Tsunami 23 Desember 2007 : Isu, Kecemasan, Takdir dan Fakta
Mengikuti perkembangan di masyarakat terkait isu Tsunami yang dihembuskan oleh seorang Profesor dari Brazil lewat mimpinya dan kecemasan yang berefek pada matinya kreatifitas sebagian masyarakat Sumatra Barat dan Bengkulu membuat saya tergelitik untuk ikut memberikan pandangan. Satu pertanyaan mendasar yang belum mendapat jawaban sampai saat ini adalah : “Mengapa masyarakat mudah sekali panik?”. Kalau bicara tentang kematian, bukankah setiap yang bernyawa akan mati? .” (QS. Ali ‘Imran: 185) , lalu mengapa harus resah ? Saya pun takut mati dan setelah ditanya kembali hati kecil ini, ternyata saya tidak takut Tsunami tapi sekali lagi saya takut mati, karena setelah dievaluasi ternyata bekal yang akan dibawa ke hadapan Allah agar diakui sebagai seorang hamba yang taat belumlah terasa cukup, mana pula mungkin berharap tidak mendapat siksa apalagi masuk syurga. Sehubungan dengan isu Tsunami tanggal 23 Desember 2007 ataupun jenis kecemasan lainnya yang merasuki masyarakat ternyata ada hubungannya dengan ketakutan yang saya rasakan. Orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya dan meyakini bahwa amalan yang dilakukan selama hidup akan mampu mengantarkannya sebagai seorang syuhada takkan pernah takut mati, bahkan mungkin rindu akan kematian karena kematian adalah gerbang menuju pertemuan dengan Allah SWT dalam hakekat yang sebenarnya.
Kembali kepada isu yang kabar-kabarnya meresahkan masyarakat sampai-sampai ada yang memutuskan untuk meninggalkan kota/kabupaten tempat tinggalnya untuk menghindari bencana Tsunami seperti mimpi sang Profesor. Betulkah Sang Profesor bisa mentakwilkan (mengartikan mimpi)? Ah, terlalu naif jika akhirnya kita sebagai manusia beriman harus mempercayainya. Salah satu kriteria seseorang dikatakan beriman adalah ketika dia percaya kepada Rasul-Rasul utusan Allah, termasuk mukjizat yang diberikan Allah kepada para rasul-Nya. Bukankah mentakwilkan mimpi itu salah satu mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Yusuf as ? Nah, kalau kita percaya dengan mimpi sang Profesor, apakah kita masih mengimani Allah dan Rasul-Nya? Apakah kepercayaan kita terhadap mukjizat Nabi Yusuf as sudah bisa digantikan dengan keimanan yang lain? Wallaahu a’lam, silakan bertanya kepada diri sendiri. Jikapun pada akhirnya Allah berkehendak, itu bukanlah karena mimpi si Profesor tapi memang iradat Allah semata. Coba renungkan firman Allah berikut, "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: " Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?".(Q.S. Al-‘AnkabĂ»t:2). Maka, saat ini iman kita sedang diuji melalui seorang Profesor dari Brazil.
Di antara masyarakat yang gelisah ada juga masyarakat yang skeptis, yang menganggap bencana adalah takdir yang harus diterima begitu saja. Bahkan yang lebih ironis lagi ada yang melontarkan celutukan terhadap proses edukasi kebencanaan yang diberikan kepada masyarakat, “Untuk apa sih mengadakan persiapan segala? Mau mendahului takdir? Sudah merasa lebih hebat dari Tuhan ya?”. Tentu saja hal ini juga harus disikapi dengan bijaksana. Karena “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri....” (Q.S. Ar-Ra'd: 11). Allah memberikan ujian berupa Tsunami bukan berarti kita harus pasrah karena sesungguhnya terkandung hikmah bahwa Allah ingin menambah pengetahuan manusia. Sakit diciptakan agar manusia bisa menemukan obatnya (yang tentu saja sudah disediakan Allah), begitu juga dengan bencana, Allah ingin manusia menemukan jalan untuk bisa mengenali karakteristik alam dan beradaptasi dengan fenomena alam. “Bacalah dengan menyebut nama TuhanMu...” (Q.S. Al-‘Alaq:1). ayat pertama yang diturunkan Allah agar manusia mau belajar, baik ilmu-Nya yang tersurat maupun yang tersirat, bukannya menyerah sebelum melakukan apa-apa. Rasulullah Sang Kekasih Allah masih saja mau bersusah-susah menggali parit untuk menyelamatkan pasukannya pada perang Khandaq, apalagi kita manusia biasa yang punya banyak keterbatasan? Sudah sepatutnya kita melakukan usaha maksimal untuk mengenali ancaman gempa dan Tsunami dan terlibat aktif dalam usaha kesiapsiagaan sembari berdoa agar kita mendapat perlindungan dari Allah SWT. Setelah segala usaha yang dilakukan, maka wajib hukumnya bagi manusia untuk bertawakal dengan mempercayai takdir. Tentu saja peranan ulama sangat diharapkan untuk bisa mengisi kekosongan hati dan mengokohkan kembali keimanan yang mulai terdegradasi.
Selanjutnya penting untuk membicarakan fakta yang ada, bahwa:
- Sumatera Barat tepat berada pada pertemuan dua lempeng dunia yang sewaktu-waktu bisa mengalami tumbukan yang terasa sebagai gempa dan mungkin saja memicu gelombang yang dinamakan Tsunami
- Proses bertumbukannya lempeng adalah sunnatullah, bagian dari proses penciptaan
- Tidak ada ahli dan peralatan yang bisa meramalkan kapan gempa akan terjadi, sementara Tsunami khususnya untuk wilayah pesisir Sumatera Barat akan didahului oleh gempa yang kuat karena posisinya yang berada pada pertemuan lempeng tersebut.
- Sumatera Barat pernah dilanda Tsunami pada tahun 1797 dan 1833, maka masyarakat perlu mengenali proses terjadinya Tsunami dan bagaimana cara menyikapinya agar korban jiwa seperti di Aceh tidak terulang kembali.
- Himbauan Gubernur Sumatera Barat, bapak Gamawan Fauzi agar masyarakat tidak sepenuhnya bergantung kepada sistem peringatan dini berupa teknologi yang punya banyak keterbatasan sangatlah bijak karena sesungguhnya gempa besar bisa dijadikan peringatan utama bagi masyarakat.
- Orang yang berilmu dan beriman tidak akan mudah panik, akan tetapi akan termotivasi untuk mengembangkan wawasan dan menggali ilmu Allah yang tersurat maupun yang tersirat. Takdir mutlak menjadi rahasia Allah.
- Ancaman bencana memang perlu diwaspadai tapi ancaman erosi keimanan harus lebih diwaspadai karena mati seharusnya menjadi sebuah kerinduan untuk bertemu dengan Sang Khalik, tentu saja dengan cara yang diridhai-Nya.
Semoga isu ini membawa hikmah khususnya bagi saya agar tidak takut lagi mati karena bertekad untuk menjadi hamba yang bertaqwa dengan menjaga keridhaan-Nya di setiap perkataan dan perbuatan. Amin
12 comments:
Insya Allah tidak terjadi, karena tsunami bukan ramalan cuaca yg bisa diperkirakan.
mungkin harus ada kerjasama juga dengan ulama dan tokoh adat setempat..
Iya.., masyarakat kita emang mudah panik
Panik BBM naik, panik listrik naik, panik air laut naik, panik naik panik naik
Sayang, saat posisi rok mini dan kaus ketat ikut naik
Kok masyarakat kita tidak pada panik
Malah cuma asyik lirak lirik
*parah
mona dapet info ini dari temen yang kerja dibengkulu sekitar hampir sebulan yang lalu.
kata temen , kantong2 mayat sudah disiapkan, begitu juga ambulan tempat mengungsi dan persiapan menghadapi bencana. orang2 di bengkulu udah cemas, panik.
tadi juga udah ada berita di TV tentang gempa besok.
ternyata itu cuma mimpi si Prof aja ya, soalnya kata temen yang di bengkulu itu penelitiannya Prof itu.
semoga tidak terjadi hal yang mengerikan itu.
masyarakat kita skrg sering banget dihantui oleh kepanikan ttg tsunami dan gempa plus bencana besar...walau aku jauh dr tanah air, aku ikut prihatin atas isu2 yg ga bertanggung jawab.
Iya, Allah Maha Melindungi hamba-hamba Nya
alhamdulillah sekarang tanggal 23 desember 2007 pukul 12.37 siang aktifitas di Padang masih berlangsung dengan normal bahkan di depan kantor lagi rame banget, karena sedang dilangsungkan kejurda karate :))
Iya Teh,
tapi prihatinnya, ulama sekarang sebagiannya lebih banyak nge "judge" orang lain dibandingkan nyari solusinya
Aku dan teman-teman pernah juga ngerangkul ulama untuk sosialisasi ke masyarakat tapi mereka ngerasa jadi manusia paling benar, katanya "selagi masih ada orang yang berbuat maksiat, maka bencana tetap akan tetap terjadi sebagai azab". Duh, miris banget .. padahal Allah itu kan Maha Penyayang, kalaupun ada ummat yang engkar, bukan berarti bencana sebagai hukumannya. Allah itu Maha Adil!
tul kan Teh?
Dunia emang udah eror, Gie!
segala panik, penyakit baru yang harus diberantas nih !
Nah, itu dia Mon! Masyarakat kita belum terbiasa dengan segala bentuk persiapan. Memang prosedurnya harus begitu, ada atau tidak ada bencana, persiapan itu tetap dilakukan, namanya CONTINGENCY PLANNING : perencanaan untuk hal-hal tak terduga, jadi... pada saat kejadian bencana, udah ga bingung lagi nyari stoknya : mulai dari logistik sampai kantong mayat. Jadi, ini hal yang lumrah banget
iya, itu hanya MIMPI
kalau mau tau hasil penelitian
www.us-iotws.gov atau http://www.jsce.org/disaster_report.shtml atau penelitian2 yang berasal dari Prof. Kerry Sieh, Jose Borero, DR. Danny Hilman
Asslmlkm.Sibuk apa di kogami sekarang ni?
Asslmlkm.Sibuk apa di kogami sekarang ni?
banyak banget sibuknya :))
tolongin atuh
Post a Comment