Saturday, May 3, 2008

Diskusi bareng murid2 International Relations - Castilleja School


Castilleja School, sekolah khusus perempuan di Palo Alto punya misi mendidik perempuan untuk bisa jadi pemimpin. Berbagai cara dilakukan untuk membangkitkan motivasi para siswanya agar bisa mengeksplorasi skill dan bakat yang dimiliki. Fasilitas pun dicukupi, mulai dari stadium olah raga, fitness centre sampai alat-alat musik tersedia di sana. Beruntung aku punya kesempatan untuk berbagi pengalaman sama mereka. Sekitar 18 siswi hadir pada saat aku berkunjung ke sana. Lebih banyak pertanyaan ditujukan tentang KOGAMI karena memang sebelumnya ada pemutaran film tentang sejarah berdirinya KOGAMI. Satu pertanyaan yang menarik buatku adalah :

"Is there any difficulties when you as a woman has to talk with man especially who has important position in government such mayor? Can they put respect on you? And how you lead your staff?"

Aku ga nyangka pertanyaan itu bisa muncul di Amerika yang selama ini dalam pikiranku memberikan kebebasan kepada siapapun untuk menyuarakan pendapat. Isu gender ternyata ada dimana-mana. Kenapa harus ada ?

Sejenak aku tersenyum dan jawabanku untuk mereka adalah "Satu hal yang harus kita sadari adalah : siapapun dia dan apapun jabatannya... kita dan mereka adalah sama-sama manusia, tak ada satupun manusia punya hak merasa lebih dibanding yang lainnya. Tidak masalah pemimpin itu seorang wanita atau pria selagi kita saling menghargai satu sama lain. Sebagai seorang pemimpin, saya sangat menyadari bahwa wanita dan pria itu totally different, maka kita harus memahami perbedaan tersebut. Dari sanalah akan muncul pengertian dan rasa saling menjaga satu sama lain. Dan selama ini saya tidak pernah menemukan kendala baik dalam berkomunikasi ataupun ketika saya harus menjadi seorang fasilitator .. apapun jabatan mereka di pemerintahan. Sekali lagi kuncinya adalah : perlakukan seseorang sebagaimana engkau ingin diperlakukan."


Tanpa disangka-sangka mereka memberikan applaus. Hmm... siang yang berkesan di Castilleja. Thanks Rabb


13 comments:

adinda feb said...

tfs mbak..
Oh yaaa.. ada jg ya pertanyaan seperti itu.. brarti masih ada diskriminasi?
Atau mungkin karna mbak patra dr asia dan mreka denger isu gender yg ada disini. dan mereka ingin tau gimana mbak Patra menyikapi

dina sudjana said...

saya tertarik tuh sama sekolah perempuan..bisa cerita lebih detail nya?
TFS ya Patra.. Patra memang hebaaaat

patra rina said...

Iya, masih ada
dan memang ada hubungannya ama asal asia juga plus muslimah pula
tapi akhirnya mereka ngerti dan gurunya juga bilang "terimakasih" karena memang masih ada di antara murid2nya yang takut berhadapan sama "orang penting", bahkan satu murid bilang "thank you, now I feel more confident because you wake me up, we have capacity to do whatever we want". Jadi, mereka juga bermasalah ama diskriminasi. Gitu Dinda sayang..

patra rina said...

Jujur aja teh, waktu itu aku lagi hang hebat, jadi cuma pengen nyelesaiin tugas dengan sebaik2nya dan setelah itu rest. Diterangkan sih ama gurunya, itu sekolah didirikan oleh seorang wanita juga tapi lupa namanya siapa.... beliau sangat concern untuk memajukan wanita di dunia pendidikan, makan didirikanlah Castilleja School. Orang tua murid juga merasa comfortable menitipkan anak di sana. Sekolah tersebut sangat strict, tiap hari ada PR yang menyebabkan siswanya sibuk dan ga punya waktu untuk "hang out". Setidaknya ini yang diceritakan oleh Brian -anaknya sekolah di sana. Sabtu minggu akhirnya dipakai buat istirahat sejadi-jadinya. Dengan itu, dia merasa putrinya sangat "terkontrol". Bahkan kekerabatan di sana sangat tinggi. Walaupun laki2 sangat "sulit" untuk berkunjung tapi guru dan orang tua kenal satu sama lain. Guru-guru bisa mengenali siapapun yang datang -maksudnya orang tua siapa yang datang, begitupun murid-muridnya. Coba search di google juga ah.... maaf ya teh, ga bisa ngasih informasi lebih

dina sudjana said...

saya punya cita2 pingin mendirikan semacam akademi gitu..
tapi ngebahas ttg perempuan terutama rumah tangga, dibanyakin ttg keterampilan, jadi kelak lulusanya siap pakai dalam berumah tangga, jujur kayak saya nih kuliah di teknik eh ujung2 nya jadi ibu RT aja he he he. pas terjun ke rumah tangga wah nga bisa apa2 harus belajar dari nol..
pilosopinya sih kakinya menancap dengan kokoh di rumah tapi tanganya ada dimana-mana, gimana Patra tertarik juga? tapi ini saya masih ngehayal..

patra rina said...

wah tertarik banget teh
iya, geregetan gimana caranya wanita Indonesia bisa jadi cerdas. aku sempat sebel lo sama iklan Pond's, masa harga wanita hanya sebatas warna kulit dan menarik perhatian laki-laki ? dan dengan gampangnya para "wanita" tertipu oleh iklan tersebut. Maaf banget deh buat yang punya produk :)
ayuk, kita rancang teh... dan satu hal juga yang harus disadari wanita "jangan pernah menuntut persamaan gender"
teh.. http://www.castilleja.org informasinya ada di situ

dina sudjana said...

di jepang juga ada univeristas perempuan cuman sama aja sih fakultas nya dgn univ biasa cuman mahasiswanya ya perempuan semua.
Yang saya inginkan tuh jurusan yang bener2 siap pakai, dalam arti serba bisa dari mulai masak, ngurus anak, jahit dll sampei memenej bagaimana bisa menghasilkan uang dari rumah. Soalnya saya rasa ternyata berumah tangga juga butuh ilmu, apalagi untuk bisa menghasilkan generasi yang lebih baik dan berkwalitas..

patra rina said...

ya, setuju sekali
tapi aku tetap aja ga setuju klo istri itu kebagian tugas memasak atau apapun yang sudah menjadi dogma sebagai tugas seorang ibu rumah tangga. Selama aku di US, aku udah tinggal di tiga keluarga berbeda dan subhanallah aku melihat betapa rapinya suami dan istri saling membahu dalam pekerjaan rumah tangga. Mungkin tidak semuanya mereka begitu, tapi aku ingin di dalam rumah tangga, wanita tidak lagi ditempatkan sebagai "tukang cuci", "tukang masak", ataupun "tukang asuh anak", tapi seharusnya itu menjadi amanah pasangan yang berani mengikat janji di hadapan Allah.... hmm.... ?

seli naswati said...

Iya yaa.... isu gender ada dimana-mana, negara maju seperti the US pun masih memiliki banyak fenomena ttg ketimpangan gender... eh gimana dengan presidennya? apa mereka menginginkan perempuan sbg presiden mereka? pilih obama atau hillary? :)

patra rina said...

Dari semua yang pernah ditanya, mereka pilih OBAMA bukan karena hillary perempuan tapi OBAMA dinilai lebih cerdas lewat kampanye2nya. Hillary awalnya dapat simpati tapi karena seringkali menyerang Obama, hillary dinilai ga cerdas.
Gender ? hmm.... ga setuju juga sih ada kesetaraan gender karena kalau perempuan punya kemampuan pasti diakui kok keberadaannya :)

Yuli Rachmawati said...

Duhh Patra...,it's an intresting topic to talk about.It's not only in Indonesia have discrimanation but around the world apparently.
By the way are you student or working in US??

patra rina said...

Lagi perjalanan dinas kok Yur (atau mba nih?), cuma sebulan
ada conference dan speaking tour trus pembuatan film singkat hihihi.. Yurican bingung deh.. ntar kita ngobrol lebih banyak ya
pk. 3 pagi nih di Palo Alto.. bobo lagi ah...

Yuli Rachmawati said...

Duh...asyik banget yach.....kerja ambil tour juga nichhhhh yeeeee?????Emang bikin film apa nichh,aku jadi bingung nich ......holywood movie, Tek???? (jangan berpikir kotor loh maksudku ETEK bukan yang lain lohhhhh)
Emang Patra kerja dimana????Eh ngomong namaku Yuli, yurican cuma tuk ID doang loh.Yach good luck yach