Thursday, April 2, 2009

Tentang GEMPA dan TSUNAMI - khususnya untuk Sumbar

Karena banyak teman-teman yang bertanya tentang :
1. Ciri-ciri gempa berpotensi tsunami
2. Kenapa masih berusaha, padahal tsunami itu kan takdir dari Allah

maka aku akan jawab sesuai dengan kapasitas keilmuanku dan kelembagaanku. Terimakasih untuk pertanyaannya.

Jawaban:

Prolog:
Walaupun definisi bencana yang ditentukan oleh lembaga PBB adalah : suatu kejadian yang terjadi secara tiba-tiba ataupun perlahan-lahan, disebabkan oleh alam ataupun campur tangan manusia, mengakibatkan kehilangan nyawa dan harta benda serta berubahnya fungsi sosial, dan hal tersebut tidak mampu diatasi oleh sekelompok manusia pada sebuah daerah.

Tapi aku punya definisi yang lebih sederhana

Bencana = kegagalan manusia beradaptasi dengan tanda-tanda yang diberikan Tuhan melalui alam / Kegagalan manusia beradaptasi dengan fenomena alam

Kenapa demikian?
Kalau manusia bisa mempelajari tanda-tanda alam, maka manusia akan belajar lebih jauh lagi bagaimana cara menyikapinya. Jika cara menyikapinya benar, maka tidak akan pernah ada yang namanya BENCANA ALAM.

Sederhana.

Contoh : Situ Gintung.
Pelajaran I : Lokasi Situ lebih tinggi dari kompleks perumahan - pasti ini termasuk bahaya yang berpotensi menjadi bencana suatu saat. Manusia yang paham, tidak akan bermukim di sana, apalagi sampai menimbun Situ
Pelajaran II : Sudah terlihat retakan dan sudah dilaporkan berkali-kali kepada pemerintah tapi tidak disikapi dengan seksama. Jika cepat diantisipasi, tidak akan terjadi BENCANA

atau yang lebih sederhana lagi...
Pada sebuah daerah aliran sungai, tidak ada kehidupan selain kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan liar di sana. Suatu saat jika sungai meluap dan terjadi banjir, walaupun banyak areal yang digenangi.. maka manusia tidak menyebutnya sebagai BENCANA.

Nah, berarti benar kan? Kalau manusia memberi istilah bencana untuk hal-hal yang merugikan manusia itu sendiri? Udahlah berkontribusi buat kerusakan alam eh ALAM pula yang DISALAHKAN :)

Hehehe.. moga ga ada yang protes aku nulis gini.

INI JAWABAN buat KEDUA PERTANYAAN DI ATAS

Ok, lanjut.
Risiko bencana = Bahaya x kerentanan
                            --------------------------
                                 kemampuan

Ntar klo ga ngerti, boleh nanya kok.
Jadi, artinya .. jika kerentanan dikurangi dan kemampuan ditingkatkan, maka risiko bencana bisa diminimalkan.

Nah, sekarang... mengapa kita harus bersiap ? Bukankah bencana itu takdir ?
Hey... siapa bilang? Tuhan itu Maha Baik lo... Manusia aja yang ga mau belajar. Sudah dikasih ilmunya bahwa fenomena alam itu punya siklus tapi tetap aja ga ngerti.
Galodo.... di tempat yang sama terjadi pengulangan, siklusnya antara 30-40 tahun. Tanya deh penduduk setempat klo ga percaya.
Trus, gempa... selalu terjadi pengulangan di tempat yang sama. Siklusnya berbeda-beda di tiap daerah, ada yang 50 tahun, ada yang 100 tahun, ada yang 30 tahun. Coba deh buka lagi catatan sejarah bencana di daerah masing-masing.

Nah, lagi-lagi.. kelalaian manusia itu belajarlah yang bikin manusia (kita-kita ini) terkena bencana.

Jepang... belajar dari siklus gempa dan tsunami yang pernah mereka alami membuat mereka lebih bagus dalam perencanaan. Pembangunan pun sudah terintegrasi dengan pengurangan risiko bencana, seperti : pendirian bangunan sesuai dengan building code (yang telah disesuaikan dengan kerawanan gempa di sana) .. ssst... Indonesia katanya udah punya, tapi belum diterapkan :)

Nah gitu juga dengan Tsunami, pengulangannya bisa ratusan tahun.
Lagi-lagi Tuhan ngasih tanda-tanda...

Ga percaya?
Belajar donk dari penduduk Simeulue yang pernah terkena tsunami pada tahun 1907, yang artinya dah banyak yang wafat lo nenek moyang yang jadi saksi tsunami.. tapi kenapa hanya 7 orang dari 78.000 penduduknya yang tewas pada tsunami 26 Desember 2004? Itupun yang berada di laut lebih dekat ke pantai.

Karena.... nenek moyangnya mau mendidik generasi penerusnya dan generasi penerusnya mau belajar dari nenek moyangnya.

Coba deh ke simeulue, tanya semua orang di sana. Pasti mereka tahu cerita tentang Smong 07. Mereka menyebut tsunami dengan SMONG.

Dari mulut ke mulut, generasi ke generasi, bahkan ke pendatangpun cerita tentang tsunami 1907 diteruskan tanpa bosan-bosan. Sederhana saja caranya, tidak mahal! Caranya cuma bercerita di rumah masing-masing, di kedai-kedai, dimanapun mereka berada.

Isi ceritanya :
Dulu pernah terjadi gelombang besar (smong) pada tahun 1907. Ada gempa besar sebelumnya, kemudian laut surut. Nah, jika itu terjadi lagi... kemasi barang-barang dan larilah ke bukit.
Simpel banget kan? Tapi dampaknya... luar biasa!! Itu dinamakan kebijakan lokal

Gempa besar bisa dijadikan salah satu pertanda untuk terjadi tsunami
Khususnya bagi wilayah-wilayah yang terletak di dekat pertemuan lempeng bumi (zona subduksi)
contoh : wilayah pesisir Sumbar, dimana pertemuan lempeng Indo Australia dan Eurasia berada kurang lebih 170 km dari kota Padang. Maka, jika terjadi pergeseran lempeng... akan berakibat terasa getaran yang dinamakan GEMPA!

Beda halnya dengan Sri Lanka atau Maldive yang sama sekali tidak punya sumber gempa (secara geologis), jadi mereka akan sangat bergantung sekali dengan peralatan peringatan dini, karena mereka masih punya waktu!

Biar tidak terjadi kesalahpahaman.
TSUNAMI pasti didahului oleh peristiwa gempa bumi di laut (bedanya : terasa atau tidak terasa, tergantung pada jarak daerah yang akan terkena dampak)
tapi TIDAK SIAP GEMPABUMI menyebabkan TSUNAMI

Nah, karena Sumatera Barat berada dekat sekali dengan pertemuan lempeng, tentu saja akan merasakan gempa.

CIRI-CIRI GEMPA BERPOTENSI TSUNAMI untuk WILAYAH PESISIR SUMBAR, sebagai berikut :
1. Gempanya sangat kuat (manusia tidak bisa berdiri seimbang)
Kenapa ? Jawabnya : bayangkan lempeng bumi dengan ketebalan 40-60 km masing-masingnya yang bertumbukan. Hebat kan benturannya?

2. Berlangsung lama tanpa jeda (satu menit atau lebih)
Kenapa ? Karena setelah berbenturan, pastinya lempeng tidak akan langsung diam. Penggaris aja habis dibengkokkan akan bergetar untuk sekian lama sampai stabil kembali

3. Struktur bangunan (terutama yang berada di daerah pantai) akan mengalami kerusakan atau runtuh
struktur bangunan : kolom-kolom, tiang penyangga

Jika ketiga ciri ini yang terjadi, maka :
SEGERA EVAKUASI (lebih baik berjalan kaki). Ikuti langkah-langkah berikut:
1. Matikan listrik, gas
2. Ambil tas siaga yang telah dipersiapkan dari sekarang. Isinya : makanan instan, minuman, dokumen penting, obat-obatan, pakaian, senter + baterai, radio + baterai
3. Kunci dan tinggalkan rumah menuju daerah > 3 km dari pantai atau ketinggian> 10 meter dari permukaan laut (hindari gendung dalam radius 500 meter dari pantai)
Dengarkan informasi melalui radio, karena akan ada arahan dari pemerintah, tentang : sumber gempa, apakah berpotensi tsunami atau tidak, serta informasi lainnya
3. Jika informasi yang diterima bahwa
gempa berasal dari darat : boleh kembali ke rumah
gempa berasal dari laut dan berpotensi tsunami : lanjutkan evakuasi
gempa berpotensi tsunami dan kemudian dibatalkan : boleh kembali ke rumah
4. Jika terjadi tsunami, bertahanlah di daerah aman selama 4 jam minimum

Maka, dari sekarang:
Buatlah perencanaan keluarga, karena aktifitas anggota keluarga pasti berbeda-beda

Ingat! Salah satu penyebab jatuhnya banyak korban di Aceh adalah karena SALING MENCARI
Bapak yang sudah berada di daerah aman pulang ke rumah untuk mencek keluarga... maka seharusnya dia bisa selamat, tapi malah ikut jadi korban.

Caranya :
Diskusikan tempat aman yang akan dituju oleh masing-masing anggota keluarga
misal : anak akan ikut arahan dari guru (karena 60 sekolah telah dilatih di kota Padang)
Nah kalau terjadi tsunami, semua anggota keluarga akan berkumpul di IAIN Imam Bonjol Lb. Lintah 5 jam setelah terjadi gempa atau selambat-lambatnya 10 jam setelah terjadi gempa.

Masih mau nanya kenapa kita harus bersiap?
Waduh...waduh....
Takdir itu adalah ketika ikhtiar kita dah semaksimal mungkin... nah akhirnya mati juga, itu baru dinamakan takdir.

Kan tsunami ga ada tanda-tandanya ?
Lha kan udah dijelasin tadi.

Air laut itu baru akan dibangkitkan beberapa menit setelah "slip" nya lempeng memberi pengaruh pada permukaan air.

Nah, untuk wilayah Sumbar ... waktunya yang diskenariokan melalui pemodelan adalah 20-30 menit!
berarti : KITA MASIH PUNYA WAKTU UNTUK MENYELAMATKAN DIRI dalam RENTANG WAKTU 20 - 30 MENIT!

Bukankah kalau Tuhan sudah berkehendak, harusnya kita pasrah?
Oh ya? Kenapa harus pakai payung kalau hujan ? Harusnya pasrah aja buat basah
Kenapa harus ke dokter kalau sakit? Harusnya pasrah aja donk, karena Tuhan sudah berkehendak.
TOTALLY WRONG! Salah besar dalam mengartikan takdir.

Nabi Nuh aja masih bikin kapal besar kok! Tuh pelajaran langsung dari Tuhan
Trus, Nabi Muhammad - Rasulullah SAW aja masih bikin parit kok untuk bertahan dari serangan musuh

Mau beralasan apa lagi?

Maka, BUDAYA SIAGA BENCANA harus tumbuh pada diri masing-masing
Udah ga jamannya membiarkan korban tewas trus baru berlomba-lomba kasih bantuan. Itu paradigma lama... lamaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa sekali!

Kalau masih ada pertanyaan lanjutan, silakan email ke kogami_indonesia@yahoo.com

terimakasih
PS. Mohon maaf kalau tidak berkenan dan bahasanya juga bahasa buat teman-teman, jadi buat Bapak-bapak ... maaf ya, ini cuma cc aja :). Mohon masukan juga kalau ada yang salah.

Eh ada yang kelupaan :
GEMPA TIDAK BISA DIRAMALKAN, JADI JANGAN PERCAYA ISU TENTANG TANGGAL TSUNAMI !
(tau kan nyambunginnya?)

Teman-teman telah ikut dalam usaha KESIAPSIAGAAN apabila ikut menyebarkan informasi ini kepada teman-teman yang lain .... Relawan jarak jauh, mungkin sekali kan? Terimakasih untuk kepedulian kita semua :)

MARI BANGUN BUDAYA SIAGA BENCANA ! Sebagai wujud syukur atas kehidupan yang diberikan Allah untuk kita

8 comments:

Cut Intan Meutia said...

keep fighting, sis. Pengen ngobrol2 lagi:)

Linda Noviyanti said...

ijin kopas ... artikel ini insya Allah bermanfaat.

retno lestari said...

Gitu ya, ni? Mmm.. aku juga ijin copas dan nyebarin infonya... kini ku tahu.. ^^
Matur nuwuun...

Popon Kurniasih said...

alhamdulillah...akhirnya aku mengerti juga hal ini ...thanks say!

PagarAlam IPA said...

Thanks untuk penjelasannya yang singkat, padat dan pake bhs gaul.

Seharusnya mmg begitu kita harus belajar dari tanda-tanda alam, tapi memang konyol nya manusia kalau datang bencana menimpa buru-buru musibah dari Allah. Misalnya bencana banjir, kebakaran, tabrakan, kesamber petir, tidak lulus sekolah dll mereka dg ringan nya menyatakan musibah yg datang dari Allah termasuk kadang-kadang ustadz di TV mengatakan hal yg sama. Apa kah Allah kurang kerjaan dan seburuk itu menimpakan musibah kepada manusia? Kalau gitu Allah tidak rahman dan rahim dong? Itu lah fikiran fikiran sempit manusia yg iman nya ragu2. Padahal sebener nya apa yg terjadi adalah krn perbuatan manusia itu sendiri. Gimana ngak banjir kalau hutan di colongin (dicuri), buang sampah sembarangan, situ dan sungai yg peruntukan nya buat mengendalikan air penuh dg sampah dan tidak pernah diurus bahkan diuruk di jadikan rumah2. Gimana ngak kebakaran kalau kalau kabel listrik yg kecil dimuatin begitu banyak/besar tegangan atau kompor meleduk kalau sdh tau gas nya bocor diam saja. Itulah perlunya ilmu.

Allah itu maha pengasih lagi maha penyayang....jangan sekali-kali ragu.

staca totty said...

Salam kenal mbak..so glad I stumbled to this article. Thank you for sharing

uri caboel said...

penjelasannya mendidik sekali.

uri caboel said...

penjelasannya mendidik sekali.