Sunday, November 19, 2006

Patah hati?

Membaca judulnya aja udah banyak yang tercenung. Ayo ngaku. Pada pernah patah hati kan? Entah siapa penggagas kata ini, tapi yang jelas ungkapan ini dipakai oleh Negara manapun di dunia untuk menggambarkan rasa “kehilangan” seseorang yang diharapkan menjadi soulmate. Lha jadi ngomongin bahasa, but it’s true dan sama seperti bahasa-bahasa abstrak lainnya, yang ini pun sulit didefinisikan dan tak terukur. Duh, yang pernah ngalamin jadi makin jauh terbawa pada memori itu…. “Pedih, Jendral!”.


 


Ya udah, ga usah berlama-lama di area bahasa. Let’s go forward. Aku hanya ingin kilas balik untuk diri sendiri dan mungkin juga bisa jadi referensi buat teman-teman yang sedang mencari literatur untuk pembahasan “topik” ini (pede banget ya ?). Kata guruku, masalah itu bukanlah hal terpenting, yang paling penting itu adalah bagaimana menemukan jalan keluarnya (beneran lo ini… ).


 


Sehubungan dengan usaha menemukan seseorang yang sama “Jabal rahmah” nya dengan kita dalam rangka melengkapi dien pastinya ada proses donk. Nah, ternyata setelah berikhtiar dan berdoa, keputusan mutlak kan hanya milik Rabb Yang Maha Bijaksana, yang diartikan sebagai : takdir. Mungkin ikhtiar kita menuntun ke arahnya dan mungkin juga tidak. Kalau iya, ya udah berarti ga usah dibahas. Alhamdulillah…. Kalau engga? .. Tiba-tiba ada kekosongan menyelinap… ga bisa diungkapkan pokoknya mah. Ayo, lagi-lagi ngaku !


 


Di sini butuh kebijaksanaan manusia untuk dirinya sendiri. Ada yang membiarkan rasa itu menjalar sangat jauh hingga ia terpuruk sangat dalam dan susah untuk bangkit lagi. Tapi ada juga yang ga membiarkan rasa itu merajalela hingga produktifitasnya hanya boleh hilang dalam hitungan detik. Hidup itu indah selama kita tetap mentransformasikannya dalam bentuk keindahan.


Intinya gini, patah hati itu boleh tapi patah semangat itu pantangan karena jatuh cinta dan patah hati sudah menjadi pasangan yang serasi, tinggal aja memadu padankannya. Patah hati bisa diganti kok atmosfir nya sesuai kebutuhan. Seseorang bisa aja ga patah hati karena udah memperhitungkan faktor resiko dan melakukan persiapan sesuai dengan kadarnya. Kalau dirujuk ke undang-undang kehidupan, pasalnya adalah “Innamal a’malu binniat”, banting stir aja.. kalau tadi niatnya ngejadiin dia sebagai imam dunia akhirat, tinggal diganti aja jadi saudara dunia akhirat, toh otak akan memproses sesuai dengan niat yang diteruskan kepada seluruh anggota tubuh. Simple kan ? Silaturahmi harus tetap jalan donk..


 


Yang baca ga boleh protes.. aku dengar lo dari jauh ada yang bergumam and complain “Andai semudah itu…”. Wallaahu a’lam. 


 


Buat yang lagi patah hati, tersenyumlah karena berarti punya kesempatan baru untuk jatuh cinta lagi. See…?? Life is beautiful, isn’t it?


 


* Semoga bahagia untuk dia yang telah menemukan takdirnya*


 

4 comments:

Diana Rochayani said...

Uniku sayaaaaannnggg.....
*speechless!*

patra rina said...

The life must go on, you mean a lot to me, jamparings and the angels of sekpim :-)

Popon Kurniasih said...

huhuhu....patah hati..???gw banget...tapi beneran indah lho ngerasain patah hati...indahny kalo udah menemukan jatuh cinta lagi, hehe

patra rina said...

Gw banget juga Pon ! Pernah ga jatuh cinta sekaligus patah hati ? hahahahaha.. rasanya nano nano banget ! Tapi gw siap buat jatuh cinta lagi.. HIDUP CINTA! Hidup sekpim! Hidup Jamparings.. lha ?