Wednesday, October 17, 2007

"Jangan wanita deh...!" (buat yang menuntut kesetaraan gender)

Ketika mendampingi tim peneliti Jepang ke Bengkulu, akulah satu-satunya wanita anggota tim. Buat aku sih asik-asik aja karena dari remaja aku udah sangat dipercaya oleh orang tuaku untuk melakukan kegiatan apapun asalkan positif. Mereka sangat percaya karena aku pun mampu menjaga kepercayaan mereka. Buatku, setiap "momen" bisa menghasilkan sejuta ilmu
Di tengah perjalanan,  bapak-bapak yang berasal dari sebuah universitas terkemuka di Sumatera Barat masuk pada sebuah percakapan, kira-kira begini :
H : "Kita harus menyiapkan kader nih agar Indonesia juga punya ahli Tsunami seperti Jepang. Nanti kita buat MoU dengan Universitas Tohuku."
F : "Iya, saya setuju. Siapa ya kira-kira ?"
M : "Gimana klo si R?'
H : "Wah jangan, dia terlalu lamban, malu kita sama Jepang nanti"
Mereka silih berganti mengkaji satu persatu calon yang diajukan, tapi masih saja belum memenuhi kriteria yang diinginkan. Akhirnya aku ikut bersuara karena salah satu tamatan Universitas tersebut menjadi relawan di LSM yang aku pimpin dan aku tahu sekali kemampuannya.
Aku : "Bagaimana klo si Mimi aja Pak?" (bukan nama sebenarnya)
serentak mereka menjawab (tiga orang bapak-bapak)
"Sedapatnya jangan wanita deh... " Gitu kira-kira koor mereka.
H : "Bukannya mau mengangkat isu gender Pat, tapi memang wanita itu banyak susahnya. Nanti diminta ngerjain ini itu pasti banyak aja alasannya, yang ga dibolehin suamilah, yang harus ngurusin anaklah, yang mau ke rumah mertua lah... Jarang sekali menemukan wanita yang berdedikasi pada tugasnya"
F : "Iya, istri saya aja contohnya. Walaupun saya sangat mendukung aktifitas dia tapi dianya yang engga mau, katanya ga tega ninggalin anak"
H : "Istri saya juga begitu, padahal dulu yang saya kagumi dari dia adalah kegesitan dan kreatifitasnya, dia aktifis tapi sekarang dia berubah menjadi orang rumahan"
Nah lo, tanpa diminta bapak-bapak tersebut curhat tentang istri-istri mereka. Mungkin mereka tahu klo aku bakal menyela "Emang bapak ngizinin istri bapak aktif di luar rumah?" tapi urung karena tanpa ditanya mereka udah menjelaskan.
Intinya buat aku adalah aku sama sekali tidak akan memihak kaumku yang masih berjuang untuk mendapatkan KESETARAAN GENDER. Apa sih sebenarnya yang dituntut? Nyata-nyata kita sama laki-laki itu berbeda! Yakin deh, kalau kita kaum wanita bisa mempunyai dedikasi yang tinggi tanpa harus menjadikan keluarga sebagai alasan untuk bersembunyi dari tanggungjawab yang diemban, aku yakin bahwa KESEMPATAN ITU BANYAK! Ga usah dicari! Orang-orang pasti akan menyerahkan amanah itu kepada kita tanpa ragu. Namun sekali lagi, MAMPUKAH KITA ?
Ah, sepertinya tidak.. karena fitrah dan kodrat yang berbeda. Mau menstruasi aja wanita bisa uring-uringan dan tidak produktif. Sederhananya aku mau bilang "Ya sudahlah.... wanita dan laki-laki itu sudah ada porsinya masing-masing". Banyak kok wanita yang sukses karena mampu menunjukkan potensi dirinya, bermanfaat untuk keluarga dan berdaya guna untuk masyarakat. Tentu saja indikator keberhasilannya adalah tidak ada hak-hak orang lain yang terabaikan, baik itu keluarga, teman-teman di tempat kerja ataupun lingkungan sosial lainnya.
SANGGUP? Buktikan saja !
Tapi kalau ga sanggup, jadi ibu rumah tangga tulen lebih istimewa lho jika dijalankan dengan ikhlas.

29 comments:

Yeti Setiawati said...

Setuju....saya ajah setelah menikah dan punya anak jadi banyak alasan sampe cutipun dah habis, skr gak dipercaya lagi untuk selalu stand by di kantor......dl seh pas masih single asik asik aja dikantor ampe malem, tugas ke LN....:D

tity stuff said...

hidup wanita!!! Lhoo kok ??

patra rina said...

Iya, jadinya aku bingung sama tuntutan KESETARAAN GENDER. Bagian mana yang harus disetarakan ? hehehe....

patra rina said...

Setuju sama Bunda Ulum, kita harus sadar kodrat ya mba?

Yeti Setiawati said...

betul...nanti juga hatinya sendiri yang akan bisa menjawab :D

sri yulis said...

ngakuuuuu...belum sanggup.. selamat idul fitri..maaf lhr batin ya Patraa...

Sha - said...

mantaffffffffffffffffffff feminis yang tepattttttt.. begini niiiih yg keren ni..

*beautiful sky said...

memang ada banyak wanita yg sanggup melakukan pekerjaan lelaki ,(yg bukan phisically ) tetapi aku yakin akan banyak pula kewajiban dia yg lebih penting yg terbengkalai, apalagi bagi yg telah berkluarga ...hmmm jawabnya sudah jelas . Ada banyak pengorbanan yg dia tempuh .Bukan lagi pengorbanan ,tapi akan ada korban!!!! .
Jaman sudah banyak berubah,dimana wanita dituntut untuk berkarya juga ..hhhhhhhhhhhh puzink! Bahkan parahnya sebagian laki 2x tak menghargai bila kita bukan wanita karir atau semacamnya .Kalo lelaki model begini neh namanya lelaki banciiiii , !!! huh gemes dah !
Persamaan hak bukan berarti persamaan gender kan?Hak kita sama tapi bentuk yg beda .Yg jelas jadi cewek jangan bego bego deh haahahah,biar apa yg menjadi hak wanita ngga diserobot kaum lelaki .nyambung gak yah ma topicnya ?

*beautiful sky said...

BTW nice topic Patra ...Ehhh Anak anakku selalu nanyain Tante Patra neh .Mereka bilang Tante Patra is nice , aku nanya how do u know she is nice .jawab Rabbani: Because she talked to me , and she was nice to you ,Ma" . How sweet !

Tika Tika said...

Mungkin jika bapa2nya mau lebih bantu2 di rumah, para instrinya tidak usah ambil terlalu banyak alasan tuk melepaskan tugas kerja di kantor :D.
Sistem sosial indonesia masih berat kepada wanita untuk mengemban tugas rumah tangga. Ini bukan kodrat, tapi perlu ada perubahan.
Tentu ada perbedaan biologis antara wanita dan pria, tapi perbedaan ini tidak perlu harus menjadi sesuatu negatif. Mensturasi, menyusui bukan suatu alasan. Pria juga punya 'sifat2' biologis yang juga bisa 'mengganggu kerja' (ie. pria yg memilik jari-jari 'lebih besar' akan 'kurang efisein' saat melalukan prosedur bedah dibanding wanita yg memiliki jari2 ramping, apa ini berarti semua ahli bedah harusnya wanita? kegiatan manusia itu cukup kompleks hingga perlu skill individu yang selalu berbeda untuk meningkatkan efisiensi, dan tiap manusia memiliki sifat unggul masing2 yang berbeda-beda. Perpisahaan per gender saja akan sifat2 manusia ini terlalu 'simplistik' dan sangat tidak bermanfaat. Jika wanita kurang konsentrasi saat mensturasi, bedasarkan pengalaman saya sendiri, wanita lebih tinggi kemampuan konsentrasi dibanding pria disaat2 luar masa mensturasi!).

XXXX YYYY said...

Pokoknya sdh diciptakan Allah SWT sesuai kodrat dan kewajiban masing2 deh, ga usah setara2 gender hi hi. Lha saya mah masih senang kok kalo para lelaki berdiri di bis utk mempersilakan saya duduk atau bukain pintu buat kaum wanita, nah kalo setara gender ya capek dong berdiri di bis heheh. Hidup Wanita dan Pria hidup berdampingan dgn tugas masing2, kutip Gus Dur ah Gitu Aja kok Repot, peace ahh, salam dr kutub utara ah Patra. (Di sini gender setara, sama2 ngebersihin salju di jalanan hahaha).

Diana Rochayani said...

sanggup gak yaaa?
....
*yang terkadang masih bete pulang kuliah mendapati piring kotor yang paginya belum sempet dicuci ato pas lagi gak ada makanan di rumah*

patra rina said...

hihihi... alhamdulillah.. kita mah sewajarnya aja ya Sri :)
maaf lahir batin juga ya...

patra rina said...

Jazakillaah Sha
Ga berniat jadi feminis lo, ini hanya hati nurani yang bicara Sist
Bikin segala sesuatunya berjalan seperti mana seharusnya. Bukankah ADIL itu adalah salah satu sifat yang harus dipunyai seorang muslim, adil terhadap diri sendiri, keluarga, pekerjaan, lingkungan, alam, dsb

patra rina said...

Ya, mba
aku sebenarnya mengusung tema ini bukan bermaksud "merendahkan" kaum sendiri. Bukan berarti juga, lelaki harus "bertepuk tangan" karena ada seorang wanita ingin meluruskan arti "kesetaraan" karena kaum laki2 khususnya suami juga harus memikirkan keseimbangan dan keadilan dalam memanage urusan rumah tangga. Ga ada tuh dalam kitab manapun yang mengatakan begini "
"Wanita harus mencuci piring sementara laki-laki tidak"
"Wanita harus menyetrika sementara laki-laki tinggal suruh aja"
"Wanita harus memasaka sementara suami minta dihidangkan saja"
Jadi, cakupannya global mba

Moga laki-laki dan wanita tidak lagi menuntut hal yang aneh2 jika kita semua meneladani kehidupan Rasulullah dan keluarga beliau :)

patra rina said...

harus dibicarakan lagi ama si "mas" kayaknya Di :)), pasti dua2nya letih, ya kan?
sabar ya Nduk

patra rina said...

hihi alasan klasik banget
Lucunya hal yang gini baru dibahas setelah pernikahan berlangsung hingga komunikasi terhambat oleh aturan-aturan tak tertulis yang telah menjadi hak dan budaya, khsusnya "komando" yang berada di tangan laki-laki. Mohon maaf saja, kultur seperti ini memang sangat merugikan kaum perempuan yang "dituntut" untuk menambah penghasilan oleh sang suami.
Hmmm.. milih pasangan hidup pun harus ada penyesuaian visi dan misi.
Wanita berhak untuk cerdas !!! Cerdas yang bertanggung jawab.

patra rina said...

hahaha lucu juga
Iya, sudah ada kodratnya masing-masing ya mba Jul
trus mau apa lagi
dihayati aja dengan ikhlas :))

rahma yanti said...

kadang emang sulit untuk menyetarakan gender. tapi bukan berarti kita tidak bisa berbuat apa-apa. pengalaman yang menjadikan mereka bersikap bahwa perempuan itu tidak mampu. untuk itu, tanggung jawab kita juga untuk buktikan bahwa kita bisa berbuat!!

patra rina said...

Justru ini PESAN yang saya angkat
TUNJUKKAN TANGGUNG JAWAB dan LEJITKAN POTENSI! Maka kita tidak perlu menuntut kesetaraan gender lagi, karena kita DIBURU untuk POTENSI DAN INTEGRITAS yang kita miliki

makasih

Popon Kurniasih said...

wanita di jajah pria sejak dulu....huhuhu...eta mah lagu jaman dulu kali ya...sekarang sih???sama??? whuah, gawat...tapi yg jelas kembali pd fitrah dan tanggungjawab masing-masing secara adil..hidup uni, hehe!!!

patra rina said...

hihi daku mah ga suka dijajah pria, Pon.. cukup sapi aja yang mbajak sawah hehehe.. ga nyambung ya?
Aku suka dicintai dan emang dicintai banyak orang sih.. jadi rada bingung buat ngapprove yang ngajuin proposal ... hahaha....

patra rina said...

hihi daku mah ga suka dijajah pria, Pon.. cukup sapi aja yang mbajak sawah hehehe.. ga nyambung ya?
Aku suka dicintai dan emang dicintai banyak orang sih.. jadi rada bingung buat ngapprove yang ngajuin proposal ... hahaha....

rin aja said...

wanita kalo kerja itu : datang tepat waktu, ngerumpi, jualan, istirahat duluan, ngobrol, kerja dikit (kalo lagi mau), pulang tepat waktu, cuti hamil, dikit2 ijin anak, gaji sama dengan baoak2 yang full kerja, bonus sama... adilkah...

patra rina said...

hahaha... alhamdulillah di kantorku sampai sekarang ga ketularan budaya itu mba... bahkan sering pulang lebih dari jam kantor tapi ga pernah minta uang lembur. Semoga kami bisa istiqomah.. Doain ya mba

rin aja said...

hehehe.. tapi bener kata temen2mu, setelah menikah pasti ada yang berubah pada kinerja wanita

patra rina said...

iya...itulah wanita
jadi, ga boleh ada tuntutan ketaraan gender harusnya

dian ra said...

“Janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu atas sebagaian yang lain" (QS.an-Nisa/4:32).“sebagian mereka adalah penolong bagi yang lain” (QS.at-Taubah/9:71)

patra rina said...

lagi baca-baca tulisan lama
kok bisa dulu aku nulis begini ya ?
sekarang dah jarang nulis he he