Monday, November 9, 2009

Prihatin Sama Kaum Sendiri

Tulisan ini hanya sekedar curhat. Yang merasa tersinggung .. mungkin lebih baik, agar bisa introspeksi diri.

Kutujukan pada kaumku yang kusayangi..

Gempa Padang 30 September 2009 meninggalkan "sedikit" keprihatinan di perasaanku terdalam. Bukan tentang gempanya... yang tentu saja itu bagian dari proses penciptaan dan bisa disikapi berdasarkan nilai-nilai keimanan yang kita punyai; mau dianggap sebagai musibah (kalau kita semakin jauh dari Allah), mau dianggap sebagai ujian keimanan (jika kita mau bersabar dan semakin dekat pada Allah, dll.

Banyak sekali bantuan datang, terutama dari pihak asing - dalam tulisan ini aku akan titik beratkan pada istilah "bule". Dan karena keterbatasan mereka dalam berbahasa, maka mereka menggunakan jasa interpreter. Entah mengapa .. jumlah interpreter perempuan lebih banyak dibanding laki-laki.

Nah, yang aku amati adalah : sebagian kaumku yang tidak saja menawarkan jasa sebagai interpreter tapi berusaha untuk mencari "prestise" dengan mendekati bule atau membalas perhatian para bule melalui beberapa cara. Ada yang bahkan terang-terangan mengatakan bahwa punya pasangan bule jauh lebih bergengsi dibandingkan punya pasangan produk lokal.

Kalau sekedar bersahabat saja.. pastilah tak akan jadi masalah. Tapi kalau sudah mengikuti kultur mereka? Wah.... !! Aku cuma bisa ngucap. Para bule minum bir, eh si interpreter duluan teler....  si bule malah anti rokok tapi si interpreter merasa lebih gengsi jika ada asap yang keluar dari mulutnya. Ketika si bule tak beragama... si interpreter yang mengaku punya agama justru jauh dari kesantunan. Kemudian saking berharap cinta atau mungkin saja bisa hidup bersama sang bule, si interpreter mau saja dipeluk-peluk dan dicium di pinggir jalan.

Duh... kalau para wanita tak lagi bisa menjaga diri.. apa jadinya Indonesia?
Bahkan dari penuturan mereka sendiri, tak ada bule yang loyal. Setelah balik ke negara mereka, bahkan tak pernah ada kontak sedikitpun. Mereka hanya mencari kesenangan sesaat, seperti layaknya "kesenangan" yang mereka peroleh di negera mereka.

Lalu? Apa sebenarnya yang kau cari wahai kaumku ?


4 comments:

maimon herawati said...

Haaaa?
Asli, kaget!!
Ado koh?
Bundo kanduang ko?

Sayang Kamu said...

Astagfirullah. Memang segitu deperate-nya kah utk bisa menggaet bule?

seli naswati said...

Wooi....! bara banyak kasus interpreter padusi nan mode ko Pat..?

patra rina said...

Teman-teman
Itulah kenyataan yang ada
yang tak terpantau oleh ninik mamak
ataupun orang tua
di rumah, sang anak terlihat patuh dan tak aneh-aneh
eh di luaran?
hmm... astaghfirullah...