Hari ini dia menelepon, seperti biasa. Setidaknya dalam sebulan dia tak pernah absen menanyakan kabar. Setiap kali pula, aku bisa tertawa lepas. Setelah 10 menit ngobrol ngalur ngidul, kami saling berucap salam. Tak ada yang istimewa tapi kenapa perasaan dan pikiranku seperti kompak untuk menanyakan sesuatu, "Tidakkah kamu sadar kalau dia adalah sahabat sejati buatmu? Dia selalu ada di saat kamu harapkan atau tidak, di saat kamu butuhkan ataupun di saat kamu tak ingat sama sekali." Hmm... bisikan hati itu menyadarkanku bahwa dia adalah sahabat istimewaku! Walaupun kami tidak mendeklarasikan persahabatan itu. Benar-benar tak pernah! Semua mengalir begitu saja.
Tanpa aku perintahkan, memoriku memutar ulang kebersamaanku dengannya. Pernah satu ketika, aku marah besar karena dia mengambil sebuah keputusan yang salah (menurutku) dalam hidupnya. Aku tidak bisa menerima kejujurannya, padahal katanya waktu itu .. akulah orang satu-satunya yang dia percaya untuk mendengarkan masalahnya. Dengan alasan itu juga, aku tidak bisa terima ketika dia menafikan saran-saranku. Untuk apa meminta saran, kalau kemudian keputusannya akan tetap sama ? Huh! Sempat aku tak mau mengangkat teleponnya dan tidak membalas smsnya. Bukan aku tidak mau tapi aku hanya ingin dia tahu kalau aku sangat marah (padahal ga ada untungnya sama sekali ha ha ha... tapi mau gimana lagi, kolokanku kambuh).
Betapa hebat dan sabarnya dia. Dia tetap berupaya menelepon atau berkirim sms, tak peduli apakah aku angkat atau tidak, aku balas atau tidak.
"Aku tahu kamu sangat marah dengan keputusanku. Aku tahu itu salah, kamu berhak marah karena kamu sahabatku. Marahlah ... karena aku tahu marahmu karena peduli. Maafkan kesalahanku."
Sms serupa itu selalu dikirimkan sampai akhirnya aku luluh. Dulu, buatku hal ini tidak terlalu istimewa karena memang semua terkesan biasa saja. Bukankah wajar seorang sahabat marahan trus baikan ?
Tapi, setelah melewati berbagai kisah persahabatan... hatiku mulai berkata, "Dia sahabat sejatimu! Di saat sahabat-sahabat lain mengurangi intensitas komunikasi karena jarak yang memisahkan, dia tetap menghubungimu." Begitulah... pagi ini aku merenung sangat dalam. Dia memang istimewa, sangat istimewa!
Tak ada lagi kisah hidup yang bisa aku sembunyikan karena aku sangat yakin dia bisa menyimpannya dengan rapi. Tak ada lagi upaya untuk menyembunyikan identitas diri karena aku yakin dia menerima aku apa adanya. Tak ada lagi kemarahan yang tak bisa diekspresikan karena dia tahu itu hanya untuk sesaat. Tak ada lagi kecurigaan karena masing-masing jujur dengan perasaan dan perjalanan hidup yang tak selamanya indah.
Maafkan aku sobat, baru pagi ini aku menyadari ... bahwa kau telah menjadi sahabat sejati buatku sejak lama...
Ah, jadi ingat kalau kau lah satu-satunya yang berani meneleponku tak berbatas waktu! Dan aku harus rela bangun dari tidur lelap pada dinihari hanya untuk mendengarkan celotehmu walaupun di esok pagi aku lupa semuanya ha ha ha...
Makasih sobat
Atas kesabaranmu selama ini
atas ketidakpedulianku ...
atas marahku .. ngambekku...
dan segala kekonyolanku ...
kamu memang istimewa!
No comments:
Post a Comment