Friday, February 1, 2008

Dari Ruang Tunggu Kedubes Amerika

Senin tanggal 28 Januari 2008, ruang tunggu kedubes Amerika di Jakarta sangat full. Hmmm...  siapa bilang Indonesia miskin ? Jumlah orang-orang yang akan mengadakan perjalanan ke Amerika aja sebanyak ini. Ga hanya untuk perjalanan dinas tapi juga buat liburan pribadi. Ah, naif juga kalau aku berpikiran seperti itu karena pasti mereka adalah orang-orang yang bisa digolongkan kaya.
Di antara orang-orang tersebut, aku pasti terlihat menyolok karena aku satu-satunya yang mengenakan jilbab pada saat itu. Degup jantungku berdetak kencang ketika satu per satu wajah mendung melintas karena permohonan visa mereka ditolak, bahkan ada yang ngedumel dan mengeluarkan sumpah serapah.
Lalu, telingaku menangkap obrolan sekelompok ibu-ibu di belakangku.
"Ini kali kedua aku apply visa lo, dulu aku pernah ditolak." kata seorang ibu
"Aku juga", sahut yang satunya
"Makanya kali ini aku lepas kerudung karena kata orang kalau pakai kerudung sulit dikabulkan visanya." kata yang lainnya lagi.
"Apalagi kalau kerudung panjang dan tertutup rapat begitu." Duh, entah kepada siapa kalimat ini ditujukan tapi dadaku sempat bergejolak. Ada rasa marah. Bukan karena aku merasa dijadikan objek obrolan tapi alangkah mudahnya dia mempermainkan aqidah. Segitu pentingnyakah ke Amerika sehingga kerudung harus dilepas? Lalu, apakah sebesar itu juga ketakutannya ketika nanti Allah tidak mengabulkan permohonan untuk memasuki syurga-Nya?
Ternyata, obrolan itu memang ditujukan untukku. Sebelum sampai giliranku, aku pengen ke toilet dan aku ga nyangka kalau dua orang dari kelompok ibu-ibu itu berpapasan dan bertanya kepadaku, "Mba, ga takut visanya ga diapprove karena pakai jilbab?"
Aku berusaha untuk menenangkan diri (walau ada dongkol sedikit), "Engga bu, karena saya sudah pernah ke Amerika dan tidak menemui kesulitan sama sekali. Kalau Allah mengizinkan, saya pasti bisa berangkat." Hanya itu yang bisa aku ucapkan.
Allah Memang Maha Bijaksana, ibu yang bilang "buka kerudung" itu ternyata tidak bisa mendapatkan visa, sementara aku bisa mendapatkan visa dalam waktu tidak lebih dari dua menit. Aku hanya tersenyum karena rasa syukur yang membuncah. Tentu saja di sini aku bicara tentang profesionalisme kedubes Amerika yang ternyata tidak benar kalau ada diskriminasi muslim atau non muslim. Kalau alasan ke Amriknya jelas, insya Allah ga ada hambatan.
Terimakasih Allah... Engkau selalu ada bersamaku...
Aku tak pernah takut apapun, hanya satu yang aku takutkan... jika AKU TIDAK BISA MENEMUI ALLAH DALAM KEADAAN TERBAIK.

11 comments:

Tina Amalia said...

Dia itu Maha Adil sayang !!!

Yeti Setiawati said...

hemmm....pd lebih takut gak bisa ke amrik yah dr pd takut ma Alloh.
Dl pas kerja jg begitu katanya klo berjilbab sulit dpt kerja tp ternyata malah mudah banget...tdk sesulit seperti yg dibayangkan :D

susi herlianti said...

Allah maha pengasih dia dan tidak pilih kasih

patra rina said...

Iya Mbu,
aku benar-benar bersyukur slalu dimudahkan di setiap urusan

patra rina said...

Benar
bahkan orang-orang yang aku temui di Amrik justru terkesan lo sama jilbab yang aku kenakan
bahkan ketika berkano di Malibu, ada yang sengaja mendekatiku dengan kano yang lain karena aku berkano dengan pakaian tertutup lengkap dengan jilbab. Subhanallah

patra rina said...

Allah Maha Pengasih tiada tara pokokna mah

yelli ordinary people said...

gelo juga tu ibu2, demi ke amerika mau lepas jilbab..ck..ck...

AKP Yudi Randa said...

isbiir

Sha - said...

didoakan yg terbaik buat uni :-)

*beautiful sky said...

feelingku bener dikau pasti dapet adikku ..finally dapat juga kan . aku malah gak kepikiran soal jilbab itu. kalo udah pernah ke US biasanya sih gampang banget.
jadi kapan neh ?? aku awal april mau pergi , kalo bisa akhir maret dah berangkat jadi bisa ikutan ,jalan - jalan juga. ayo buruan

d'Amyja Songyanan said...

eh....uni mo berangkat lagi???