Tiba-tiba obrolan Anton dan Budi mengusik ketenanganku. Anton masuk ke ruangan untuk memberikan undangan pernikahan kakaknya. Kabar yang membahagiakan sebenarnya. Tapi, serta-merta kebahagiaan itu sedikit terusik dengan pertanyaan Anton yang kurasa sangat tidak memperhatikan aspek sensitivitas antara manusia dan manusia yang dibekali akal dan perasaan.
"Udah Bud?" Anton melayangkan pertanyaan, yang semua orang di ruangan tersebut tahu kemana arah pertanyaan tersebut.
Berusaha setenang mungkin, Budi menjawab "Apanya yang udah?"
Anton menyambar, "Masa udah beberapa bulan, masih belum juga? Si Wilson aja baru dua bulan yang lalu menikah, sekarang istrinya dah hamil. Ah lemah loe!"
Seketika kulihat wajah Budi berubah, sangat sendu.... tapi dia tidak membalas dan berpura-pura tidak mendengarkan. Belum lagi wajah Linda temanku lainnya yang sudah lebih satu tahun menikah dan telah mengusahakan segala cara untuk hamil.
Dasar Anton tak berperasaan, dia tetap saja bercanda walaupun terdengar sangat garing, "Cepatlah.... Buktikanlah kejantanan kau tu"
Duh aku ga sanggup lagi untuk berdiam diri. Dua temanku terlihat sangat tersudut dengan pertanyaan yang kurasa sangat tidak sopan. Pertanyaan tersebut telah mencabik ruang batin mereka terdalam yang menyimpan harapan dan doa kepada Tuhan.
"Heh, kamu kalau mau nanya... tanya sama Tuhan! Jangan tanya sama mereka!" Kuhentikan canda Anton dengan serta merta.
Anton terdiam
Kugunakan kesempatan ini untuk berbicara lebih tenang...
"Nton, ga ada seorangpun pasangan di dunia ini yang tidak menginginkan anak setelah mereka menikah. Tiap habis shalat mereka pasti berdoa untuk diberikan momongan. Setiap kali melihat bayi atau anak kecil, hati mereka pasti terus memohon diberi kesempatan itu. Jangan goyahkan keyakinan mereka akan kebijaksanaan Tuhan. Lebih baik kamu diam daripada harus membuat orang lain bersedih hati. Sangat yakinkah kamu suatu saat nanti kamu akan memiliki anak? Untuk memastikan bahwa kamu akan menikah di dunia ini saja kamu takkan mampu". Terasa menusuk kalimat-kalimat yang kulontarkan, tapi kurasa Anton dan orang-orang lain yang "over perhatian" seperti Anton harus disadarkan bahwa mereka dan kita semua adalah hamba Tuhan.
Ikhtiar memang kewajiban setiap manusia tapi Tuhanlah Maha Penentu. Mengapa harus bertanya untuk hal-hal yang tidak mampu dijawab oleh manusia?
Pesan : Jika kita tidak pernah berkontribusi terhadap hidup seseorang, berarti kita tidak punya hak untuk mengatur hidup mereka!
Catatan :
Semua nama yang terncantum adalah nama samaran
29 comments:
sebagai orang yg sudah menikah 3 tahun tp belum dikaruniai keturunan, saya jg merasa sebagian orang kurang sensitif dalam memberi komen... :((
Saudaraku Akmal, aku ga tau harus menghibur dan memberi dukungan dengan cara apa. Ku hanya ingin dirimu tetap yakin Allah Maha Tahu kebutuhan kita dan waktu yang paling tepat untuk memberikannya.... Bersabar ya... :)
ga ada habisnya ya uni, belom nikah ditanyain,udah nikah ditanyain lagi, nanti udah ada ditanyain juga ga puas2
Benar Yel.... barusan ada teman lagi... teman baru (partner kerja sih sebenarnya) curhat yang sama... dia orang Batak punya anak dua dan cewe dua-duanya. Pertanyaannya malah gini, "Kapan nih punya anak cowo nya?"
Ah kok ada ya orang2 yang doyan ngurusin orang lain :)
insya Allah... masih banyak yg lebih susah daripada saya, waktu naik busway denger ibu2 ngobrol, katanya baru dikasi keturunan setelah 18 tahun menikah, dan usianya udah lewat 40... subhanallaah...
rabbii hablii minashshaalihiin...
Jadi...syukurilah...yang begitu2 belum tentu lebih bahagia..iya kan?
Satu lagi : jangan pernah melihat dari satu sudut saja. Orang2 macam Anton yang anda sebutkan tadi memang sesekali perlu 'ditonjok' agar ngerti.
gakkan ada habisnya menag kalau mau ngikutin kemauan manusia, memuaskan semua fihak adalah hal yang tidak mungkin dan emang gak perlu dilakukan....
Hahaha mas Bambang.... makasih untuk dukungannya!
Ya, orang-orang seperti Anton emang perlu "ditonjok" biar sadar klo mereka juga tak berdaya tanpa pertolongan Tuhan....
Setuju sista.... Lebih baik permantap keyakinan kalau Allah Maha Pemurah, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.. Mensyukuri apa yang tlah ada... seperti kata mas Bambang..
Semoga kita termasuk orang yang bersabar....
Uni..hm..hm..terima kasih banyak atas sensitivitasnya:)
saya dukung cara Mbak! :)
intinya: jangan mudah mencampuri urusan pribadi orang lain ya mbak... belum nikah, ditanya terus kapan nikah... belum punya anak, ditanya terus kapan punya anak... belum punya anak kedua, ditanya lagi aja terus...
orang2 seperti itu memang penguji kesabaran...
tapi kadang2 perlu digampar hehe...
hahaha.. sebenarnya melibatkan perasaan sendiri juga Rin :)
Selalu bilang "orang yang sudah menikah jauh lebih beruntung daripada yang masih berusaha menemukan jodohnya, setidaknya satu tahap telah dilalui" hihihi.. lagi promosi diri nih
Mari kita lebih sensitiv... membela yang memang perlu dibela!
Hmm.. boleh sih berkontribusi dalam kehidupan seseorang, hanya sebatas "meluruskan" apabila jalannya sedikit "melenceng" tapi kalau soal takdir dan ga ngerugiin orang lain.. hmm.. sepertinya kurang bijak klo ikut campur :)
Nah cerita ini "menggampar" dengan cara yang lebih sakit dari gamparan fisik sebenarnya karena semua orang di ruangan mendengarkan :)
sebenarnya aku selalu bertanya2, bener nggak sih "lebih beruntung?" dalam hal apa? kalau orang menikah adalah yang lebih beruntung dari yang belum, kenapa kalau kita yang lajang sedang dalam situasi melakukan sesuatu yang "kebetulan" kurang bisa dilakukan mereka yang berkeluarga karena waktu dll, kenapa mereka yang sudah berkeluarga kadang berkomentar: "wah enak ya... belum berkeluarga sih..."
wah...
pernyataan2 seperti ini membuatku berpikir panjang... sebenarnya memanglah semua hal ada waktunya, termasuk menikah, punya anak, sekolah, meninggal, dan setiap orang jadwalnya berbeda tentunya...
dan ini yang kadang nggak disyukuri manusia, yang selalu merasa kurang, iri, dll kepada manusia lainnya... sudah berkeluarga masih merasa kurang lengkap hidupnya dan mengatasnamakan kelajangan sebagai sebab kemalangan mereka yang belum mengecap kepuasan tsb, nanti apa lagi?
well...
pada akhirnya itu semua semakin membuat aku bersyukur aja sih, atas apa yang dipunyai sekarang ini... dan berusaha menjadi orang yang nggak "annoying" terhadap kehidupan pribadi orang lain, karena akupun nggak suka diganggu...
Hahaha sist,
Aku menyatakan orang menikah lebih beruntung dari perspektif aku yang menginginkan dan mengharapkan menemukan pasangan hidup, tapi kalau dilihat dari perspektif para lajang lebih punya kesempatan dalam mengeksplorasi "kelebihan" yang dititipkan Allah agar bisa jadi lebih berarti bagi sesama melalui kegiatan-kegiatan yang digelar, terutama kegiatan sosial dan kemanusiaan, tentu saja para "lajang" seperti kita lebih beruntung.
Ketika ada panggilan jadi relawan datang, tanpa pikir panjang kita bisa berujar "Yes, I will join" tapi yang sudah berkeluarga? hmmm.... masih untung jika sang suami open mind atau bagi yang sudah punya anak? tentu saja tidak sebebas kita.
Hmm.. aku setuju.. mensyukuri hidup itu yang bisa kita lakukan.. dan harus tetap optimis, inilah keadaan terbaik untk kita dan itulah keadaan terbaik untuk mereka.
Maka, aku tak pernah menyesal dengan segala keputusan yang aku ambil karena aku yakin kalau Allah ga ridha, ga mungkin semuanya terjadi.
Nikmati masa-masa indah ini hingga kita mencapai masa-masa indah berikutnya!
Gitu sist....
sepakat dear...
nggak penting buang waktu menyesali "jadwal" yang belum tiba, yang penting bagaimana dalam keadaan apapun, mau lajang atau dobel, kita bisa berguna untuk sesama :)
cemangat!
Sepakaaaaaaaaat!
Mari "sikat" yang tak sepakat hehehe...
luv u
hohoho aku dah sering nulis tentang ini mbak...
tentang para non lajang yang suka "menindas" yang lajang secara verbal... 11-12 kasusnya dengan adegan di atas lah ya, hanya beda tema aja hehe... cuma mau mengingatkan diri sendiri juga sih sebenernya ya kalau kita sampai nulis begini... tapi kadang yang menyakitkan memang "judgement2"... hehehe
sikaaaaattttttTT!
pertama : enak banget tuh ya si anton di skak mati di depan orang banyak,walaupun jadi pengen nampol juga hehehe
kedua : nyimak obrolan para lajang *duduk manis*
wah Patra klo ikutin apa yang orang pikirkan ,pusing dah hidup ini . Sobatku suka curhat soal ini, Dia ngga bingung menjadi single ,stress pun ngga . Tapi yg dia stress orang disekitarnya . Klo ngga ada yg cocok napa musti kita harus married .
BTW klo di amrik gak setiap yg married menginginkan anak loh . Dan mereka hidup rukun sampe kakek-nenek! Temenku banyak yg married tapi gak pingin punya anak . Gimana tuw ?
Pas aku tanya napa gak pingin punya anak : ada yg bilang gak mau repot , atunya lagi tanpa anakpun mereka bahagia .
Yep,gw pernah ngomong yang hampir sama ke orang2x kayak anton.better i shut up my mouth
Betul Mba... makanya aku skak aja tuh si Anton. Habis temanku yang "diledekin" sama Anton ga mau bela dirinya sendiri atau mungkin udah sedih duluan. Patra... gini-gini nyablak juga hahaha.. padahal aku kan calm setengah mati mba hihihi...
Miss you, darling :)
Setuju Ki... mari kita jadi pembela bagi orang-orang yang butuh pertolongan hehehe emang kita siapa ya?...
:) :)... pertanyaan yg hampir sama kerap kali dilontarkan ke saya...
Senyum ajaaahhh.... ^_^
kalau disenyumin trus berhenti... damai deh bumi ini... :)
jadi waspada dengan canda2 kita, siapa tau menyakiti orang lain dan kita merasa tidak apa2..thanks hon!
Post a Comment