by : Patra Rina Dewi
Alhamdulillah, Kamis 19 Maret 2009 berakhir sudah seminar Regional “Building Models for Disaster Preparedness” yang diadakan Komunitas Siaga Tsunami (KOGAMI). Lega! Setelah tiga hari berkutat dan pindah kantor ke Hotel Pangeran Beach. Saatnya balik ke kantor. Kangen!
Di kantor cuma ngabisin waktu untuk temu kangen ama teman-teman, cerita tentang serba-serbi seminar, serba-serbi kantor dan update kabar yang beredar seputar Kogamers. Tiba-tiba telfon berdering. Ups, dari nomor tak dikenal. Kedengaran suara yang super lembut dari seberang sana. Untung si penelfon ga jail, langsung bilang “Puspa Rini...” belum selesai nama itu disebut, aku rasanya sontak, girang banget! Ya ampun ... lama sekali aku ga jumpa sobat kecilku ini, mulai dari SD, SMP, SMA aku dan dia bareng.... pulang sekolahpun kadang suka bareng karena kami tinggal di satu arah.
Trus, kami janjian buat ketemu besok sore (Jumat) sepulang aku ngantor.
Duh rasanya ga sabar, pengen tahu seperti apa wajahnya. Berubahkah? Seperti sobatku lainnya Iyen (Reni Susanti) yang semakin cantik, pakai jilbabkah? Seperti sobat-sobatku : Ik, Tia, Zani, Pipin, Diena, Irma, Net, Rahmi, Lisa, Ira, Eva, Pipiet.. atau tetap seperti wajah yang kukenal dulu, seperti Afrin, Sandra, Uci, Iing atau Riny yang foto-foto mereka aku temukan di Facebook? Ah, ga mau menebak-nebak... tapi rasanya benar-benar ga sabar dan ga mau berandai-andai juga.
Jumat pagi, aku begitu semangat ngantor dan berharap waktu cepat berlalu (biasanya aku ingin jam berputar lebih pelan). Rapat pagi hari di BAPPEDA, kembali ke kantor untuk tugas harian, berdiskusi ama Neysa (partner kerja dari Jerman), shalat ashar.. yuhuuuuu..... 16.30 WIB kutelfon Puspa. Aku begitu bersemangat ninggalin kantor. Teman-teman rada heran klo aku pulang lebih cepat dari biasanya, tapi untuk hari Jumat mereka maklum karena sebagai Ketua Majelis Ta’lim Masjid Baitul Makmur aku berusaha menyempatkan diri untuk hadir pada wirid rutin Jumat. Hehehe pasti mereka nyangkanya aku pergi wirid, padahal salah total! Aku kangen ketemu Puspa!!
Lima belas menit lewat dari 16.30 aku menginjakkan kaki di rumah sobat kecilku. Ah... masa sih udah 18 tahun aku ga ketemu dia? Ga nginjakin kaki di rumahnya? Belum lagi nyampe di depan pintu rumah, tiba-tiba “Assalaamu’alaikum”, kedengaran suara dari dalam rumah memberi salam. Siapa lagi kalo bukan Puspa. Hehehe saking excitednya, aku mpe keduluan ngucapin salam.
Tanpa pakai pemanasan, silih berganti cerita meluncur dari mulut kami berdua. Kadang sabar bergantian untuk saling mendengarkan dan bercerita tapi kadang kami saling balapan pengen cerita. Bayangin aja, 18 tahun sudah tak pernah berbagi cerita. Walaupun zaman kuliah kami masih sama-sama di Padang tapi entah kenapa aku dan dia ga pernah ketemu. Segitu sibuk kah? Ih, baru nyadar sekarang.
Trus, Puspa hijrah ke Jakarta dan kerja di sana. Aku ngelanjutin S2 di Malaysia, trus aku kerja di Bandung selama tiga tahun, trus balik ke Padang. Hmm... tapi itu kan ga seharusnya jadi alasan. Trus kenapa donk? Ya .. sudahlah, yang penting hari ini aku dah ketemu dia.
Dia makin cantik, cantik banget malah! Rambutnya yang dulu panjang, sekarang masih ngelewatin bahu. Wajahnya terlihat begitu segar, ah... benar-benar cantik! Kami bercerita seakan tak pernah berpisah sebelumnya, ga ada jaim-jaiman, cerita mengalir gitu aja... tentang kehidupan, tentang harapan, tentang status yang masih jomblo... hahahaha ternyata aku ga sendirian! Trus kami mulai mengitung teman-teman lainnya yang masih jomblo (sorry Iyen, Pipiet, Lisa, dan Diena klo nama kalian ikut kesenggol) berikut cerita-cerita pendukung tentang status yang masih jomblo tersebut. Sampai di ujung pembahasan, kami dengan besar hati mengakui bahwa alasan-alasan yang kami kemukakan hanyalah sebuah usaha pembenaran terhadap status yang masih sendiri. Namun intinya, kami masih normal dan berhasrat menikah dengan orang yang tepat! hahaha... Berkali-kali tawa berderai menertawakan apa aja yang bisa ditertawakan. Termasuk ide untuk “mengiklankan” diri yang berkualitas tinggi untuk mendapatkan pendamping yang sepadan tanpa terkesan banting harga hahahaha.... (mpe keluar air dari mata).
Mama tiba-tiba muncul bawa kerupuk emping (Ssst... mamanya Puspa adalah Dewan Penasehat Majelis Ta’lim Baitul Makmur, jadi ketauan deh aku ga pergi wirid dengan alasan kangen-kangenan ma sobat lama). Trus papa juga nyelutuk, “Patra itu ya?” ... ya ampun, saking asyiknya ngobrol, aku mpe lupa negur papa yang lagi nonton TV. Aku merasa begitu nyaman di rumah itu, serasa rumahku sendiri.. papa mama Puspa begitu baik dan ramah. Makasih Allah!
Karena ada tamu yang datang, Puspa ngajak aku ngungsi ke kamar. Yes! Makin membuka peluang buat bercerita tanpa sensor. Obrolan tanpa judul dan tanpa chapter itu hanya dihentikan oleh shalat Maghrib, trus dilanjutkan lagi di meja makan. Ssst.... dendeng dan sup bikinin mama enak banget!
Abis makan, balik lagi ke kamar. Bolak-balik cerita tentang diri sendiri, tentang teman, tentang status... dengan versi yang berbeda-beda. Mungkin klo ada alat ukur yang bisa ngukur binar-binar mata, mungkin hasilnya akan berupa grafik yang tak beraturan, peaknya akan berlompatan sana-sini. Sungguh aku tak bisa mengurai kerinduan yang sedang terjalin (iya ga sih Pus? Jangan-jangan aku ge-er sendiri nih.... Biarin ah).
Lagi seru-serunya cerita, telfonku berdering. Siapa lagi klo bukan salah satu dari ortuku tersayang, papa. “Masih lama pulangnya nak? Bisa ga dilanjutin besok?” Duh, empat jam cukup! Tapi aku harus pamit.
Puspa mengantarku sampai teras depan dan kukebut motorku pulang. Sungguh pertemuan yang indah, moga tetap indah sampai di syurga Allah nanti. Amin.
Jumat, 20 Maret 2009
Diikutsertakan dalam Lomba Menulis Tentang Sahabat