Sunday, January 8, 2012

Ketika Seorang Atheis Mengasihani Tuhan

Agenda makan siang berjalan sama seperti hari-hari sebelumnya. Tanpa ada perjanjian tertulis, aku dan teman-teman telah bersepakat untuk selalu makan siang di sebuah kantin. Lokasinya strategis dan pilihan makanannya lebih banyak dibanding yang lain. Tak pernah habis bahan cerita sekalipun setiap hari teman ngumpul itu lagi itu lagi. Aktifitas makan paling lama cuma sepuluh menit tapi ngobrolnya lebih lama, kadang serius kadang santai sekali tergantung siapa yang melemparkan topik.

Tiba-tiba satu-satunya teman kami yang atheis berkata, "Aku kasihan lho sama Tuhan." Suasana yang tadinya riuh rendah diam serentak. Semua mata tertuju padanya. Sadar mendapat perhatian, dia (Molas, bukan nama sebenarnya) melanjutkan lebih bersemangat, "Iya. Aku kasihan sama Tuhan. Lihat saja, banyak sekali orang yang menyatakan dirinya beriman tapi sebenarnya mereka pengkhianat."

 Wajah Imax memerah (dia terkenal taat di antara komunitasnya), "Maksud kamu apa, Las?"

Molas melanjutkan dengan tenang, "Jujur saja, di antara kalian di sini .... mengaku muslim tapi ada yang ga shalat, mengaku kristiani tapi ga pernah ke gereja"

Suasana di meja makan semakin hening walaupun kantin masih dipenuhi oleh banyak orang. Aku tak tahu persis apa yang dipikirkan teman-temanku.

Tanpa bisa dicegah, Molas melanjutkan "Nah, giliran kalian dapat masalah langsung deh Tuhan yang disalahin. Dengan menghiba kalian akan mengatakan Oh Tuhan, mengapa Kau beri aku ujian seberat ini ?" Oh Tuhan, mengapa masalah ini menimpaku ? Kalian menjadikan Tuhan sebagai objek atas ketidakmampuan kalian menghadapi masalah hidup. Beda sekali dengan kami para atheis, kami menyelesaikan masalah sendiri tanpa harus menyalahkan siapa-siapa. Wajar kan kalau aku jadi kasihan sama Tuhan ?"

Tak ada yang bisa berkata-kata dan tak seorangpun terpancing untuk berdebat sampai akhirnya acara makan siang selesai. Namun seminggu semenjak kejadian tersebut, beberapa orang temanku yang tadinya tidak shalat sudah tidak lagi meninggalkan shalat.

Pembicaraan siang itu telah MENAMPAR sisi hati terdalam  insan yang mengaku BERIMAN tapi tak pernah merasa bersalah ketika melupakan atau meniadakan Tuhan dalam pikiran dan tindakannya. Tuhan hanya sebagai lambang untuk pengisi identitas atau lebih ekstrim ketika Molas yang atheis mengatakan bahwa Tuhan hanya sebagai objek penderita ketika seorang manusia tak mampu menyelesaikan masalah hidup.

Ah.. semoga kita tidak termasuk pengkhianat seperti yang dikatakan Molas atau malah kita lebih munafik dibandingkan seorang atheis ? Meyakini bahwa Allah itu ada dengan sifat-Nya Yang Maha Mengetahui tapi kita tak pernah merasa bersalah atau malu ketika DIA melihat kelakuan kita yang dengan sengaja meniadakan-Nya dengan mengabaikan ibadah dan melakukan hal-hal yang tak disukai-Nya. Na'udzubillaahi min dzalik ...

Astaghfirullaah.. Astaghfirullaah.. Astaghfirullaah 'aladzhiim... Ketika seorang atheis mengasihani Tuhan, mungkinkah kita yang menjadi penyebabnya ?

 sebuah catatan di medio 1999

9 comments:

Heroe Lonz said...

yang lebih ngeri lagi kalau beribadah rajin, tapi tetap selingkuh misalnya, atau korupsi.... dan ini ga sedikit terjadi di sini seakan ibadah lalu menghapus semua noda dosa.... konon, korupsi terbanyak ada di kementrian agama, soalnya...

yelli ordinary people said...

Jleb

patra rina said...

Nah, itu yang dimaksudkan beribadah .. mengakui Tuhan tapi tak mau diatur oleh hukum Tuhan :)

patra rina said...

apaan tuh yel ? :)

Rifki Asmat Hasan said...

kitalah yg perlu dikasihani. karena kita semua manusia menyembah Allah Subahnahu wa ta ala, kemualiaanNya tidak bertambah. pun ktk semua manusia tidak.mau menyembahNYa, kemuliaannya pun tidak berkurang

yelli ordinary people said...

Nancep kata2nya un, kadang ga sadar makin deket sama allah saat susah, saat senang mulai melonggar:(

Heroe Lonz said...

biasanya dibedakan antara ungkapan iman, dengan perwujudan iman..... dalam ritual ibdah aku mengungkapkan imanku, dalam keseharian aku mewujudkannya....

patra rina said...

Benar,
Judul itu MENOHOK hati kita, jadi sengaja kata-kata seorang atheis itu yang dijadikan judul

patra rina said...

Iya Yel... kalau kita mengaku beriman, harus selaras kehidupan sama keyakinan :)