk yang dari luar Malaysia, tentu saja pastikan anda punya paspor, punya NPWP (untuk bebas fiskal) dan bawa uang yang cukup untuk akomodasi dan transportasi.  Catatan : harus membawa saudara! Untuk yang akan operasi, tidak bisa datang sendiri karena ada surat persetujuan pengobatan yang akan ditandatangani oleh ahli waris.
  2. Telepon klinik sebelum memutuskan berangkat ke sana! Walaupun sekali lagi, ini tidak bisa memastikan bahwa pengobatan bisa dilakukan tapi setidaknya jika memang Cik Man tidak ada. Tapi lebih baik sedikit tahu daripada tidak tahu sama sekali. Ini nomor telpon klinik : +60(03)51210098 atau +60(03)51220366. Teleponlah sekitar pukul 13.00 – 15.00 WIB karena pagi-pagi staf klinik sangat sibuk melayani pasien. Lebih baik menelfon pada hari Senin karena menurut kebiasaan, Cik Man jika datang pada hari Senin, berarti selama seminggu beliau berada di tempat tapi jika hari Senin sudah tidak ada, maka berkemungkinan beliau tidak akan masuk selama satu minggu bahkan sampai satu bulan.
  3. Jika staf klinik mengatakan bahwa Cik Man ada, mulailah pesan tiket pesawat setidak-tidaknya berangkat pada hari Rabu jika tidak dapat pesawat untuk hari Selasa (sebaiknya hari Selasa), karena jika tiba di klinik lewat dari pukul 07.30 pagi berarti kesempatan  bisa berobat pada hari itu sangat tipis! Orang-orang sudah mulai berdatangan mulai dari pk. 05 pagi, tidak terkecuali untuk yang sudah bikin janji (datang kedua kali dan seterusnya).
  4. Bagi yang tidak punya saudara di Shah Alam dan sekitarnya, mulailah “booking” hotel. Ada dua hotel yang biasa digunakan oleh pasien untuk menginap : Hotel Subang Jaya : +60(03)56330128 atau Sri Muda Corner (SMC) Hotel : +62(03)51246503. Kedua-dua hotel ini terletak di tempat yang strategis, terutama berdekatan dengan tempat makan. Tapi SMC lebih dekat ke klinik, kurang lebih 15 menit pakai mobil atau 15 ringgit dengan taxi sementara Hotel Subang Jaya berjarak kurang lebih 30 menit yang berarti ongkos taxi juga bisa lebih mahal. Atau yang lebih mudah lagi telepon seorang penyedia jasa bernama Anwar +60176631377 atau Ina : +60123776158. Oh ya, kamar di hotel tersebut rata-rata 65-100 ringgit tergantung berapa orang yang akan menginap. Dan, yang paling baik adalah : punya saudara atau teman yang baik hati dan bersedia untuk ditumpangi (special thanks to my good friends : Bolly and Pipin)
  5. Supir taxi biasanya tidak familiar dengan lokasi klinik, jadi lebih baik menghubungi perantara (jika ditanya ke staf klinik, maka staf klinik pun akan merekomendasikan “orang” ini. Coba saja tanya “Ada yang bisa jemput saya ke hotel dan antar saya ke klinik tak?”), tapi lewat aku juga boleh tanya nomor kontaknya kok. Kalau akan diantar saudara, lebih baik survey lokasi dulu pas hari kedatangan.
  6. Datanglah sebelum pukul 7 pagi  waktu setempat karena biasanya pk.7 pagi sudah banyak yang berdatangan (lebih pagi lebih baik, terutama untuk yang pertama kali ingin check up/tahu penyakit). Buat nama di kertas yang disediakan. Ada di tembok di depan klinik. Karena pasien pertama kali datang akan dipanggil/diurutkan berdasarkan daftar nama yang telah diisi. Sediakan paspor atau kartu identitas!
  7. Klinik dibuka pukul 7.30 Waktu setempat. Jangan meninggalkan klinik sebelum nomor antrian diberikan oleh petugas klinik karena kesempatan berobat bisa hilang! Staf klinik akan memberikan nomor antrian sesuai dengan urutan pada kertas yang telah diisi. Paspor akan disimpan sampai check up selesai –untuk digunakan sebagai kelengkapan administrasi.
  8. Pengobatan akan dimulai pk. 8.30, jadi masih ada kesempatan sarapan bagi yang belum sarapan atau lebih baik tidak sarapan bagi yang akan menjalani operasi di sekitar wilayah perut.
  9. Untuk yang bernomor urut 1-5 (baik untuk pertama kali datang, untuk yang akan operasi/rawatan/sudah bikin janji, untuk yang follow up) segera menuju ruang tunggu berobat (lantai 2) untuk menunggu giliran dipanggil jika tidak ingin “disalib” orang lain.
  10. Bersabarlah sampai giliran dipanggil karena ruang tunggu yang sangat sempit. Jika hanya check-up, usahakan pengantar (yang tidak akan berobat) tidak berada di ruang tersebut. Tapi jika akan operasi, maka saudara / ahli waris harus berada bersama-sama pasien. Dan jangan buat bising alias jaga ketenangan.
  11. Pasang telinga baik-baik karena kadangkala nama pasien hanya dipanggil satu kali! Di lantai 2 ada empat ruangan yang difungsikan sekaligus. Ruang 1 biasanya untuk pasien pertama kali datang, ruang 2-4 untuk operasi. Ruang 4 sesekali digunakan untuk “dressing” (cek bekas operasi sehari setelah operasi dilakukan).
  12. Setelah bertemu Cik Man (baik untuk check up, operasi, dressing, follow up), turunlah ke lantai dasar untuk melakukan pembayaran. Bagi pasien check-up buat janji untuk operasi, dst. Biasanya operasi dijadwalkan satu minggu ke depan setelah check-up dilakukan dan tak bisa ditawar-tawar kecuali Cik Man (dokter) menyatakan bahwa pasien dalam keadaan kritis dan harus segera dioperasi.  Biaya check-up hanya RM 20 (Des 2009,red) tapi biaya untuk obat-obatan sebelum operasi bisa mencapai RM400/orang tergantung jenis penyakit.
  13. Tanyakan kepada staf klinik perkiraan biaya berdasarkan jenis operasi yang akan dilakukan. Karena adakalanya pasien harus menjalani tiga jenis operasi dan dipersilakan memilih operasi mana yang ingin dilakukan terlebih dahulu.
  14. Jika prosedur di atas bisa dijalani dengan baik, maka untuk operasi, dressing dan follow up pun akan lancar karena prosedurnya sama.

 

Hal-hal yang juga sebaiknya diketahui :

  1. Untuk mendapatkan visa di Malaysia, biasanya penumpang pesawat ditanyai tiket pulang, maka sewaktu memesan tiket, pesanlanlah tiket pulang dengan tips berikut : Jika check up hari Senin, maka berkemungkinan operasi adalah hari Senin atau Selasa minggu depan, dst. Sehari setelah operasi, akan ada dressing (mencek bekas operasi dan tukar plester). Untuk operasi “major” (perut dan sekitarnya) biasanya dicek langsung oleh Cik Man, sementara operasi kecil dilakukan oleh staf klinik.
  2. Setelah operasi, usahakan mengkonsumsi pati ikan Heruan (pati ikan lele) untuk mempercepat penyembuhan luka dalam dan jel Gamat untuk penyembuhan luka dari dalam (walaupun luka hanya seperti ditoreh daun tebu)
  3. Biaya operasi bervariasi; RM 500 – RM 4000 tergantung kesukaran operasi yang dilakukan
  4. Dokternya (Cik Man) ramah dan baik sekali
  5. Operasinya tidak sakit, tidak dijahit dan pasien bisa langsung pulang setelah beristirahat sejenak setelah operasi (untuk operasi major)
  6. Di depan klinik tidak ada tempat khusus untuk menunggu, jadi menunggu klinik dibuka, calon pasien “ngemper”.
  7. Harus disiplin untuk tidak memakan “pantangan” jika memang ada yang dipantangkan untuk dikonsumsi.
  8. Jangan pernah mencoba berbohong karena pasti akan ketahuan J.
  9. Di dekat klinik ada restoran melayu, ada mini market 24 jam
  10. Di depan klinik juga lewat bas mini atau bus Rapid KL menuju Taman Sri Muda (tempat dimana Hotel Sri Muda Corner berlokasi).

 

Aku Dioperasi!

Ga pernah nyangka harus menjalani operasi. Itulah aku! Maksud hati cuma mau ngantar papa sama mama berobat di Pusat Rawatan Herbapaty –sebuah klinik kecil di Kota Kemuning, Shah Alam pada tanggal 7 Desember 2009. Rencana keberangkatanpun mendadak karena tanggal 4 Desember (Jumat) aku baru saja pulang dari Jogja dan mamaku sayang memintaku untuk segera beli tiket ke Malaysia karena dokter yang selama ini “diburu” sedang berada di tempat (begitu kata sobatku Boli. Thanks ya Boli….).

Mama yang sudah hampir dua tahun tidak bisa berjalan sempurna begitu semangat. Tak mungkin aku memadamkan semangat yang begitu menyala tersebut. Setelah minta izin dan pamit ke teman-teman di KOGAMI, aku beli tiket dan yang ada hanya Air Asia untuk hari Senin (7 Des) … sssttt… siapa bilang Air Asia murah? Mahal bo! Tapi ya sudahlah…  ikhtiar harus disempurnakan.

Singkat cerita, sampailah aku, papa, mama di Shah Alam dan dijemput sama Boli, langsung menuju klinik dan Alhamdulillah lega… kali ini dokternya ada! Berarti besok pagi-pagi harus ngantri!

Bang Zab –suami Boli sobatku bersedia mengantar (Thx B’Zab), maka pukul 5 pagi Selasa (8 Des) mobil sudah meluncur dari rumah. Lebih kurang 20 menit sampailah di klinik yang dituju. Setelah mengisi nama pada daftar pasien, kami menunaikan shalat subuh di mesjid terdekat.

Kalau bicara soal pasien yang berjubel sudah bukan cerita aneh buat klinik ini karena “kehebatan” ilmu sang dokter yang lebih dikenal dengan nama Cik Man sudah membahana ke seantero Malaysia dan sebagian wilayah di Indonesia. Tepat pukul 7.30 saat klinik dibuka, kami diberi nomor antrian check up oleh staf klinik (sssttt…. aku iseng-iseng mendaftar karena aku penasaran dengan rasa sakit kepala yang sering mengganggu).

Tak ada perasaan apa-apa ketika bertemu sang dokter karena beliau sangat ramah. Satu per satu penyakit papa diuraikan, begitu juga mama. Percaya atau tidak, dengan memegang pergelangan tangan pasien, beliau mampu menguraikan seluruh diagnosa kurang dari dua menit! Dan lebih takjub lagi ketika hasilnya sama persis sama hasil scan dan MRI rumah sakit! Persis sama! Begitu juga rekomendasi untuk tindakan/operasi yang harus dilakukan. Pokoknya aku mendengarkan sambil terkagum-kagum.

Sampailah pada giliranku. Pergelangan tanganku dipegang dan keluarlah kalimat berikut dari mulut Cik Man, “Sering sakit kepala, sakit ketika haid, lemas. Ini hormon tak teratur dan ada kista. Tunggu kejap kat luar ya, selepas tu masuk lagi.” Aku keluar ruangan, kali ini sambil bengong. Apa? Kista? Oh no!

Sepuluh menit kemudian aku masuk lagi. Cik Man memegang sebuah alat digital dan memang di sana terlihatlah ada seperti bulatan di dalam perutku. Ya, itu dia si kista! Maka, akupun harus dioperasi! Ok fine. Mama akan operasi pinggul untuk memperbaiki masalah osteoporosis, papa harus dioperasi karena penyempitan pembuluh syaraf dan aku operasi untuk pengangkatan kista.

Maka, dibuatlah janji operasi hari Senin minggu berikutnya (14 Des 09). Aku tak terlalu memikirkan soal operasi karena aku memang tidak pernah membayangkan akan menjalani apapun jenis operasi.  Yang penting, kami harus segera pulang ke rumah Boli karena Boli akan pulang ke Indonesia.

Seminggu dalam penantian terasa sangat lama. Aku rindu ponakan-ponakanku, aku rindu teman-teman di KOGAMI, aku rindu pekerjaanku. Untung masih bawa laptop, jadi bisa juga beberapa hal kuselesaikan selama satu minggu menunggu.

Singkat cerita, Senin  (14 Des), kami siap dioperasi!

Aku deg-deg an setengah mati. Biar orang kata aku kuat atau super woman, aku paling ga suka berobat ke dokter! Sudah 10 tahun aku tak pernah berobat ke dokter. Buatku sakit bisa diobati dengan tidur dan makan yang banyak. Kali ini sekalinya ke dokter eh operasi pula. Wow! Hidupku sungguh bervariasi!

Di tempat yang kecil itu, terjadilah hubungan yang akrab antar pasien dengan berbagai keluhan. Hatiku sedikit tenang setelah tiga orang yang pernah mengalami operasi mengatakan, “tak sakitpun, tak berasa.” Ada sedikit modal keberanian sekarang. Dan yang paling penting adalah : TIDAK PAKAI JARUM SUNTIK! hahaha terakhir kali aku disuntik itu saat kelas 3 SMA. Tuh dah lama banget kan?

Papa yang bernomor urut 4 dipanggil terlebih dahulu. Aku masih terkagum-kagum dengan kerja sang dokter. Di lantai dua klinik tersebut ada 4 ruangan! Dan berganti-ganti kepala perawat muncul dari ruangan tersebut untuk meneriakkan nama pasien. Wah keren… 4 ruangan ditangani seorang dokter! Hebat!

“Nurhelmi Hasmi!” Nama mama dipanggil, maka mama juga masuk ke salah satu ruangan. Tak lama namaku dipanggil, tapi aku tau kalau aku dipanggil bukan untuk dioperasi karena perawat yang memanggil muncul dari ruangan tempat dimana papa masuk tadi. Aku diminta menyaksikan papa yang tengah dioperasi. Dengan antengnya sang dokter menerangkan apa yang tengah dilakukannya pada punggung papa. Jujur saja aku tidak paham. Aku tertegun melihat papa masih bisa ngobrol dengan enaknya dengan sang dokter saat dioperasi sementara lemak-lemak bercampur darah dibereskan di depan mataku. Seperti bukan operasi saja!

“Patra Rina Dewi!” Nah, sekarang giliranku.

Setelah memakai pakaian operasi, aku berbaring di tempat tidur menenangkan diri. Perawat mempersiapkan seluruh peralatan yang dibutuhkan. Dokter masuk sejenak berusaha menghiburku kemudian dia pergi lagi ke ruangan lain menangani pasien yang check up, masuk lagi ke ruanganku dan menempelkan beberapa plester di tubuhku. Katanya agar darahku jangan terlalu banyak yang keluar. Aku pasrah saja. Duh, masih kebayang mau dipotong kayak ayam hiiii…..serem!

Setelah plester melekat erat seperti kemben, Cik Man mengatakan, “Sekejap saya beri obat kebas (bius) ya” sambil mengoleskan sejenis balsam yang terasa sejuk di tubuhku kemudian dia pergi lagi ke ruangan lain menangani pasien lainnya. Lima menit dia datang lagi, memimpin 2 orang perawat berdoa sebelum membedahku! Makin mencekam deh suasananya. Mereka berdoa khusuk sekali, aku jadi membayangkan kematian. Duh!

Ketika dia telah siap menancapkan pisau operasinya, papa mama dipanggil untuk menyaksikan. Maka, papa mama pun masuk. Sekejap selepas itu, aku bisa merasakan kalau perutku sudah ditoreh, dikoyak dan sebuah benda diambil! Cik Man berkata kepada papa dan mama, “Saya hanya ambil kista, rahim masih ok lah.” Kemudian papa dan mama diminta keluar kembali sementara sang dokter menutup luka dan membersihkan darah yang berserak sambil memperlihatkan kista yang baru saja diangkat. Ya Allah besarnya…!!! sebesar telur itik! Kenapa selama ini aku ga ngerasain ada yang lain di perutku? Udah segede itu, sejak kapan aja tumbuhnya? Alhamdulillah sudah dibuang sekarang.

Lima menit saja ku dibedah dan tanpa rasa sakit sama sekali. Lukaku ditempeli perban tanpa ada jahitan lalu ku diminta istirahat selama dua jam. Sstt… belum dua jam aja aku dah turun dari tempat tidur karena kebelet pipis. Aku diberi makan bubur oleh perawat dan menunggu dua jam terasa sangat lama karena aku ga bisa tidur. Jadi, aku sms-an aja sama beberapa teman, sempat foto-foto sendiri juga (narsis jalan terus). Ketika kulihat jam tanganku menunjukkan pukul. 12.30 aku langsung turun dari tempat tidur dan menuju lantai dasar untuk bertemu papa mama. Ah operasi yang aneh dan menakjubkan…. Aku bisa jalan seperti biasa, beraktifitas seperti biasa tapi tetap tidak boleh “terlalu lincah” dan kecapean karena walaupun lukanya hanya seperti goresan terkena duri tapi luka di dalam tetap harus dijaga agar tidak terjadi infeksi.

Begitulah teman… operasi yang rumit tapi hanya berlangsung lima menit! Jadi terinspirasi buat dioperasi oleh Cik Man? hahaha jangan deh ya…. Maka, check-up lah teman.. sekarang aku bisa ngasih nasehat setelah kista sebesar telur itik yang bikin aku harus dibedah tanpa rencana!

Hari ini, 16 Desember perbanku sudah dibuka sepenuhnya dan sudah bisa mandi seperti biasa… Moga aku bisa jaga agar tidak terlalu lincah karena tidak merasa seperti telah menjalani operasi.

 

P.S. Nasehat dokternya yang bikin aku tersenyum simpul, “Kista bisa muncul lagi, maka segeralah menikah, buat anak.” Hahahaha…. harus cari pabrik calon mitra dulu nih … Hmm… ada yang berminat?

 

Untuk informasi tentang Klinik Herbapaty, ini tulisanku :

http://patrarinadewi.multiply.com/journal/item/247/Pusat_Rawatan_Herbapaty_Warisan

Thursday, November 19, 2009

Akhir Cerita Cinta

"Kak, aku single parent sekarang"
Begitu message yang kutemukan di inbox ku dari seorang yang karena usianya lebih muda kusebut Adik.

Aku sama sekali tidak kaget, perasaan ini rasanya begitu datar menerima pesan itu. Yah, aku sudah memperkirakan hal ini terjadi sejak mereka masih dalam taraf penjajakan. Bahkan aku bisa dikatakan orang yang tidak menyetujui keputusan mereka untuk menikah.

Pikiranku melayang pada masa 6 tahun lalu. Takdir mempertemukanku dengan seorang pria yang akhirnya kuanggap sebagai adik. Kedekatan kami membuatnya nyaman berada di dekatku. Katanya baru aku yang benar-benar memperhatikan dia, menyayanginya dan mengerti apa yang dia mau.

Bagiku, diapun adalah adik yang sangat baik, penurut, perhatian.. dan sedikit manja. Masa lalu nya sangat menyentuh perasaanku terdalam, bahkan di masa 6 tahun itu lalu pun menurutku kehidupannya juga tidak seperti kehidupan kebanyakan orang-orang normal. Orang tuanya tidak menyayanginya, cenderung mengucilkan dirinya dengan terus-terusan membandingkan dengan dua adiknya. Dia sama sekali tidak merasa dipedulikan. Sewaktu kecil, dia sering menerima penyiksaan dari ayahnya. Merinding jika kuingat lagi penuturannya. Mau tidak mau rasa ingin melindungi muncul secara alamiah dari diriku. Setidaknya, jika aku mampu memberikan kasih sayang yang aku punya kenapa tidak?

Dia jadi bersemangat hidup, bersemangat kuliah dan memperlakukanku sebagai seorang kakak yang dia sayangi. Tidak ada ruginya.

Sampai suatu saat dia memperkenalkanku pada calon istrinya. Di sini persoalan baru muncul. Adik yang selama ini di mataku sangat lembut dan sopan... dan memang begitu adanya (kepadaku.... bahkan sampai saat ini) ternyata suka "menyiksa" calon istrinya. Seringkali jika mereka bertengkar, aku yang menengahi. Suatu hari aku menyadari bahwa aku telah terlalu jauh memasuki kehidupan mereka sehingga aku mulai kehilangan kemerdekaan hingga perlahan aku pun menjaga jarak.
Ah ternyata itu berefek negatif. Dia jadi tidak semangat kuliah, tidak masuk kerja bahkan sampai mogok makan. "Ya Allah.. apa yang sudah aku perbuat?"

Hingga akhirnya.... dalam sebuah kesempatan ku katakan pada calon istrinya "Jangan dilanjutkan hubungan kalian. Tidak akan pernah berakhir dengan baik. Jika sekarang sudah sering diwarnai pertengkaran sampai akhirnya menyakiti secara fisik, sampai kapanpun hubungan itu takkan pernah bisa baik."

Tapi lagi-lagi keputusan akhir ada di tangan mereka. Mereka menikah!

Dan seminggu yang lalu kuterima pesan itu dari mantan istrinya "Kak, aku single parent sekarang".

Aku hanya tidak habis pikir, mengapa cinta bisa membutakan mata hati seseorang? Kenapa menunggu enam tahun ? Kenapa tidak mengambil keputusan sebelum pernikahan itu terjadi?

Ah...... entahlah...



Monday, November 9, 2009

Prihatin Sama Kaum Sendiri

Tulisan ini hanya sekedar curhat. Yang merasa tersinggung .. mungkin lebih baik, agar bisa introspeksi diri.

Kutujukan pada kaumku yang kusayangi..

Gempa Padang 30 September 2009 meninggalkan "sedikit" keprihatinan di perasaanku terdalam. Bukan tentang gempanya... yang tentu saja itu bagian dari proses penciptaan dan bisa disikapi berdasarkan nilai-nilai keimanan yang kita punyai; mau dianggap sebagai musibah (kalau kita semakin jauh dari Allah), mau dianggap sebagai ujian keimanan (jika kita mau bersabar dan semakin dekat pada Allah, dll.

Banyak sekali bantuan datang, terutama dari pihak asing - dalam tulisan ini aku akan titik beratkan pada istilah "bule". Dan karena keterbatasan mereka dalam berbahasa, maka mereka menggunakan jasa interpreter. Entah mengapa .. jumlah interpreter perempuan lebih banyak dibanding laki-laki.

Nah, yang aku amati adalah : sebagian kaumku yang tidak saja menawarkan jasa sebagai interpreter tapi berusaha untuk mencari "prestise" dengan mendekati bule atau membalas perhatian para bule melalui beberapa cara. Ada yang bahkan terang-terangan mengatakan bahwa punya pasangan bule jauh lebih bergengsi dibandingkan punya pasangan produk lokal.

Kalau sekedar bersahabat saja.. pastilah tak akan jadi masalah. Tapi kalau sudah mengikuti kultur mereka? Wah.... !! Aku cuma bisa ngucap. Para bule minum bir, eh si interpreter duluan teler....  si bule malah anti rokok tapi si interpreter merasa lebih gengsi jika ada asap yang keluar dari mulutnya. Ketika si bule tak beragama... si interpreter yang mengaku punya agama justru jauh dari kesantunan. Kemudian saking berharap cinta atau mungkin saja bisa hidup bersama sang bule, si interpreter mau saja dipeluk-peluk dan dicium di pinggir jalan.

Duh... kalau para wanita tak lagi bisa menjaga diri.. apa jadinya Indonesia?
Bahkan dari penuturan mereka sendiri, tak ada bule yang loyal. Setelah balik ke negara mereka, bahkan tak pernah ada kontak sedikitpun. Mereka hanya mencari kesenangan sesaat, seperti layaknya "kesenangan" yang mereka peroleh di negera mereka.

Lalu? Apa sebenarnya yang kau cari wahai kaumku ?


Tuesday, September 29, 2009

Salut BANK MUAMALAT (Biasakan cek saldo di ATM)

Minggu pagi, 27 September 2009 sekitar pk. 08.45 WIB aku ngambil uang melalui ATM MANDIRI di daerah Imam Bonjol. Berhasil! Belanja... belanja... ga sadar uang habis karena ada beberapa barang yang dalam planning begitu menggoda untuk dibeli.

Alhasil, ke atm lagi. ATM yang sama, karena mobil parkir di sana.
Aku tarik 500,000 kali ini tapi mesin ATM nya bilang "Maaf, transaksi anda tidak bisa diproses" (kalau ga salah gitu deh kira-kira).

Penasaran karena butuh uang .. aku mikir "Hmm.. mungkin mesin ini ga punya 500,000, siapa tahu punya jumlah lebih kecil"

Aku coba tarik 300,000 dan berhasil!
Eh pas ngelihat saldo dari receipt, kok uangku berkurangnya 800,000 dari saldo awal?
Padahal yang 500,000 aku kan ga terima!
Waduh rugi nih bandar!

Untung ga kehilangan akal.
Aku telfon call centre nya BANK MUAMALAT.

Petugas di seberang sana menjawab dengan sopan... seperti biasa.. santun :)

Setelah kuuraikan kronologis kejadian, dengan tenang dia berkata,
"Hari ini atau selambat-lambatnya besok, uang ibu akan dikembalikan"

dan BENAR SAJA!
Senin pagi aku cek lagi saldo BANK MUAMALAT ku dan UANGKU sudah KEMBALI seperi seharusnya

SALUT BANK MUAMALAT!
Udahlah ga ada ribanya, bagi hasilnya adil, ATM bersama ga dipungut bayaran eh pelayanan nya memuaskan. Mantap!

Terimakasih.
Semoga keihklasan petugas yang membantuku hari itu dibalas Allah dengan segala kebaikan yang diharapkannya. Amin

Teman-teman,

biasakan cek saldo di ATM setelah mengambil uang, terutama jika uang tidak bisa ditarik sejumlah yang diminta :) dan segera hubungi call centre untuk minta bantuan jika ada masalah

Sunday, September 6, 2009

A Real Man

Seru juga ikut pelatihan jurnalis yang digelar SERF journalism expeditions. Tahun ini kali kedua aku ikut jadi duta budaya dari organisasi bernama last mile operations. Seru!

Iseng-iseng aku ikut kelas mereka, 11 orang surfer yang juga mahasiswa Amerika dan dua instruktur terkenal Sam George dan Matt George.

 

Ini nih salah satu tugasnya : Sebutkan 20 A real man menurut kamu.

A Real Man

A real man respect his mother and sister

A real man is rational

A real man is committed and faithful

A real man never breaks promise without acceptable reason

A real man has responsibility

A real man takes a challenge just to improve the quality of his life, not to show his pride

A real man never cries because of his own problem but he cries for the unfair world

A real man can control others, not by giving command by using his eyes and smile

A real man keeps family on the right track without holding them tight

A real man always makes woman feel comfortable beside him

A real man is confident and selfless

A real man doesn’t talk too much especially nonsense word

A real man works hard and sincerely

A real man knows to whom he talks to

A real man never escape from the war when his country attacked by other countries

A real man doesn’t have “magic finger” to show his arrogance and laziness

A real man might love more than woman in his life but he never betrays family by having affair

A real man dares to live more than dares to die

A real man is source of happiness

A real man is my soul mate to be

Itu menurutku...

Nah sekarang PR untuk teman-teman yang kesenggol

1. Evanov

2. Mona

3. Yudimuslim

4. Bunda Elly

5. Henny K Teguh

6. Mba Atik

7. Nikki

8. Diana Rochayani

9. Dponz

10. Deshinta

Attachment: together.jpg
Attachment: together.jpg

Tuesday, July 14, 2009

Kopdar ma Bunda Elly

Senangnya siang itu karena setelah sekian lama kenal lewat dunia maya, aku punya kesempatan buat ketemu sama Bunda Elly. Ternyata bunda Elly masih muda hahahaha... dasar otakku mikirnya ga bisa diarahin.. klo udah stempel "Bunda" aja, yang kebayang wajah yang begitu berwibawa ... Peace.. Peace.. termasuk bunda Wirda. Ternyata oh ternyata bunda berdua ini GAUL ABIZ.... !

Bunda Elly, aku ga ngarang lo.. untuk itu aku lengkapi dengan foto kita bertiga ama Mery.

Lihatlah betapa cerianya kita karena kebutuhan siang itu terpenuhi .. duh ikan bakar di saat kopdar.. menu yang oke!

Sayang, siang itu aku ga bisa lama ngobrol karena udah ada janji meeting di kantor.

Terimakasih Allah, telah memberiku sahabat yang banyak.. di dunia nyata ataupun dunia maya

Monday, July 13, 2009

MP, I miss you!

Dah lama ga berkunjung ke blog ku tercinta, akhirnya panggilan itu datang juga. Betapa di MP silaturahmi terasa begitu indah. Teman di dunia maya, ketika jumpa ga pernah bikin kaget karena yang tersaji di rumah maya mereka masing-masing adalah kehidupan yang sesungguhnya, tanpa basa-basi ...

Betapa aku merindukanmu teman-teman... sangat!
Aku kan berusaha untuk serajin dulu mengunjungimu.

Ah rindu............ serindu-rindunya

ngabsen ah..
1. Mba Atik, masih hebring kan?
2. Deshinta, masih beberes mo pulkam ya?
3. Mba Marlene yang feminim... pakabar?
4. Mba Eleonora... masih aktifkah di MP?
5. Bunda Wirda, ingat kehangatan di rumah Bunda
6. Bunda Elly,  ku baru saja jumpa... asyik .. gaul!
7. Teh Dina Sudjana, persiapan masak dimana lagi nih?
8. Dewa Cinta, masihkah kau setia walaupun aku berpaling sesaat?
9. Mona, adik manisku.... ku rindu sapaanmu
10. Teh Henny K Teguh, jalan-jalanmu mengesankan kah?
11. Gita Cinta, Tisha, Yudi, semuanyaaaaaaaaaa.............!! yang ga keabsen jangan marah ya...

I miss you all :)


Tuesday, May 5, 2009

Memang Beda!

Hari ini ada rasa yang membuncah. Ingin sekali dirangkai dalam untaian nada-nada indah tapi ah... rasanya takkan ada kata-kata yang bisa mewakili kebahagiaan yang baru saja aku rasakan dan rasanya ingin menghabiskan waktu dengan cepat untuk menyelesaikan curhatan ini. Dunia terasa begitu terang benderang. Masalah yang menumpuk tiga hari belakangan seakan lenyap begitu saja. Allah benar-benar tak sekalipun ingkar janji. Maha Besar Allah dengan segala rencana-rencananya termasuk skenario perjalanan hidup seluruh manusia yang tersebar di seluruh permukaan bumi ini.

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” [Q.S. Alam Nasyrah (94) : 5-6)], begitu janji Allah.

Waktu menulis inipun senyum tak berhenti mengembang sebagai pelambang syukur atas karunia-Nya. Betapa adilnya Allah menetapkan masa-masa duka dan bahagia dalam kehidupan seseorang sehingga hati ini tak pernah terasa kering.

Hari Jumat minggu lalu aku dapat telfon dari seorang Dekan dari sebuah Fakultas di sebuah universitas negeri di Padang. Aku ingat, tiga tahun yang lalu setelah aku “mempensiunkan” diri dari sebuah lembaga tempat aku mengabdi, aku mendatangi beliau untuk menawarkan keilmuan dan keahlian yang aku miliki. Aku masih ingat, saat itu dengan ramahnya beliau mengatakan bahwa beliau sangat membutuhkan tenaga sesuai dengan ilmuku tapi fakultas tersebut masih berproses untuk menggapai harapan yang baru, terutama sekali dalam hal infrastruktur.

Setelah itu, aku asyik berkutat dengan lembaga yang aku dirikan sama teman-teman ; Komunitas Siaga Tsunami (KOGAMI). Rasanya waktu yang aku manfaatkan di KOGAMI tak lagi memberiku ruang untuk memikirkan peluang pekerjaan yang lain. Rasa cintaku mengalahkan segalanya, kecuali cinta pada Allah, Islam dan orang tua. Berbagai peluang silih berganti menggoda, tidak hanya mengenai pekerjaan tapi juga tentang kehidupan masa depan. Ah mungkin klise atau naif dalam pandangan orang-orang kalau aku harus bilang bahwa aku sangat mencintai KOGAMI.

Jujur saja, ketika sms dari beliau datang dengan tawaran bergabung dalam sebuah tim peneliti (yang prestisenya ga akan diragukan lagi), aku berada dalam titik kebimbangan. Bimbang menentukan arah, bimbang dengan ketidakmampuanku dalam mengolah konflik pribadi. Aku dalam titik terendah yang butuh pertolongan karena ternyata komunikasi intrapersonal yang aku bangun pada saat itu tak lagi bisa diandalkan, hingga aku membutuhkan komunikasi interpersonal. Cukup membantu, tapi tak sepenuhnya. Teman-teman yang peduli mencoba membangkitkan semangatku untuk tetap kuat karena aku memang dikenal sebagai orang yang kuat. Tapi ah... sampai manakah kekuatan seorang manusia? Hingga akhirnya dialog dengan Allah aku intensifkan karena hanya Dia yang tak pernah salah memberikan jawaban.

Selasa, 5 Mei 2009 pukul 15.00 WIB kupenuhi janji pada sang Dekan. Aku bawa fotokopi ijazah S1 dan S2 serta tesis masterku mengenai kultur jaringan tanaman, lebih khususnya tentang penghasilan metabolit sekunder yang sangat terkait dengan “wadah” baru yang sedang diinisiasi oleh beliau. Dengan jujur aku terangkan bahwa aku sangat tertarik untuk bergabung, tapi saat ini aku sedang menjalankan amanah di KOGAMI, bahkan sebagai pimpinan hingga aku tak mungkin meninggalkan amanah tersebut dalam waktu yang singkat (dalam hati aku masih berpikir “Apakah suatu saat nanti aku mampu?”). Sang Dekan berusaha meyakinkanku bahwa aku masih punya waktu untuk menyelesaikan amanahku karena “wadah” ini juga mungkin akan rampung pada tahun depan.

Lagi-lagi aku mengucapkan terimakasih dan menerangkan bahwa aku tidak bisa berjanji karena masih panjang langkah yang harus ditempuh untuk mewujudkan cita-citaku dan teman-teman tentang rasa aman pada masyarakat terhadap ancaman bencana.

Akhirnya beliau bertanya tetang aktifitasku di KOGAMI dan darimana KOGAMI mendapatkan dana.

“Alhamdulillah, kami dapat dukungan dana APBD dari pemerintah propinsi dan kota Padang, kami juga mendapat dukungan dana dari lembaga PBB yaitu UNESCO, dari USAID, dari Mercy Corp, dari Trocaire, dari Yayasan IDEP, dari LIPI, dari DKP. Dan tidak hanya dana tapi kami juga mendapatkan dukungan keilmuan dan dukungan moril lainnya dari banyak pihak.” Begitu paparku.

Beliau kemudian mengatakan, “Wah, kalau begitu ... anggap saja saya tidak jadi menawarkan untuk bergabung dengan Fakultas ini. Saya tidak ingin berkontribusi dalam mengurangi TRUST lembaga lain terhadap lembaga anda. Tidak mudah buat LSM menjaring lembaga nasional dan internasional sedemikian cepat, bahkan untuk LSM stereotype nya lebih dikenal sebagai lembaga oposan pemerintah, suka mengkritisi tanpa ada solusi. Lembaga anda mendapatkan dukungan sebanyak itu pastilah karena faktor kepercayaan yang tinggi dan faktor kepercayaan yang tinggi pastilah ditentukan oleh personal yang ada di dalamnya.. yang akhirnya bermuara pada leadership. Tapi, jika suatu saat nanti anda memang telah ingin berhenti dengan sendirinya, saya masih mengharapkan anda untuk menelfon saya.”

Subhanallah... perasaanku campur aduk. Sebegitu pentingnyanyakah buat beliau pengabdian yang aku lakukan bersama teman-teman di KOGAMI? Sementara selama ini masih ada beberapa orang yang memandang sebelah mata. “Apa sih yang bisa diharapkan bekerja di LSM?” itu kebanyakan pertanyaan yang diajukan oleh orang-orang, karena ternyata khususnya di Sumatera Barat masih terdapat pengkastaan dalam memilih pekerjaan dan Pegawai Negara Sipil terletak pada kasta tertinggi. Dalam hati aku hanya bisa membatin, “Andaikan mereka tahu kebahagiaan yang aku rasakan bisa mengelola kreatifitas sendiri, mengelola konflik, mengambil pelajaran, membina jaringan, bertemu orang banyak, melihat kebahagiaan orang-orang yang mendapat manfaat di daerah program, melihat semangat relawan yang luar biasa.. pernahkah mereka rasakan hal yang sama?” Aku yakin tidak sehingga aku merasa sangat beruntung.

Apapun kata orang, siang itu aku merasa sangat merdeka karena telah berani membuat sebuah KEPUTUSAN BESAR dalam hidup. Aku berhasil melepaskan diri dari beban emosional yang tengah hinggap. Aku berhasil mengalahkan godaan prestise tentang masa depan yang menjanjikan. Aku semakin percaya dengan takdir Allah yang selalu tepat untuk hamba-hambaNya.

Aku sungguh merasa beruntung. Beliau, sang Dekan dari sebuah Fakultas bergengsi telah mengisi kekosongan di hatiku. Sehingga aku hanya mampu berucap, “Memang beda pemikiran orang yang berpendidikan tinggi dan open minded dalam memandang sesuatu.” Beliau sama sekali tidak mengecilkan keberadaan sebuah LSM.

Masih kuingat pesan beliau ketika aku pamit kembali ke kantor, “Lanjutkan perjuangan, jagalah kepercayaan orang-orang. Mudah untuk membangunnya tapi sangat sulit untuk mempertahankannya. Sekali salah melangkah, seumur hidup orang  takkan percaya!”

Ah, takkan mudah melaksanakan pesan tersebut  tapi aku percaya anggota KOGAMI; teman-teman yang selama ini berdedikasi tinggi membuat aku yakin untuk tetap melanjutkan perjuangan.

 

P.S. Terimakasih untuk keluarga besar KOGAMI yang telah mengajariku banyak hal, yang telah membuatku mau mengakui kekuranganku, yang mampu membuatku berjanji kepada diri sendiri untuk menjadi lebih baik. Moga Allah membalas kesungguhan dan keikhlasan kita dalam bekerja.Marilah kita jaga kepercayaan ini bersama-sama hanya untuk menggapai ridha Allah semata.

Thursday, April 2, 2009

Tentang GEMPA dan TSUNAMI - khususnya untuk Sumbar

Karena banyak teman-teman yang bertanya tentang :
1. Ciri-ciri gempa berpotensi tsunami
2. Kenapa masih berusaha, padahal tsunami itu kan takdir dari Allah

maka aku akan jawab sesuai dengan kapasitas keilmuanku dan kelembagaanku. Terimakasih untuk pertanyaannya.

Jawaban:

Prolog:
Walaupun definisi bencana yang ditentukan oleh lembaga PBB adalah : suatu kejadian yang terjadi secara tiba-tiba ataupun perlahan-lahan, disebabkan oleh alam ataupun campur tangan manusia, mengakibatkan kehilangan nyawa dan harta benda serta berubahnya fungsi sosial, dan hal tersebut tidak mampu diatasi oleh sekelompok manusia pada sebuah daerah.

Tapi aku punya definisi yang lebih sederhana

Bencana = kegagalan manusia beradaptasi dengan tanda-tanda yang diberikan Tuhan melalui alam / Kegagalan manusia beradaptasi dengan fenomena alam

Kenapa demikian?
Kalau manusia bisa mempelajari tanda-tanda alam, maka manusia akan belajar lebih jauh lagi bagaimana cara menyikapinya. Jika cara menyikapinya benar, maka tidak akan pernah ada yang namanya BENCANA ALAM.

Sederhana.

Contoh : Situ Gintung.
Pelajaran I : Lokasi Situ lebih tinggi dari kompleks perumahan - pasti ini termasuk bahaya yang berpotensi menjadi bencana suatu saat. Manusia yang paham, tidak akan bermukim di sana, apalagi sampai menimbun Situ
Pelajaran II : Sudah terlihat retakan dan sudah dilaporkan berkali-kali kepada pemerintah tapi tidak disikapi dengan seksama. Jika cepat diantisipasi, tidak akan terjadi BENCANA

atau yang lebih sederhana lagi...
Pada sebuah daerah aliran sungai, tidak ada kehidupan selain kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan liar di sana. Suatu saat jika sungai meluap dan terjadi banjir, walaupun banyak areal yang digenangi.. maka manusia tidak menyebutnya sebagai BENCANA.

Nah, berarti benar kan? Kalau manusia memberi istilah bencana untuk hal-hal yang merugikan manusia itu sendiri? Udahlah berkontribusi buat kerusakan alam eh ALAM pula yang DISALAHKAN :)

Hehehe.. moga ga ada yang protes aku nulis gini.

INI JAWABAN buat KEDUA PERTANYAAN DI ATAS

Ok, lanjut.
Risiko bencana = Bahaya x kerentanan
                            --------------------------
                                 kemampuan

Ntar klo ga ngerti, boleh nanya kok.
Jadi, artinya .. jika kerentanan dikurangi dan kemampuan ditingkatkan, maka risiko bencana bisa diminimalkan.

Nah, sekarang... mengapa kita harus bersiap ? Bukankah bencana itu takdir ?
Hey... siapa bilang? Tuhan itu Maha Baik lo... Manusia aja yang ga mau belajar. Sudah dikasih ilmunya bahwa fenomena alam itu punya siklus tapi tetap aja ga ngerti.
Galodo.... di tempat yang sama terjadi pengulangan, siklusnya antara 30-40 tahun. Tanya deh penduduk setempat klo ga percaya.
Trus, gempa... selalu terjadi pengulangan di tempat yang sama. Siklusnya berbeda-beda di tiap daerah, ada yang 50 tahun, ada yang 100 tahun, ada yang 30 tahun. Coba deh buka lagi catatan sejarah bencana di daerah masing-masing.

Nah, lagi-lagi.. kelalaian manusia itu belajarlah yang bikin manusia (kita-kita ini) terkena bencana.

Jepang... belajar dari siklus gempa dan tsunami yang pernah mereka alami membuat mereka lebih bagus dalam perencanaan. Pembangunan pun sudah terintegrasi dengan pengurangan risiko bencana, seperti : pendirian bangunan sesuai dengan building code (yang telah disesuaikan dengan kerawanan gempa di sana) .. ssst... Indonesia katanya udah punya, tapi belum diterapkan :)

Nah gitu juga dengan Tsunami, pengulangannya bisa ratusan tahun.
Lagi-lagi Tuhan ngasih tanda-tanda...

Ga percaya?
Belajar donk dari penduduk Simeulue yang pernah terkena tsunami pada tahun 1907, yang artinya dah banyak yang wafat lo nenek moyang yang jadi saksi tsunami.. tapi kenapa hanya 7 orang dari 78.000 penduduknya yang tewas pada tsunami 26 Desember 2004? Itupun yang berada di laut lebih dekat ke pantai.

Karena.... nenek moyangnya mau mendidik generasi penerusnya dan generasi penerusnya mau belajar dari nenek moyangnya.

Coba deh ke simeulue, tanya semua orang di sana. Pasti mereka tahu cerita tentang Smong 07. Mereka menyebut tsunami dengan SMONG.

Dari mulut ke mulut, generasi ke generasi, bahkan ke pendatangpun cerita tentang tsunami 1907 diteruskan tanpa bosan-bosan. Sederhana saja caranya, tidak mahal! Caranya cuma bercerita di rumah masing-masing, di kedai-kedai, dimanapun mereka berada.

Isi ceritanya :
Dulu pernah terjadi gelombang besar (smong) pada tahun 1907. Ada gempa besar sebelumnya, kemudian laut surut. Nah, jika itu terjadi lagi... kemasi barang-barang dan larilah ke bukit.
Simpel banget kan? Tapi dampaknya... luar biasa!! Itu dinamakan kebijakan lokal

Gempa besar bisa dijadikan salah satu pertanda untuk terjadi tsunami
Khususnya bagi wilayah-wilayah yang terletak di dekat pertemuan lempeng bumi (zona subduksi)
contoh : wilayah pesisir Sumbar, dimana pertemuan lempeng Indo Australia dan Eurasia berada kurang lebih 170 km dari kota Padang. Maka, jika terjadi pergeseran lempeng... akan berakibat terasa getaran yang dinamakan GEMPA!

Beda halnya dengan Sri Lanka atau Maldive yang sama sekali tidak punya sumber gempa (secara geologis), jadi mereka akan sangat bergantung sekali dengan peralatan peringatan dini, karena mereka masih punya waktu!

Biar tidak terjadi kesalahpahaman.
TSUNAMI pasti didahului oleh peristiwa gempa bumi di laut (bedanya : terasa atau tidak terasa, tergantung pada jarak daerah yang akan terkena dampak)
tapi TIDAK SIAP GEMPABUMI menyebabkan TSUNAMI

Nah, karena Sumatera Barat berada dekat sekali dengan pertemuan lempeng, tentu saja akan merasakan gempa.

CIRI-CIRI GEMPA BERPOTENSI TSUNAMI untuk WILAYAH PESISIR SUMBAR, sebagai berikut :
1. Gempanya sangat kuat (manusia tidak bisa berdiri seimbang)
Kenapa ? Jawabnya : bayangkan lempeng bumi dengan ketebalan 40-60 km masing-masingnya yang bertumbukan. Hebat kan benturannya?

2. Berlangsung lama tanpa jeda (satu menit atau lebih)
Kenapa ? Karena setelah berbenturan, pastinya lempeng tidak akan langsung diam. Penggaris aja habis dibengkokkan akan bergetar untuk sekian lama sampai stabil kembali

3. Struktur bangunan (terutama yang berada di daerah pantai) akan mengalami kerusakan atau runtuh
struktur bangunan : kolom-kolom, tiang penyangga

Jika ketiga ciri ini yang terjadi, maka :
SEGERA EVAKUASI (lebih baik berjalan kaki). Ikuti langkah-langkah berikut:
1. Matikan listrik, gas
2. Ambil tas siaga yang telah dipersiapkan dari sekarang. Isinya : makanan instan, minuman, dokumen penting, obat-obatan, pakaian, senter + baterai, radio + baterai
3. Kunci dan tinggalkan rumah menuju daerah > 3 km dari pantai atau ketinggian> 10 meter dari permukaan laut (hindari gendung dalam radius 500 meter dari pantai)
Dengarkan informasi melalui radio, karena akan ada arahan dari pemerintah, tentang : sumber gempa, apakah berpotensi tsunami atau tidak, serta informasi lainnya
3. Jika informasi yang diterima bahwa
gempa berasal dari darat : boleh kembali ke rumah
gempa berasal dari laut dan berpotensi tsunami : lanjutkan evakuasi
gempa berpotensi tsunami dan kemudian dibatalkan : boleh kembali ke rumah
4. Jika terjadi tsunami, bertahanlah di daerah aman selama 4 jam minimum

Maka, dari sekarang:
Buatlah perencanaan keluarga, karena aktifitas anggota keluarga pasti berbeda-beda

Ingat! Salah satu penyebab jatuhnya banyak korban di Aceh adalah karena SALING MENCARI
Bapak yang sudah berada di daerah aman pulang ke rumah untuk mencek keluarga... maka seharusnya dia bisa selamat, tapi malah ikut jadi korban.

Caranya :
Diskusikan tempat aman yang akan dituju oleh masing-masing anggota keluarga
misal : anak akan ikut arahan dari guru (karena 60 sekolah telah dilatih di kota Padang)
Nah kalau terjadi tsunami, semua anggota keluarga akan berkumpul di IAIN Imam Bonjol Lb. Lintah 5 jam setelah terjadi gempa atau selambat-lambatnya 10 jam setelah terjadi gempa.

Masih mau nanya kenapa kita harus bersiap?
Waduh...waduh....
Takdir itu adalah ketika ikhtiar kita dah semaksimal mungkin... nah akhirnya mati juga, itu baru dinamakan takdir.

Kan tsunami ga ada tanda-tandanya ?
Lha kan udah dijelasin tadi.

Air laut itu baru akan dibangkitkan beberapa menit setelah "slip" nya lempeng memberi pengaruh pada permukaan air.

Nah, untuk wilayah Sumbar ... waktunya yang diskenariokan melalui pemodelan adalah 20-30 menit!
berarti : KITA MASIH PUNYA WAKTU UNTUK MENYELAMATKAN DIRI dalam RENTANG WAKTU 20 - 30 MENIT!

Bukankah kalau Tuhan sudah berkehendak, harusnya kita pasrah?
Oh ya? Kenapa harus pakai payung kalau hujan ? Harusnya pasrah aja buat basah
Kenapa harus ke dokter kalau sakit? Harusnya pasrah aja donk, karena Tuhan sudah berkehendak.
TOTALLY WRONG! Salah besar dalam mengartikan takdir.

Nabi Nuh aja masih bikin kapal besar kok! Tuh pelajaran langsung dari Tuhan
Trus, Nabi Muhammad - Rasulullah SAW aja masih bikin parit kok untuk bertahan dari serangan musuh

Mau beralasan apa lagi?

Maka, BUDAYA SIAGA BENCANA harus tumbuh pada diri masing-masing
Udah ga jamannya membiarkan korban tewas trus baru berlomba-lomba kasih bantuan. Itu paradigma lama... lamaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa sekali!

Kalau masih ada pertanyaan lanjutan, silakan email ke kogami_indonesia@yahoo.com

terimakasih
PS. Mohon maaf kalau tidak berkenan dan bahasanya juga bahasa buat teman-teman, jadi buat Bapak-bapak ... maaf ya, ini cuma cc aja :). Mohon masukan juga kalau ada yang salah.

Eh ada yang kelupaan :
GEMPA TIDAK BISA DIRAMALKAN, JADI JANGAN PERCAYA ISU TENTANG TANGGAL TSUNAMI !
(tau kan nyambunginnya?)

Teman-teman telah ikut dalam usaha KESIAPSIAGAAN apabila ikut menyebarkan informasi ini kepada teman-teman yang lain .... Relawan jarak jauh, mungkin sekali kan? Terimakasih untuk kepedulian kita semua :)

MARI BANGUN BUDAYA SIAGA BENCANA ! Sebagai wujud syukur atas kehidupan yang diberikan Allah untuk kita

Saturday, March 21, 2009

[Sahabat] Empat Jam Ga Cukup!

by : Patra Rina Dewi

Alhamdulillah, Kamis 19 Maret 2009 berakhir sudah seminar Regional “Building Models for Disaster Preparedness” yang diadakan Komunitas Siaga Tsunami (KOGAMI). Lega! Setelah tiga hari berkutat dan pindah kantor ke Hotel Pangeran Beach. Saatnya balik ke kantor. Kangen!

Di kantor cuma ngabisin waktu untuk temu kangen ama teman-teman, cerita tentang serba-serbi seminar, serba-serbi kantor dan update kabar yang beredar seputar Kogamers. Tiba-tiba telfon berdering. Ups, dari nomor tak dikenal. Kedengaran suara yang super lembut dari seberang sana. Untung si penelfon ga jail, langsung bilang “Puspa Rini...” belum selesai nama itu disebut, aku rasanya sontak, girang banget! Ya ampun ... lama sekali aku ga jumpa sobat kecilku ini, mulai dari SD, SMP, SMA aku dan dia bareng.... pulang sekolahpun kadang suka bareng karena kami tinggal di satu arah.

Trus, kami janjian buat ketemu besok sore (Jumat) sepulang aku ngantor.

Duh rasanya ga sabar, pengen tahu seperti apa wajahnya. Berubahkah? Seperti sobatku lainnya Iyen (Reni Susanti) yang semakin cantik, pakai jilbabkah? Seperti sobat-sobatku : Ik, Tia, Zani, Pipin, Diena, Irma, Net, Rahmi, Lisa, Ira, Eva, Pipiet.. atau tetap seperti wajah yang kukenal dulu, seperti Afrin, Sandra, Uci, Iing atau Riny yang foto-foto mereka aku temukan di Facebook? Ah, ga mau menebak-nebak... tapi rasanya benar-benar ga sabar dan ga mau berandai-andai juga.

Jumat pagi, aku begitu semangat ngantor dan berharap waktu cepat berlalu (biasanya aku ingin jam berputar lebih pelan). Rapat pagi hari di BAPPEDA, kembali ke kantor untuk tugas harian, berdiskusi ama Neysa (partner kerja dari Jerman), shalat ashar.. yuhuuuuu..... 16.30 WIB kutelfon Puspa. Aku begitu bersemangat ninggalin kantor. Teman-teman rada heran klo aku pulang lebih cepat dari biasanya, tapi untuk hari Jumat mereka maklum karena sebagai Ketua Majelis Ta’lim Masjid Baitul Makmur aku berusaha menyempatkan diri untuk hadir pada wirid rutin Jumat. Hehehe pasti mereka nyangkanya aku pergi wirid, padahal salah total! Aku kangen ketemu Puspa!!

Lima belas menit lewat dari 16.30 aku menginjakkan kaki di rumah sobat kecilku. Ah... masa sih udah 18 tahun aku ga ketemu dia? Ga nginjakin kaki di rumahnya? Belum lagi nyampe di depan pintu rumah, tiba-tiba “Assalaamu’alaikum”, kedengaran suara dari dalam rumah memberi salam. Siapa lagi kalo bukan Puspa. Hehehe saking excitednya, aku mpe keduluan ngucapin salam.

Tanpa pakai pemanasan, silih berganti cerita meluncur dari mulut kami berdua. Kadang sabar bergantian untuk saling mendengarkan dan bercerita tapi kadang kami saling balapan pengen cerita. Bayangin aja, 18 tahun sudah tak pernah berbagi cerita. Walaupun zaman kuliah kami masih sama-sama di Padang tapi entah kenapa aku dan dia ga pernah ketemu. Segitu sibuk kah? Ih, baru nyadar sekarang.

Trus, Puspa hijrah ke Jakarta dan kerja di sana. Aku ngelanjutin S2 di Malaysia, trus aku kerja di Bandung selama tiga tahun, trus balik ke Padang. Hmm... tapi itu kan ga seharusnya jadi alasan. Trus kenapa donk? Ya .. sudahlah, yang penting hari ini aku dah ketemu dia.


Dia makin cantik, cantik banget malah! Rambutnya yang dulu panjang, sekarang masih ngelewatin bahu. Wajahnya terlihat begitu segar, ah... benar-benar cantik! Kami bercerita seakan tak pernah berpisah sebelumnya, ga ada jaim-jaiman, cerita mengalir gitu aja... tentang kehidupan, tentang harapan, tentang status yang masih jomblo... hahahaha ternyata aku ga sendirian! Trus kami mulai mengitung teman-teman lainnya yang masih jomblo (sorry Iyen, Pipiet, Lisa, dan Diena klo nama kalian ikut kesenggol) berikut cerita-cerita pendukung tentang status yang masih jomblo tersebut. Sampai di ujung pembahasan, kami dengan besar hati mengakui bahwa alasan-alasan yang kami kemukakan hanyalah sebuah usaha pembenaran terhadap status yang masih sendiri. Namun intinya, kami masih normal dan berhasrat menikah dengan orang yang tepat! hahaha... Berkali-kali tawa berderai menertawakan apa aja yang bisa ditertawakan. Termasuk ide untuk “mengiklankan” diri yang berkualitas tinggi untuk mendapatkan pendamping yang sepadan tanpa terkesan banting harga hahahaha.... (mpe keluar air dari mata).

Mama tiba-tiba muncul bawa kerupuk emping (Ssst... mamanya Puspa adalah Dewan Penasehat Majelis Ta’lim Baitul Makmur, jadi ketauan deh aku ga pergi wirid dengan alasan kangen-kangenan ma sobat lama). Trus papa juga nyelutuk, “Patra itu ya?” ... ya ampun, saking asyiknya ngobrol, aku mpe lupa negur papa yang lagi nonton TV. Aku merasa begitu nyaman di rumah itu, serasa rumahku sendiri.. papa mama Puspa begitu baik dan ramah. Makasih Allah!

Karena ada tamu yang datang, Puspa ngajak aku ngungsi ke kamar. Yes! Makin membuka peluang buat bercerita tanpa sensor. Obrolan tanpa judul dan tanpa chapter itu hanya dihentikan oleh shalat Maghrib, trus dilanjutkan lagi di meja makan. Ssst.... dendeng dan sup bikinin mama enak banget!

Abis makan, balik lagi ke kamar. Bolak-balik cerita tentang diri sendiri, tentang teman, tentang status... dengan versi yang berbeda-beda. Mungkin klo ada alat ukur yang bisa ngukur binar-binar mata, mungkin hasilnya akan berupa grafik yang tak beraturan, peaknya akan berlompatan sana-sini. Sungguh aku tak bisa mengurai kerinduan yang sedang terjalin (iya ga sih Pus? Jangan-jangan aku ge-er sendiri nih.... Biarin ah).

Lagi seru-serunya cerita, telfonku berdering. Siapa lagi klo bukan salah satu dari ortuku tersayang, papa. “Masih lama pulangnya nak? Bisa ga dilanjutin besok?” Duh, empat jam cukup! Tapi aku harus pamit.

Puspa mengantarku sampai teras depan dan kukebut motorku pulang. Sungguh pertemuan yang indah, moga tetap indah sampai di syurga Allah nanti. Amin.

Jumat, 20 Maret 2009

Diikutsertakan dalam Lomba Menulis Tentang Sahabat

Thursday, March 19, 2009

Jangan Percaya 100 persen!

Aku sering sekali baca kalimat satu ini, "Dont trust anybody 100% even yourself!". Tadinya aku ga ngerti sama sekali kenapa ungkapan kayak gini harus ada di dunia? Bukannya kita harus percaya sama orang tua, saudara, sahabat, teman atau siapapun? Eh ini mah katanya bahkan jangan percaya ama diri sendiri juga.

Kemaren Allah ngasih jawaban, ngasih pengetahuan klo ungkapan itu emang benar!

Memang sih aku belum kenal lama sama teman yang satu ini. Perkenalan aku dan dia dimulai dengan hubungan kerja. Silaturahmi terjalin sangat baik hingga akhirnya kita merasa nyaman satu sama lain. Akhirnya merembet juga untuk ngomongin masalah kerjaan. Realita yang ada dalam membangun sebuah lembaga, penuh lika-liku dan tantangan.

Semuanya masih baik-baik saja, sampai akhirnya ketika dia mendapatkan tekanan dari atasan sehubungan kerjasama yang tengah kami bangun, dia mulai lose control. Diskusi-diskusi yang terjalin selama ini mengenai informasi lembaga menjadi bumerang yang menghantam! Masih untung kalau kenyataannya seperti yang dia lontarkan. Informasi itu menjadi kalimat-kalimat dan pernyataan-pernyataan yang begitu dahsyat sesuai dengan imajinasi dan skenario yang dibuatnya sendiri secara emosional.

Ah mengapa aku baru sadar tentang nasehat itu "Jangan percaya orang lain 100% bahkan dirimu sendiri!". Yup, aku seharusnya tidak percaya sama diriku sendiri bahwa aku merasa aman untuk menceritakan hal-hal yang seharusnya aku simpan pada sebuah tempat yang rapat. Aku seharusnya tidak percaya pada diriku sendiri bahwa sebuah komunikasi bisa saja membuatku terbius ke dalam lingkaran yang seharusnya tidak aku sentuh.

Seperti jika seorang jatuh cinta maka seharusnya dia tidak percaya 100% dirinya bisa mengendalikan gejolak asmara sehingga pada akhirnya dia baru sadar bahwa sesuatu yang tak diinginkan telah terjadi akibat percaya 100% pada diri sendiri.

Mulai saat ini, aku hanya percaya Allah 100%. Selebihnya aku akan menempatkan kepercayaan sesuai dengan porsi yang seharusnya, dengan siapa aku sedang berhadapan.

Begitulah teman....

Tuesday, March 10, 2009

[Sahabat] Sahabat, Sebuah Kata Asing

Sahabat, Sebuah Kata Asing

oleh : Patra Rina Dewi

Sahabat? Ah sungguh aneh. Kenapa orang memerlukan sahabat? Kenapa orang harus mengklasifikasikan sebuah pertemanan dengan kata "sahabat"? Bukankah punya banyak teman lebih menyenangkan?

Bertubi-tubi pertanyaan hinggap di kepalaku. Aku dibesarkan di lingkungan yang sangat keras di usiaku. Entahlah, aku memang merasa demikian. Masih sangat lekat di ingatanku ketika aku harus menempati rumah baru di sebuah tempat yang sangat asing. Sebuah tempat sepi, di dekat rawa yang dipenuhi biawak dan ular, bahkan terkadang monyet-monyet muncul dari tempat yang tak disangka-sangka. Kalaupun ada tetangga, jaraknya juga tak seperti kata "tetangga" menurut orang lain. Aku harus jalan sekitar tiga menit, baru aku temukan orang-orang yang layak disebut tetangga. Ada sih tetangga tepat di belakang rumahku tapi tetap saja rasanya aneh karena aku harus mutar ke belakang lewat semak-semak untuk sampai di rumahnya.

Waktu itu aku baru berumur lima tahun dan ingatanku masih sangat kuat mengenang kejadian demi kejadian. Aku hanya punya dua orang teman sebaya perempuan, selebihnya laki-laki. Jadilah kami (perempuan) menyesuaikan diri dengan prilaku laki-laki begitu juga dengan jenis permainan.

Aku begitu besar bersama anak-anak kampung. Kebersamaan kami yang hanya 10 orang (anak-anak kampung) membuatku tak pernah merasa kesepian. Jadi, ketika orang bertanya tentang sahabat, aku sama sekali tidak punya jawaban. Semuanya adalah sahabatku!

Sampai satu saat, di kelas 2 SMP aku merasakan ada sesuatu yang hilang. Di saat sahabat-sahabat masa kecilku tak lagi punya banyak waktu untuk bermain seperti dulu. Mereka punya kesibukan sendiri-sendiri atau sebagian dari mereka mulai malu untuk bermain bersama. Masa remaja yang tak mengenakkan. Di sekolah aku bisa tertawa sepuas-puasnya karena temanku sangat banyak dan sampai di rumah aku merasa begitu kesepian karena satu demi satu teman kecilku mulai tak terlihat.

Sahabat. Kata itu mulai terngiang kembali. Benarkah aku membutuhkan sahabat? Haruskah aku memilih salah seorang dari mereka untuk aku jadikan sahabat? Ah... mengapa dunia terasa jadi begitu rumit?

Tanpa aku sadari, pelan-pelan aku kehilangan rasa percaya diri. Aku yang anak kampung mulai kehilangan lingkungan. Berteman dengan anak-anak orang kaya di lingkungan sekolah justru membuatku merasa minder. Tak ada yang salah dengan mereka. Justru mereka sangat baik. Jika mereka dijemput dengan mobil, aku bisa ikut menumpang. Jika ada yang ulang tahun, aku selalu ditraktir. Tapi apa yang bisa aku perbuat untuk mereka? Makan saja aku harus bisa bersyukur dengan lauk yang seadanya, jajanku hanya cukup untuk mengganjal perut jika memang "harus" lapar.

Waktu terus berputar...

Entah bagaimana, (masih di kelas 2 SMP) aku bisa berkenalan dengan seorang pencandu narkoba. Tentu saja aku tidak mengetahuinya di awal pertemanan. Tiba-tiba aku sudah dihadapkan pada episode sakau demi sakau yang harus dijalaninya. Sebagai teman, aku harus merahasiakan ini dari orang lain karena tak ada seorangpun yang tau kalau dia adalah seorang pencandu. Kehilangan kasih sayang dalam keluarga telah menyeretnya pada dunia terlarang ini. Lalu, mengapa masa remajaku harus melewati masa seperti ini? Di saat orang lain bisa tertawa riang, aku harus menangis ketika melihatnya kesakitan.

Sedikit demi sedikit aku berusaha meyakinkannya bahwa kebahagiaan itu hanya milik orang-orang yang bisa menganggap ujian sebagai salah satu episode kehidupan yang harus dilalui, sama seperti ujian semester yang memberikan kita angka-angka dan ranking di kelas. Tapi sepertinya ini tidak mudah.

Kesabaranku hilang sudah! Di satu siang aku mengeluarkan ancaman, "Jika kamu tidak mau berhenti, aku akan ikut make!" sambil merampas jarum suntik yang baru saja dipakainya. Aku kehilangan cara. Aku putus asa.

Sampai akhirnya, aku harus menangis berkali-kali melihat usahanya untuk berhenti. Ah mengapa sakau begitu kejam? Ubun-ubunku serasa ikut tercabut setiap kali dia mengerang kesakitan hingga berkali-kali pula aku kalah, "Pake aja, ayo pake aja!" begitu bujukku setiap kali melihat dia menggeliat dan menggelepar menahan sakit. Tapi berkali-kali pula dia berkata, "Aku ingin buktikan bahwa aku lebih menyayangimu sebagai sahabatku daripada benda ini!"

Sahabat? ... Ah, akhirnya ada yang mengistimewakanku sebagai seorang sahabat hingga dia bersedia kesakitan berkali-kali hanya untuk membuatku bahagia? Katanya hanya aku yang bisa mengerti keadaan dirinya, hanya aku yang mau mendengar segala keluhan dan omelannya.. yang aku sendiri tak pernah menyadarinya.

Sejak saat itu, sahabat bukan lagi kata asing untukku. Enam bulan berjuang untuk tidak menggunakan segala yang berbau narkoba telah membuktikan bahwa dia telah menjadikan aku penting. Adakah orang di luar sana yang merasakan kebahagiaan seperti yang aku rasakan? Bola mataku selalu saja panas jika teringat pengorbanannya untukku.

Sahabat, dimanakah kau sekarang? Aku merindukan saat-saat kita bersama melewati masa sulit dan menyimpan bongkahan rahasia... hingga sekarang hanya Tuhan, kau dan aku yang tahu... Aku menyayangimu, dimanapun kau berada...

Tulisan ini diikutsertakan dalam LOMBA MENULIS TENTANG SAHABAT