Monday, June 11, 2007

IPDN Undercover

Sebenarnya aku ga terlalu peduli dengan terbitnya buku IPDN Undercover yang ditulis oleh salah satu dosen yang seharusnya juga banyak berbuat di saat dulu kasus ini belum merebak menjadi masalah yang luar biasa. Entahlah, aku tak mau untuk berkomentar lebih banyak karena aku juga tidak berada di sana. Aku pribadi hanya menyayangkan bukunya yang berjudul IPDN UNDERCOVER yang jelas ditiru dari JAKARTA UNDERCOVER sehingga langsung menggambarkan sebuah PENCITRAAN NEGATIF.

Aku hanya ingin menyampaikan pesan dari beberapa temanku lulusan STPDN/IPDN bahwa DEMI ALLAH MEREKA BERSUMPAH TIDAK PERNAH MELAKUKAN PERBUATAN AMORAL SAMPAI PERZINAHAN seperti yang ditulis oleh sang dosen yang mereka cintai tersebut. Wallahu a'lam, aku juga tidak mengenal beliau.

Wallahu a'lam, aku hanya penyampai pesan dari hati-hati yang menangis... Biarlah kebenaran terungkap seiring dengan waktu. I am just an outsider. Sorry...

30 comments:

dina sudjana said...

kebenaran itu mutlak kuasa Allah SWT, nanti juga akan diperlihatkan yang benar itu benar dan yang salah itu akan diperlihatkan kesalahanya...
di akhirat tidak ada satupun umat yang bisa menghindar dari tingkah laku selama didunia..waalahu alam..hanya Allah yang tahu..
saya juga prihatin, sebenarnya semuanya bisa diselasaikan dengan cara yang baik bukan dengan cara mengumbar aib..yang belum tentu kebenaranya yang ujung2 mejurus ke fitnah..naudzubilllah hi min dzalik

Bunda Estherlita Suryoputro said...

jangan2 maling teriak maling

Laura Khalida said...

mungkinkah terbitnya buku itu merupakan kebenaran yang akhirnya terungkap seiring berjalannya waktu?

kiky fitriyanti said...

temen patra mungkin engga...praja lain? who knows? sama aja pas ada orang bilang orang2x dari kampus X suka pesta Narkoba (kebetulan yang ditanya emang candu...), dan beberapa mahasiswanya bisa proof ngga semuanya gitu...other way around...

yuni hanafi said...

bener cabe kriting tuh yaa....mungkin begitu mmg kasusnya..jadi masyarakatnya juga harus deawasa yah. jadi ingat jaman baru2 ada ribut teroris...masa org jilbaban dan jenggotan digambarkan sebagai teroris dan aku juga kena kena dampaknya...ke mall diplototin,di jalan diplototin..cm krn sm2 jilbaban...

Nofend d'maRola said...

Itukan bagi yang tidak, dan kanta pak Inu kan juga gak semua, berarti ada yang tidak kann???

Ini sedikit Fwd tentang ini :

IPDN UNDERCOVER (1 - 5)
11/06/2007 11:47 WIB

Inu Kencana Klarifikasi Kiai Pendamping Praja Putri
Nograhany Widhi K - detikcom

Jakarta - Inu Kencana, dosen yang berani menguak kasus penyiksaan IPDN, akan menggelar konferensi pers di kantor MUI Provinsi Jawa Barat, Jl RE Martadinata No 105 Bandung.

Jumpa pers ini diadakan hari Jumat 15 Juni sekitar pukul 13.00 WIB.
Tujuannya adalah mengklarifikasi kiai pendamping praja putri yang mengadu ke Komnas HAM di Jakarta pertengahan Mei lalu.

Menurut ketua Tim Pembela Inu Kencana, Agus Purwantara, saat itu praja putri didampingi dua pria yang mengaku kiai dari MUI Jabar.

"Kita akan klarifikasi bahwa kiai yang ikut ke Jakarta itu, ternyata MUI
Jabar tidak tahu menahu," ujar Agus Purwantara pada detikcom, Senin
(11/6/2007).

Agus menjelaskan, 2 kiai yang mengatasnamakan MUI Jabar sudah diklarifikasi oleh ketua bidang hukum MUI Jabar Prof Dr Abdulrachman MA dan sekretaris umum MUI Jabar KH Drs Rafani Akhyar.

"Nanti akan diklarifikasi ke pers. Selain itu akan ada deklarasi ulang tim
pembela Inu Kencana yang terdiri dari 50 pengacara dan 200 profesional. Tim Pembela Muslim rencananya juga akan ikut bergabung," ujar Agus.

Pada pertengahan Mei, ratusan praja putri didampingi dosen wanitanya,
mengadu ke Komnas HAM. Mereka menyomasi Inu karena menulis seks bebas dikampus IPDN yang dimuat dalam bukunya yang berjudul IPDN Undercover. Pada awal Juni, giliran Inu yang ke Komnas HAM untuk mengadukan balik koleganya di IPDN. (nwk/nrl)

IPDN Undercover (1)

Kesaksian Inu Menyelamatkan Wibawa Presiden
Tb Ardi Januar - Okezone

Inu Kencana adalah seorang dosen di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Namanya melambung seiring dengan "ocehannya" seputar perilaku menyimpang di kampus calon pamong praja itu. Inu pun menuangkan ceritanya dalam buku: IPDN Undercover.

Berikut ini adalah salah satu bagian cerita Inu Kencana tentang sepak
terjangnya menyelamatkan wibawa Presiden SBY hingga kepeduliannya pada almamaternya:

Pada Agustus 2006, saya terkejut ketika mengetahui nama-nama murid saya yang melakukan pembunuhan terhadap Wahyu Hidayat tetap ada pada daftar wisudawan IPDN. Artinya, betapa buruk sebuah sekolah yang katanya berdisiplin, namun meluluskan mereka yang membunuh teman satu sekolahnya.

Pada malam sebelum acara wisuda, saya menelepon Bapak SBY, Presiden Republik Indonesia, tentu saja melalui juru bicara beliau: Bapak Andi Malarangeng.
Lalu, saya meminta izin untuk membeberkan fakta tentang para calon wisudawan yang seharusnya ada di terali besi, mempertanggungjawab kan kasus pembunuhan.

Beliau (Presiden RI melalui Pak Andi) mengatakan, "Silakan bongkar." Maka saya menghubungi para wartawan untuk menyampaikan data itu. Besok paginya,
terbitlah berita di berbagai media yang bunyinya: "Presiden Melantik
Narapidana." sehari setelah berita itu terbit, semua orang di IPDN marah
kepada saya.

Saya diadili pada sebuah rapat senat, yang di sana juga ada Menteri Dalam Negeri Muhammad Ma'ruf. Saya ditanya, "Mengapa Anda berlaku seperti itu ?
menjelek-jelekan almamater Anda." Lalu, saya katakan bahwa saya tidak
bermaksud menjelek-jelekan IPDN. Saya tidak mengada-ada. "Silakan cek ke Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah Agung," kata saya.

Setelah mereka mengecek, maka pada malam hari itu, suasana menjadi tegang sekali. Rupanya kesepuluh praja yang diwisuda itu harus masuk penjara. Malam itu juga, nama kesepuluh praja itu dicoret, dan dibuatlah ralat bahwa mereka tidak jadi lulus. Apa artinya? Artinya, kalau saya tidak bertindak seperti itu (melapor ke Presiden), para pembunuh itu diluluskan oleh STPDN (sekarang IPDN).

Jadi, ketika Dr I Nyoman Sumaryadi, Rektor IPDN, mengatakan

ida tahmidah said...

Kalo saya sih bersyukur banget ada sosok Inu yang pemberani membuka kebobrokan yang ada...semua juga tahu ga semua mahasiswa IPDN rusak.... jadi yang ngga merasa... ga usah resah...toh Inu juga dah bilang gak semua...

*beautiful sky said...

kalo ngomongin soal moral . semua lapisan apapun untuk zaman sekarang ini ..adooh geleng geleng kepala deh.

*beautiful sky said...

btw website keren say

lily Jauharlina said...

Yang jelas menurut saya sih..sistem pendidikan di Indonesia memang harus diubah ke arah yang lebih transparan...

tHia aZ-ZaHrA said...

mungkin temen uni tmasuk segelintir dari ribuan siswa IPDN yang gak seperti itu. tapi temen t, dy tmasuk yg mlakukan sex party dsana, ngedugem hampir tiap malem, dll. bukan hal yang aneh lagi (menurut temenku itu) kalo disana diadain sex party...gitu jg dgn narkoba. ntah knp, kasus ini masih terus aja ditutupin..
Wallohu'alam bishowab...

fee afifah said...

Ga tau fakta sebenarnya sprti apa... tp smg dgn diungkapnya kasus tsb bs mmbawa perubahan ke arah yg jauh lebih baik. N buat siswa2 IPDN yg bersih ga usah takut, meski mungkin ikut kecipratan cap jelek. Knapa harus takut, Alloh SWT Maha Adil.

fee afifah said...

Muka baru, tampilan blognya bagus mbak... ^_^

AKP Yudi Randa said...

mari kita melihat dari sisi sudut pandang..
mbak..itulah tidak enaknya pengambilan sample...

uNi ReNi said...

mungkin 'budaya sistem' di Indonesia yang menyebabkan bapak Inu tersebut 'belum berani' mengemukakan kasus tersebut ke muka umum dulu (kita sama2 tahu bagaimana kondisi orang2 yang 'berani' bersuara jaman dahulu kala)

jikapun apa2 yang ditulis bapak Inu benar, saya yakin tidak semua praja IPDN seperti itu, misal: teman2nya uni patra..

patra rina said...

Iya mba
Aku juga setuju sekali kalau kebenaran harus diungkapkan sebagai kebenaran tapi tidakkah cukup dengan membuat berita acara ataupun laporan kesaksian yang diungkapkan melalui data tertulis ataupun melibatkan media massa dengan data-data yang lengkap, bukannya menulis buku dengan judul yang saru begitu. Toh, seharusnya sebagai salah satu tenaga pendidik di sana seharusnya beliau juga malu dengan "kebobrokan" yang beliau juga ikut membiarkannya selama hal tersebut berlangsung.
Itu hanya segi pandang aku sebagai orang awam, yang jika aku menjadi beliau... aku juga akan menegakkan yang benar itu benar dengan cara yang lebih santun. Hanya Allah yang Tahu. Makasih mba Dina

patra rina said...

Moga-moga jangan deh mba...

patra rina said...

Mudah-mudahan saja dan semoga tidak menimbulkan masalah baru. Amin

patra rina said...

Makanya aku cuma menyampaikan pesan dari segelintir teman aku Ki. Selain daripada itu, aku ga suka aja sama judul bukunya. Kebayang ga klo Kiky yang jadi praja IPDN dan ga pernah berbuat yang neko-neko tapi akhirnya dipandang sebelah mata sama orang hanya karena buku tersebut? Tentunya ga rela kan ?
patra hanya mau melihat dari dua sisi pandang aja kok

patra rina said...

iya, aku setuju
tapi selama ini Pers kita juga ga ngajarin masyarakat buat dewasa
Kasus negatif di blow up sedemikian rupa, kadang ga sesuai ama fakta di lapangan
Yang positiv ? dua kali muncul beritanya juga udah paling bagus tuh... Ga menarik kata mereka kali, hehehe....

patra rina said...

SEPAKAT mba karena saya juga akan berlaku sama. Mungkin caranya aja yang berbeda, karena tipis bedanya antara mengungkapkan kebenaran dengan "riya" karena sedang "diagung-agungkan" tapi saya berdoa semoga yang diungkapkan beliau itu nyata adanya sehingga beliau memang jadi pahlawan untuk kebaikan IPDN. Amin

patra rina said...

Aku makasih banget sama yang udah bikin web ini
nemu di cuztomized theme multiply mba
kembali ke foto lama nih?

seli naswati said...

Paling tidak Pak INu sudah mengemukakan fakta yang menurut dia benar..dan banyak outsider STPDN membuktikan itu benar, kalau ada teman Patra yang juga bersumpah itu tidak dialaminya (hal sama juga dialami tetangga saya yg alumni STPDN).. ya kita percaya itu juga, mungkin semasa dia 3-4 tahun disana, atau di baraknya dia ia tak mengalami itu..

patra rina said...

Makasih sharingnya
tapi angka 90 persen itu gede lo
teman aku sampai pengen nangis ditanya gini, "ikutan free sex ya di IPDN?"
Wallahu a'lam, aku juga suka kok sama perjuangan beliau dalam menegakkan kebenaran.

patra rina said...

Setuju.......
tapi opini publik tetap saja menempatkan praja/lulusan yang lurus di jalan-Nya sebagai tertuduh. Mungkin mekanismenya aja yang perlu diperbaiki :-)

patra rina said...

he eh mba, kayaknya ga penting lagi di jaman sekarang. Na'udzubillaahi min dzalik

patra rina said...

Benaran Ty ?
Duh, bangga pula lagi nyeritainnya
Emang moral bangsa ini udah parah kali ya ?

dina sudjana said...

yang bikin saya prihatin itu mereka berjilbab yang dituding itu kalau saya lihat di detik, maklum saya nga bisa lihat tv indo, apa jilbab wajib dikenakan di IPDN?
masyarakat juga saya pikir nga bodoh lho..mereka tidak menduh semuanya berbuat seperti itu..cuman kok sayang yaa..masa sekolah calon pemimpin modelnya kaya begitu...?

setio pramono said...

memang isinya apa sih?

anrio mario said...

patrarinadewi
reply
patrarinadewi wrote on Jun 12
himma said
jadi masyarakatnya juga harus deawasa yah
iya, aku setuju
tapi selama ini Pers kita juga ga ngajarin masyarakat buat dewasa
Kasus negatif di blow up sedemikian rupa, kadang ga sesuai ama fakta di lapangan
Yang positiv ? dua kali muncul beritanya juga udah paling bagus tuh... Ga menarik kata mereka kali, hehehe....


Mbak Patriana, keliru jika mbak berpendapat pers hanya memberitakan yang negataif... yang saya tahu, pers memberitakan apa adanya seperti yang dilakukan mas atau mbak wartawan ini...