Monday, May 7, 2007

Hamil.. Punya Anak.. HARUSKAH ?

Wajah tua itu mendadak kehilangan sinar ketika menceritakan kesedihan putrinya yang setelah tujuh tahun menikah belum juga dikaruniai anak. Tak sanggup lagi rasanya menahan kedukaan atas keluh kesah putrid tercinta, sebut saja namanya Sasha. Semenjak menikah, hanya sesekali dia bisa bertemu dengan putri bungsunya tersebut karena jarak yang memisahkan. Anak yang selama ini dibesarkan dengan curahan kasih sayang yang sempurna menghadapi masalah pelik dan sekedar belaian pun tak sanggup dia berikan. Air mata itu turun satu-satu, berharap setengah beban bisa dilepaskan.


 


“Sasha divonis dokter tidak akan bisa punya anak karena rahimnya telah diangkat oleh satu sebab. Harapan untuk mempunyai keturunan pupus sudah. Sebenarnya, Sasha pun sudah bisa menerima kenyataan dengan hati lapang dan berusaha menghapuskan segala gundah dan kesedihannya. Namun, luka itu meradang lagi di saat pertanyaan demi pertanyaan mertua membebaninya, kapan dia akan memberikan cucu seperti menantu-menantu lainnya. Tante kasihan sekali sama Sasha. Semoga dia bisa sabar. Tante sedih sekali…”


 


Sesekali dia menghela nafas dan menghapus air mata. Aku memanggilnya Tante. Tak ada yang bisa aku lakukan karena sesungguhnya Tante sangat bertawakal kepada Allah. Dia sangat percaya Allah takkan pernah memberikan ujian melebihi kemampuan hamba-Nya. Nurani sebagai ibu lah yang membuatnya menangis. Betapa dia bisa rasakan kerinduan Sasha untuk bisa memiliki momongan, membahagiakan suami, orang tua dan saudara-saudara di sekitarnya. (mungkin hal ini juga dirasakan oleh muslimah-muslimah lainnya yang merindukan kehadiran janin di rahim mereka).


 


Logikanya, siapa sih wanita yang ga ingin hamil, tapi haruskah dipaksa hamil ?


 


Sejurus Tante menenangkan diri… dan sesungging senyum menggayut di bibirnya, “Tapi Allah sungguh adil ya? Tante agak lega dan bersyukur sekali Sasha didampingi oleh suami yang shaleh. Tadi malam suaminya menelpon Tante dan bilang bahwa ibunya sama sekali tidak mengetahui apa yang terjadi. Dia telah membuat pengakuan kepada ibunya bahwa dialah yang bermasalah sehingga Sasha tidak mungkin bisa hamil. Dengan begitu dia berharap ibunya takkan bertanya lagi kepada Sasha. Tante benar-benar tak menyangka dia mau melakukan itu.”


 


Subhanallaah, kerongkonganku tercekat. Masih adakah suami semulia itu di zaman sekarang? Bukankah dengan membuat pengakuan seperti itu semestinya harga dirinya merasa sangat terbanting? Apalagi yang akan jadi kebanggaan seorang laki-laki yang telah mengakui dirinya impotent? Tapi demi ketenangan batin sang istri, dia harus berkorban walau di sisi lain hatinya juga berontak karena telah membohongi ibunya. Tapi untuk saat ini hanya itu solusi terbaik bagi permasalahan yang sedang dihadapinya.


 


Ternyata, masih banyak yang berjiwa "seperti Rasulullah” karena sebagaimana yang kita ketahui, hanya dari Siti Khadijah Rasulullah mempunyai keturunan dan dua putra yang disayangi beliau pun meninggal di usia yang sangat muda. Tapi Rasulullah tidak pernah membebani istri-istrinya yang lain untuk memberikan keturunan. Wallahu a’lam.

47 comments:

~ Ёleonora Hedvall~ said...

gw ga mau hamil... gimana tuh...? :))

patra rina said...

Ah mba Lin... ngegodain ya ?

~ Ёleonora Hedvall~ said...

beneran... hamilnya ga mau... punya anaknya dah agak2 mau... trs gimana tuh... ? hehehe... :))

Yeti Setiawati said...

Kadang emang yg heboh seh ortu dr kedua belah pihak seh yg suka pengen punya keturunan dan bahkan harus. Sungguh bersyukur punya swami yg pengertian ya :D

Elan Sudjanamihardja said...


saya trus trank azza nech

tak bisa hamil.

hicks....hicks..

Doni Romadhonie said...

saya juga... :D
*nyengir kuda*

Rani Marchetti said...

Tanpa anak hidup gw sepi....hampa..they are my diamond..:)

mona ^_^ said...

ini cerita beneran?

nana yuyu yuana Ates said...

hmmm... begitulah, kadang si wanita dan suaminya sudah ikhlas dengan kondisinya... namun terkadang kondisi sosial di sekitar kita gak enggak ikhlas... membuat si wanita terbebani :-(

syifa Aulia said...

suka sedih kl liat yg demikian. hiks. kukira setiap wanita menikah jug amendambakan hal itu

- * Dina * - Haqiesa said...

nice story..suami yg bijak..:X

ayi irma1 said...

tanpa mengecilkan kebesaran hati suami Sasha, tp pembandingan di atas problematik:
apa suami yg ngotot ingin punya keturunan "tidak seperti rasuluLlaah"?

iwan yuli said...

Iya ya, jadi sedikit bingung nih...

Bukannya salah satu (sekali lagi salah satu) tujuan menikah adalah meneruskan keturunan demi tegaknya Wahyu Allah di muka bumi?

Diana Rochayani said...

kalo mang Elan hamil, saya kaget bukan kepalang.. hehehehe!

maimon herawati said...

Semoga suami dan istri dilimpahi Allah kasih dan sayangNya karena keikhlasan mereka.
Adapun, suami yang 'ngotot' mau punya anak, tentu saja tidak berarti 'tidak seperti Rasulullah'.
Mungkin, maksud 'seperti Rasulullah' di sini adalah 'perlindungan dan kasih sayang suami pada istri yang seperti Rasul mulia SAW'.
Ketika istri memiliki kekurangan tak bisa memiliki keturunan, suami memiliki hak besar untuk menikah lagi. Tinggal bagaimana supaya tidak menyakiti satu sama lain saja. Sama, istri juga begitu. Kalau suami terbukti tak memiliki kemampuan punya anak, istri boleh khulu= meminta berpisah.
Namun ada juga yang berpirnsip, tak punya anak pun tak apa, asal bersama.
Ini barangkali seperti 'romantisme Abu dan Ummu Salamah yang begitu sangat amat mencintai satu sama lain'. Sampai Ummu Salamah berkata tak akan mungkin ada lelaki lain bisa menggantikan Abu Salamah. Namun Abu Salamah malah berdoa supaya lelaki terbaik menyunting kekasihnya ketika dia dipanggil Allah nanti.
Betul, RAsulullah SAW menikahi Ummu Salamah dan Ummu Salamah adalah pribadi bijak yang meredam kegundahan Rasulullah paska perjanjian Hudaibiyyah.
Wallahu'alam.

ayi irma1 said...

betul uni Maimon.. yudi sepakat... maksud yd mmg seperti itu.

Islam adalah agama yg adil tapi fleksibel. Banyak jalan keluar yg diberikan oleh Islam dalam menghadapi suatu masalah tanpa menentang fitrah manusia.

Seperti yang dicontohkan Uni, ketika suami/istri tidak bisa memberi keturunan maka jalan keluar apapun yg ditempuh (misalnya adopsi, poligami, donor rahim) bisa jadi "seperti rasuluLlaah" sepanjang tidak melanggar prinsip2 Islam. Dengan kata lain, suami/istri yg mengambil keputusan berbeda dg cerita di atas bisa saja tetap disebut "seperti rasuluLlaah".

waLlahu'alam

sri yulis said...

rt tanpa anak pun bisa bahagia dunia dan akhirat...semoga sang suami tetap menyayangi istrinya sepanjang usianya...Amiiin

Sha - said...

ermmm masih jomblo.. diem aja dulu deh hehehe.. tp ya pasti setiap org pengen punya anak ya... (ya suami dulu sihh heheheh).. tp gimanapun dianugerahi anak atau tidak itu sudah digariskan oleh Allah.. jadi diberi anak ataupun tidak..mesti sama2 ikhlas ya...

*beautiful sky said...

bagiku punya anak is not a must. kalo kita merasa mampu dan sanggup mendidik anak its ok. karena banyak ortu tak becus mengurus anak,then yg korban anak itu sendiri. its very complicated.

nura hendra said...

pernah suami saya bertanya, bagaimana jika Allah tak memberi amanah anak kepada kami. saya jawab saya akan sedih. suami bertanya lagi, kamu akan bersedih jika itu memang kehendak-Nya? Saya jawab, ya... saya tetap sedih krn saya ingin punya anak. sedih yang manusiawi....(bukan sedih negatif lho ya...)

depe zahrial said...

Alhamdulillah saya sudah dikasi amanat oleh Allah SWT, Tp saya pernah kepikiran kalo emang ntar pas udah nikah nggak bisa punya anak ya saya pasrah. Tapi saya akan cari anak orang yang kira-kira kurang mampu untuk saya asuh...
Yang bikin kesel itu tu.. cewek-cewek yang buang bayi, ato bapak2 yang nggak ngebolehin istrinya KB (dan dia juga gak mau KB) tapi nggak bisa ngopenin (ngurus) anak kalo udah lahiran. Yang ada anak-itu kayak anak ilang, buluk, gak dididik jadi sembarangan deh.. uuh..
Emang sih anak itu cuman titipan Allah, tapi kan harus dirawat.
(kok jadi emosi ya? hihi)

patra rina said...

Masih wajar kok mba...
Klo pengen jail, aku juga mau gitu.. ada anak tanpa hamil hehehe...
Tadi pagi ada berita di TV, si ibu ga pernah ngerasa hamil dan dia haid tiap bulan tapi ujug2 ngelahirin. Tetangga sekitar rumah juga jadi heboh. Tuh bisa ternyata hehehe... Ini kisah nyata lo, ga dibuat-buat. Si ibu jadi dikunjungi banyak banget orang yang pengen lihat "keajaiban" ini.

patra rina said...

Iya, klo ga hati-hati bisa ngimbas ke kehidupan rumah tangga pasangan itu sendiri.
Orang tua, saudara-saudara.. wajar sih mereka punya keinginan tapi kadang aku ngerasa seakan mereka lupa Tuhan. Jika semua usaha sudah ditempuh .. kan Allah yang jadi penentunya. Ya ga ?

patra rina said...

Jangan sampai deh...
Aku pasti akan cemburu berat hahaha...

patra rina said...

Aku tahu :p

patra rina said...

Pastilah mba..
Sebagai ibu.. pastilah they are ur diamond :)
good mother must think like you

patra rina said...

Iya. Ini cerita beneran..
Salut sama sang suami, nikah karena ikhlas... :p

patra rina said...

Ya.. hanya pasangan itu sendiri yang harus mencari cara untuk bertahan. Wallahu a'lam. Aku belum nikah sih dan berharap hal tersebut jangan sampai terjadi... Maksudnya, komunikasi sama Allah jangan sampai terkalahkan oleh "bisik-bisik" yang bisa mengacaukan hati. Amin

patra rina said...

Yup Din... suaminya emang penyayang kata tante itu
Moga dia dimuliakan Allah keluarganya...

patra rina said...

Bukan ke sana essensinya mas, esensinya suami nya punya kecerdasan emosional dan spiritual yang bagus. Dia yakin tak ada yang tak mungkin bagi Allah tapi klo saat ini memang hal itu yang harus dihadapinya, dia jalani dengan sabar. Dia menjaga perasaan istrinya dan berusaha memberikan ketenangan dengan cara yang dia putuskan sendiri. Santun nya itu yang aku bilang "seperti Rasulullah".. tentu saja banyak teladan lainnya dari Rasulullah tapi untuk kasus ini adalah seorang suami yang bijak tadi :)

patra rina said...

Betul.. tapi itu bukan tujuan utama! Karena kalau itu tujuan utama... Rasulullah bakal menceraikan istri2 beliau yang ga bisa ngasih keturunan donk termasuk Siti Aisyah tapi engga tuh, beliau tetap sayang sama istri2nya ...
setuju sama maimon, jika istri/suami tidak bisa memberi keturunan boleh kok bercerai.. atau untuk suami polygami... Tapi khusus untuk cerita ini, sang suami bukanlah lelaki yang mencari solusi dengan cara tersebut karena dia menyadari ALLAH lah yang berkehendak, bukan istrinya :)

patra rina said...

Terimakasih maimon,
Ga ada maksud mengecilkan hati para suami yang ingin sekali memiliki keturunan sebagaimana inginnya seorang istri mempersembahkan keturunan. Namun hal tersebut kan di luar kuasa mereka karena ALLAH juga punya "garisan" sendiri untuk hamba-hamba Nya.
Saya juga tidak bilang bahwa suami yang ngotot punya akan ga bisa seperti Rasulullah.. yang penting adalah "akhlak" nya .. Untuk kasus ini saya salut sama sang suami.. walau tentu saja takkan ada seorang manusia pun yang bisa menyamai akhlak Rasulullah ... tp meneladani tentunya harus .. ya kan? Allah Maha Adil, Ummu Salamah kemudian dinikahi Rasulullah .. mungkin saja karena keikhlasan beliau mendampingi Abu Salamah selama hidupnya.. Wallahu a'lam

patra rina said...

Setuju...
konteksnya adalah "prilaku" sang suami yang mampu menenangkan hati istrinya dengan bijaksana.. gitu Yud... :)

patra rina said...

ya, betul sekali
Kebahagiaan itu dasarnya ketulusan menjalani episode hidup dan yakin Allah tak pernah memberikan ujian melebihi kemampuan hamba-Nya.

patra rina said...

Nah itu dia. Tiap manusia pasti punya naluri untuk punya anak, tapi kalau memang kata Allah rezki nya harus tanpa anak.. keduanya harus ikhlas begitupun orang2 terdekatnya.. ya ga ?
Jomblo takut salah ngomong juga nih hehehe.. walo jomblo aku ingin banget punya anak lo, semoga suatu saat Allah ngasih. Amin

patra rina said...

Tentu donk..
Aku aja belum nikah udah ngebayangin.. "gimana klo ga bisa ngasih anak ke suami ntar" .. istilahnya serem ya ? bukan.. maksudnya gimana klo Allah ga nitipin rezki dalam bentuk "anak".. Hmm..
tapi sekali lagi, udah banyak kok rezki yang dititipkan Nya semenjak kita di kandungan ibu, nikmat mana lagi yang harus dipertanyakan ? ..
Tapi tetap aja pengen punya anak :-). Amin

patra rina said...

Alhamdulillah ikut bahagia dengan rezki yang mba punya
Iya, tuh orang ... dikasih rezki malah disia-siain .. dibuang ke tong sampah pula lagi!
Betapa ga bersyukurnya...
Moga bahagia ya mba.. dunia akhirat. Amin

patra rina said...

Wise mother.
Setuju mba..!

XXXX YYYY said...

kalo dipikir2 manusia memang macem2 macem2.... rata2 pengen dunia berjalan sesuai kehendaknya masing2.... pengen anak, tapi tak mau hamil.... mau ini tapi tak mau melewati itu... repot hehe....

patra rina said...

Emang manusia suka aneh..
tapi itu pikiran iseng lo Gus. Lha ga mungkin kan?
Makanya jalani episode hidup dengan penuh syukur dan tawakal aja
insya Allah hati akan selalu tenang.. Amin ya Rabb

Popon Kurniasih said...

Subhanallah...berbagai pendapat dan berbagai tanggapan saling melengkapi. Ni...punya anak bener2 rezeki terbesar, punya suami juga (apalagi yg meneladani Rasulullah ^_^)..jadi Ni...ayolah! Hehe

patra rina said...

Iya nih Pon, masih bersabar nunggu pengesahan "proposal" dari Allah. Hampir setahun lo ini.. Cukup sabar.. sabar... sabar....

nurul maulidah said...

SUBHANALLLAH om yang shaleh, tante yakinlah Allah akan memberikan hikmah dari kejadian ini.

Suatu saat semoga Allah memberikan anak untuk dijadikan penghibur hati entah dari mana datangnya, kalau Allah berkehendak siapa yang dapat menolaknya.

patra rina said...

Amin. Ntar disampaikan ke tante tersebut ... :)

XXXX YYYY said...

Itsna I love you

retno lestari said...

Ehm... tausiyah ini 'kena' banget untuk ku, syukron uni...

patra rina said...

Alhamdulillah
sama-sama...
moga kita selalu bersyukur ya sist