Friday, January 20, 2012

Phnom Penh dan Ho Chi Minh City, Adakah MPers di sana?

Dear MPers,

Aku ada rencana meeting di Phnom Penh Kamboja dari 8-10 Februari 2012 trus mau backpacking ke Ho Chi Minh City dari 11-13 Februari. Kalau ada MPers yang berdomisili di sana... yuk ketemuan :)

Dari sekarang aku udah rajin buka catatan blogger tentang Ho Chi Minh City hmm.. sepertinya menantang juga jalan-jalan ke sana. Kalau Kamboja insya Allah udah pernah backpacking dari Phnom Penh ke Siem Reap.

Moga kali ini juga lancar aja ...

Udah ga sabar menunggu waktu

Ga sabar nunggu waktu backpacking ke Ho Chi Minh City!

Sunday, January 8, 2012

Ketika Seorang Atheis Mengasihani Tuhan

Agenda makan siang berjalan sama seperti hari-hari sebelumnya. Tanpa ada perjanjian tertulis, aku dan teman-teman telah bersepakat untuk selalu makan siang di sebuah kantin. Lokasinya strategis dan pilihan makanannya lebih banyak dibanding yang lain. Tak pernah habis bahan cerita sekalipun setiap hari teman ngumpul itu lagi itu lagi. Aktifitas makan paling lama cuma sepuluh menit tapi ngobrolnya lebih lama, kadang serius kadang santai sekali tergantung siapa yang melemparkan topik.

Tiba-tiba satu-satunya teman kami yang atheis berkata, "Aku kasihan lho sama Tuhan." Suasana yang tadinya riuh rendah diam serentak. Semua mata tertuju padanya. Sadar mendapat perhatian, dia (Molas, bukan nama sebenarnya) melanjutkan lebih bersemangat, "Iya. Aku kasihan sama Tuhan. Lihat saja, banyak sekali orang yang menyatakan dirinya beriman tapi sebenarnya mereka pengkhianat."

 Wajah Imax memerah (dia terkenal taat di antara komunitasnya), "Maksud kamu apa, Las?"

Molas melanjutkan dengan tenang, "Jujur saja, di antara kalian di sini .... mengaku muslim tapi ada yang ga shalat, mengaku kristiani tapi ga pernah ke gereja"

Suasana di meja makan semakin hening walaupun kantin masih dipenuhi oleh banyak orang. Aku tak tahu persis apa yang dipikirkan teman-temanku.

Tanpa bisa dicegah, Molas melanjutkan "Nah, giliran kalian dapat masalah langsung deh Tuhan yang disalahin. Dengan menghiba kalian akan mengatakan Oh Tuhan, mengapa Kau beri aku ujian seberat ini ?" Oh Tuhan, mengapa masalah ini menimpaku ? Kalian menjadikan Tuhan sebagai objek atas ketidakmampuan kalian menghadapi masalah hidup. Beda sekali dengan kami para atheis, kami menyelesaikan masalah sendiri tanpa harus menyalahkan siapa-siapa. Wajar kan kalau aku jadi kasihan sama Tuhan ?"

Tak ada yang bisa berkata-kata dan tak seorangpun terpancing untuk berdebat sampai akhirnya acara makan siang selesai. Namun seminggu semenjak kejadian tersebut, beberapa orang temanku yang tadinya tidak shalat sudah tidak lagi meninggalkan shalat.

Pembicaraan siang itu telah MENAMPAR sisi hati terdalam  insan yang mengaku BERIMAN tapi tak pernah merasa bersalah ketika melupakan atau meniadakan Tuhan dalam pikiran dan tindakannya. Tuhan hanya sebagai lambang untuk pengisi identitas atau lebih ekstrim ketika Molas yang atheis mengatakan bahwa Tuhan hanya sebagai objek penderita ketika seorang manusia tak mampu menyelesaikan masalah hidup.

Ah.. semoga kita tidak termasuk pengkhianat seperti yang dikatakan Molas atau malah kita lebih munafik dibandingkan seorang atheis ? Meyakini bahwa Allah itu ada dengan sifat-Nya Yang Maha Mengetahui tapi kita tak pernah merasa bersalah atau malu ketika DIA melihat kelakuan kita yang dengan sengaja meniadakan-Nya dengan mengabaikan ibadah dan melakukan hal-hal yang tak disukai-Nya. Na'udzubillaahi min dzalik ...

Astaghfirullaah.. Astaghfirullaah.. Astaghfirullaah 'aladzhiim... Ketika seorang atheis mengasihani Tuhan, mungkinkah kita yang menjadi penyebabnya ?

 sebuah catatan di medio 1999