Tuesday, April 24, 2007

Puisi terindah dari Sapardi Djoko Damono

Aku Ingin


Sapardi Djoko Damono


 


 


aku ingin mencintaimu dengan sederhana;

dengan kata yang tak sempat diucapkan

kayu kepada api yang menjadikannya abu




aku ingin mencintaimu dengan sederhana;

dengan isyarat yang tak sempat disampaikan

awan kepada hujan yang menjadikannya tiada


 


* hanya ingin berbagi keindahan, diperuntukkan untuk semua teman2 MP :-)

Monday, April 23, 2007

Mengganti Background MP

UNTUK MENGGANTI BACKGROUND


Ilmu dari mba Deshinta nih, buat teman-teman yang ingin berkreasi dengan background MP nya. Trus, ajarin juga bikin glitter word donk :-)



1.Klik setting, pilih my site, trus klik custom CCS di bagian atas
2. copy paste semua barisan huruf2 di bawah ini ke lembar custom CCS yang masih kosong

body {
background-image: url("http://i50.photobucket.com/albums/f332/ayaros9425/210880_3829628.gif");
background-attachment: fixed;
background-repeat: repeat;
}

3. Buka http://photobucket.com
4. di search images, ketik nature atau flower atau apa aja yang akan dicari
5. atau upload foto sendiri juga bisa tapi harus login dulu

Misal dari search image ya…
6. Setelah dapat gambar yang disuka, klik gambar tersebut
7. Lihat http nya (ada tiga baris, pilih yang paling atas) trus copy paste untuk mengganti bagian warna merah di poin no. 2
8. Klik ok,

Tampilannya akan jadi seperti ini (misal) :

Body {
background-image:url(
http://i50.photobucket.com/album/f332/ayaros/210880_3829628.gif);
background-attachment: fixed;
background-repeat: repeat;
}

Catatan :


harusnya http nya tepat satu baris dengan background-image:url, gitu lo....


yang boleh dirubah2 hanya http saja

Sunday, April 22, 2007

Untuk ku yang sedang jatuh cinta ;-)

Ya Allah, jika aku jatuh cinta,
cintakanlah aku pada seseorang yang
melabuhkan cintanya pada-Mu,
agar bertambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu.

Ya Muhaimin, jika aku jatuh cinta,
jagalah cintaku padanya agar tidak
melebihi cintaku pada-Mu

Ya Allah, jika aku jatuh hati,
izinkanlah aku menyentuh hati seseorang
yang hatinya tertaut pada-Mu,
agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta semu.

Ya Rabbana, jika aku jatuh hati,
jagalah hatiku padanya agar tidak
berpaling pada hati-Mu.

Ya Rabbul Izzati, jika aku rindu,
rindukanlah aku pada seseorang yang
merindui syahid di jalan-Mu.

Ya Allah, jika aku rindu,
jagalah rinduku padanya agar tidak lalai aku
merindukan syurga-Mu.

Ya Allah, jika aku menikmati cinta kekasih-Mu,
janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya bermunajat
di sepertiga malam terakhirmu.

Ya Allah, jika aku jatuh hati pada kekasih-Mu,
jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan panjang
menyeru manusia kepada-Mu.

Ya Allah, jika Kau halalkan aku merindui kekasih-Mu,
jangan biarkan aku melampaui batas sehingga melupakan aku pada cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepada-Mu.

Ya Allah Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta
pada-Mu, telah berjumpa pada taat pada-Mu, telah bersatu dalam dakwah
pada-MU, telah berpadu dalam membela syariat-Mu. Kukuhkanlah Ya Allah
ikatannya. Kekalkanlah cintanya. Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah
hati-hati ini dengan Nur-Mu yang tiada pernah pudar. Lapangkanlah dada-dada
kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di
jalan-Mu.


(As-Syahid Sayyid Qutb)

Akikah Dinda - jomblo time


Siplah, kado udah dibeli buat akikah nya Dinda. Jumat 20 Maret 2007 tepat pk. 12 aku izin dari kantor but pulang dulu ke rumah, nyelesaiin dikit urusan masak-memasak (special request from mom). Alhasil pk.2 aku ninggalin Padang menuju Pakandangan (negeri yang aku ga tahu dimana.... ). Berbekal petunjuk from my sista, PD aja lagi.. kan Ms. Nyasar emang udah julukanku hehehe..

Kali ini aku nyetir cukup nyantai, soalnya bawaannya ngantuk. Cuaca Padang emang lagi ga menentu, bentar panas banget eh bentar hujan dan jadi dingin banget. I enjoy driving.. hhm... benar-benar alone soalnya tape mobil juga rusak. Lengkap deh (jadi aja kebayang ... klo aja Evonk ato Megha di samping.. duh pasti udah banyak topic about life yang ngalir). Sambil mikirin banyak hal yang ga direncanain buat dipikirin... (I am smiling now.... ), aku nyampe di rumah neneknya Dinda. Horray ! Aku engga nyasar dan engga nelfon sekalipun .. I did it by myself!


Papanya Dinda (Soni) langsung kebagian nolong markirin mobil, abis ga nemu tempat strategis dakunya. Sst... sebenarnya udah tergoda buat makan.. ada gulai kambing ! - menu special akikahan. Megha, Ane dan Nel udah di sana duluan.. nyam.. nyam... ada teman buat makan! Alhamdulillaah.. emang jamnya lapar.


Dinda ... ? mana ya ?


Nah, Soni keluar nggendong Dinda. Dinda nan secantik ibunya (sorry deh Son.. it's reality.. hehehe..) banyak banget dapat hadiah cincin dari orang-orang tersayang. Untung aja yang ngegendong termasuk kategori yang pada sayang ama Dinda, klo ga.. bisa ilang tuh cincin mas satu per satu, mana mas lagi mahal pula




 


Selagi Dinda sibuk nerima ucapan selamat, eh etek, tante and bundanya tetap aja nyalurin hobi "DIFOTO". Kurang lengkap klo tiap acara ga diselingin ama acara jepret sana jepret sini. Andaikan Dinda bisa protes, dia pasti akan bilang "Lho, kan hari ini aku bintangnya.. Kok tante-tante yang rame sih ... ?" hehehee..




 



 


Engga cukup sampe di sana, tiba-tiba muncul ide untuk berfoto di sawah. Aneh emang, kemana aja kaki melangkah.. tetap aja sawah jadi the best choice buat ngegaya. Ga berhasil cari motor, akhirnya kusetir mobil dengan pelan. Tiga penyanyi rumahan "Trio Ane Mega Nel" melantunkan lagu sehebring-hebringnya hahaha.. lagu sedih jadi kedengaran lucu banget, abiz mereka lebih sering lupa liriknya


Dasar emang tanpa rencana.. sawah dilewati gitu aja. After shalat, mobil melaju ke air terjun lembah Anai, dengan lagi-lagi alasan "nyari background yang bagus buat berfoto". Aha ! Acara akikah berubah judul jadi "jomblo time". Maaf ya Dinda... .


 

Foto-fotonya bisa dilihat di album. Masa sih ga tergoda buat ke Sumbar ?... dan mengabadikan momen indah seperti kita-kita ? sok atuh ditungguin ya........ !

Thursday, April 19, 2007

Pak Wo yang tulus

Setelah penat beraktifitas, becak jadi sarana transportasi yang sangat berarti buatku. Hingga di suatu senja hujan turun dengan derasnya. Diantar becak sampai depan pagar rumah tak lazim aku lakukan karena jalan menuju rumahku sangat jelek, tidak rata, banyak polisi tidur dan ada tanjakan sebelum melewati jembatan penghubung antara rumahku dengan perumahan di seberang kali. Untuk itu, aku lebih memilih untuk berhenti di gang yang berjarak kira-kira 30 m dari rumah. Tapi saat itu tak ada pilihan lain, hujan terlalu deras untuk ditempuh dan aku ga bawa payung atau mantel hujan, hingga aku minta diantar tepat sampai di depan pagar rumah. Karena jasanya, aku bayar melebihi ongkos seharusnya disertai ucapan terimakasih.


 


Di minggu lain, aku kembali menumpang becak seperti biasa. Waktu aku bilang “Udah, di sini aja Pak.” Eh bapak itu malah jawab “Kan masih jauh, nanti aja berhentinya dekat jembatan”. Aku baru sadar kalau bapak itu juga yang telah mengantarku ketika hujan deras minggu lalu. Ah, benar-benar ga tega melihat tubuh tuanya nan ringkih mendayung becak di jalan tak rata tersebut tapi dia tak menyerah. Tepat di dekat jembatan kayuhannya berhenti. Lagi, kubayar lebih dari harga seharusnya.


Suatu kali muncul pikiran nakalku. Apa mungkin dia mengantarku karena bayaran yang aku berikan? Hingga kuputuskan untuk membayar sesuai dengan ongkos seharusnya.


 


Subhanallaah…. Aku begitu terharu ketika hari-hari selanjutnya bapak tetap berkeras membawaku sampai ke tepian jembatan. Hingga akhirnya aku berkata, “Pak, jalannya sangat sulit untuk dilalui, nanti kalau hujan saya akan minta tolong bapak lagi untuk mengantar sampai depan pagar tapi kalau cuaca cerah begini, turunkan saya di depan gang aja.” Kemudian si bapak menjawab “Dulu saya sangka rumahmu memang di depan gang itu tapi ternyata masih jauh ke dalam. Saya merasa belum menyempurnakan pekerjaan jika tidak mengantar sampai tujuan.”


 


Tenggorokanku terasa tercekat. Betapa mulia hatinya, dalam kepenatan dia masih berusaha menyempunakan amalannya. “Panggil saja Pak Wo” begitu jawabnya ketika kutanya siapa namanya. Mungkin buat orang lain, Pak Wo bukan siapa-siapa tapi buatku dia seorang guru yang sangat istimewa.


 


Hanya sekedar berbagi pelajaran hidup yang mahal dari seorang penarik becak sederhana tentang arti “pengabdian” sesungguhnya, hanya kepada Allah yang menyukai orang-orang yang menyempurnakan amalannya. Wallaahu a’lam.


 


* Terimakasih Pak Wo, darimu aku belajar ketulusan

Saturday, April 14, 2007

Kopdar ama Tisha (shashakoe.multiply.com)

Senangnya bisa jumpa ama Tisha, Multiplyer yang punya ID sashakoe. Ada rasa yang ga bisa diungkap aja ketika selama ini komunikasi terjadi dunia maya sekarang jadi komunikasi nyata face to face.


 


Aku benar-benar kenal Tisha hanya lewat comment-comment nya di blog aku yang dilanjutkan dengan PM (hihihi biasa.. klo sekampung bawaannya kepengen tahu aja tinggal dimana), udah deh lanjut ama tukeran nomor hp. Nah, minggu kemaren Tisha ngesms dan bilang klo dia udah pindah ke Padang. Berbalas sms, telfon-telfonan tapi tetap aja belum puas klo belum ketemu. Ya udah, Sabtu (14 April 2007) sore aku coba telfon lagi (setelah jam “kerja rumah tangga” berakhir), pengen silaturahmi ke rumah rencananya tapi Tisha bilang dia mau ke toko. Waaaaah…. Makin asyik nih kayaknya.


 



Langsung aja Megha yang lagi di rumah (ssst…….. bawa oleh-oleh banyak banget dari Payakumbuh) aku ajakin ketemuan Tisha, tepatnya dekat IAIN Imam Bonjol dengan judul HUMAIRA (toko busana muslimah). Sepanjang jalan .. aku coba ngingat-ngingat wajahnya, hmm… soalnya Sha sempat berpesan “Masih ingat wajah Sha kan ni ? Jangan sampai salah orang” hahaha… jangan sampai kejadian deh.


 


Ternyata ga sulit nyari toko nya Tisha, di pinggir jalan. Pas mo parkir, si dianya udah senyum dari kejauhan …. Senyum udah ga terkontrol aja, happy banget! Kalimat pertama yang meluncur dari mulut kita berdua adalah “Ga beda ! Sama ama foto yang di MP”. Ternyata ga hanya wajah yang mudah dikenali tapi dari tulisan, kita juga bisa “nebak” pembawaan seseorang. Benar aja, Sha anaknya ramah banget dan ngobrolnya langsung nyambung kayak yang udah kenal lama.


 


Agenda selanjutnya, foto donk… (penting nih buat memotivasi Multiplyers lainnya. Megha dengan senang hati nolongin jepret sana jepret sini (eh Megha nya sendiri lupa difoto, moga aja ada di blognya Tisha ntar). Pokoknya meriah deh, mana tuan rumah beliin gorengan dan minuman… sore menjelang maghrib itu menjadi semakin indah.


 


Melihat busana-busana yang terpajang, naluri perempuan (hehehe… ga pas ya istilahnya ? biar deh) otomatis pengen belanja, abis model-modelnya bagus… Seleranya Sha bagus juga euy ! (eh Sha, ada fee promosinya kan ? hahaha.. kidding.. peace!). Ini mah beneran.. ! Aku naksir satu baju tapi sayang sekali… kekecilan buat tubuhku yang gede ini. Tapi tetap ga menyurutkan semangat, niatnya udah bulat, pengen belanja ! Jadi deh beli baju satu. Megha yang tadinya kelihatan ga larak-lirik malah beli baju ama jilbab. Sukses deh punya baju baru … !!


 


Makasih ya Sha… for your hospitality. Moga persaudaraan kita sampai surga.


 


Promosi nih buat teman-teman MP… Sha di usianya yang masih muda banget udah jadi dosen di Poltek Unand dan punya bakat entrepreneur yang tinggi .. berprestasi lah pokokna mah. Thanks God for sending me one more teacher in my life.


Hmm… kapan bisa ketemu ama teman-teman MP lainnya ya ?


Thursday, April 12, 2007

Tersirat...

ku memang tak pernah bertanya


bukan ku tak mau


sungguh ku tak berani


ku memang berharap


tapi bukan padamu


hanya pada Nya


walau ku tak pernah katakan


DIA mungkin tlah jawab


hingga ku sampai pada sebuah transisi


tapi ku tak menangis


karena ku masih bahagia


hanya


butuh ruang baru


rasa baru


walau sulit


ku harus


karena kau memang indah


dan akan tetap indah


walau kau tak pernah jawab


ku tahu ...


bahagiamu bahagiaku


ku yakinkan hati


 


 

Wednesday, April 11, 2007

Bagaimana cara ngurus visa ke USA ?

Hari ini aku dapat surat resmi sebagai undangan atas pengajuanku untuk mengikuti kursus singkat tentang Tsunami Preparedness di University of Washington. Ada senang dan ada engganya. Senangnya, aku dapat kepastian tentang keikutsertaan aku sebagai salah satu peserta. Engga nya, ternyata aku hanya boleh ngurus J-I Visa yang artinya aku ga boleh extend untuk keberadaanku di sana. Hm.. belum-belum aku udah mikirin reunian sama teman-teman ku di San Fransisco... Kata mereka, jarak dari Seattle ke Washington hanya dua jam pake pesawat dan mereka ingin sekali aku bisa stay lebih lama.


Aku ga mau mimpi teralu jauh dulu.


Buat teman-teman yang udah pernah ke Amerika, tolong aku donk please..


1. Gimana cara ngurus visa ?


2. Apa aja dokumen yang harus disiapkan ?


3. Ujian proficiency Englishnya susah engga ? (Englishku masih amburadul soalnya)


4. Haruskah nyiapin "uang tunjuk" seperti di Singapore ?


Terimakasih ya...


 


 

Friday, April 6, 2007

How if... ??

Nada pembawa pesan pada ponselku berbunyi, tertera sebuah pertanyaan dari seorang adik .


 


“Sist, if Allah don’t agree with ur will and gives u someone else, what do u think? Consider that u’ve waiting for long time.”


 


Lagi-lagi pertanyaan seputar usaha pencarian pasangan hidup yang menarik untuk dibahas. Kala itu aku menjawab,


 


“As human probably I will feel sad, but that’s natural, rite ? I have prepared my self. Good for us doesn’t mean good for Allah but Good for Allah must be good for us. No worry”


 


Aku ga mau terkesan bijak tapi aku berusaha untuk mensyukuri setiap episode hidup yang dikasih Allah. Semua orang pasti punya harapan, begitu juga terhadap seorang imam yang diharapkan bisa membimbing langkah hingga ke surga. Harapan itu bisa muncul begitu saja lewat pandangan pertama, pertemanan, ataupun lainnya. Nah, jika akhirnya harapan itu tak berujung seperti yang diharapkan bukan berarti Allah ga mengabulkan doa karena justru ketika kita melibatkan Allah di saat mengambil keputusan, maka apapun hasilnya.. itulah KEPUTUSAN TERBAIK.


 


Lagian aku punya prinsip, apapun bentuk perhatian dan komunikasi yang dijalin dengan someone tersebut bukan dilandaskan pada target agar dia bisa dimiliki tapi dengan itu aku bisa membahagiakan diri sendiri. Jadi, klopun jawaban dari Allah bukan dia yangmenjadi jodohku, no problem. Berarti akan ada somenone else. Ga ada di kamusku uring-uringan masalah cinta tak berbalas, ta’aruf yang ga berlanjut dan masalah remeh temeh lainnya seputar jodoh. Dia akan datang di saat yang telah dijanjikan. Maka, tugas kita hanyalah menjaga silaturahmi dengan dia yang telah pernah dikirimnya kepada kita. Bukankah pengalaman itu sebentuk rezki yang istimewa ? Bukankah kita pernah merasakan sangat bahagia ketika “jatuh cinta” padanya ?


 


Lalu ? Nikmati saja… Balasan ketulusan hanya datang dari Allah..


 


* Tuk sobatku, don’t ever give up ! Allah will send him to you. Just be patient.

IPDN/STPDN ... sisi lain

Heboh tentang tindakan kekerasan di STPDN atau IPDN sebagai nama baru yang diharapkan bisa merubah budaya itu, sepertinya udah ga perlu dibahas lagi. Banyak hal yang menyebabkan “budaya” itu bertahan dan seakan tak pernah menemukan solusinya.


 


Aku hanya penasaran dan ingin membuat opini sendiri bahwa pelaku kekerasan di lembaga pendidikan tersebut bukanlah orang yang mempunyai motivasi kuat berada di sana. Logikanya, jika seseorang punya niat sungguh-sungguh untuk melakukan sesuatu maka apapun yang berhubungan dengan “sesuatu” itupun akan menjadi kesenangannya yang berefek bisa membahagiakan lingkungan sekitarnya. Seyogyanya dia bercita-cita untuk melakukan dan menjadi yang terbaik, memberi kebanggaan kepada orang tua dan penghargaan untuk diri sendiri. Begitu banyak list kebaikan yang dibawa oleh kata sederhana bernama “niat”. Yang menjadikan kata ini masuk akal untuk selalu menjadi bagian pertama dari setiap rukun ibadah bagi seorang muslim. “Innamal a’malu bin niat”. Takkan ada satu sanggahan pastinya untuk ini. Niat adalah hasil komunikasi hati dan pikiran –dua piranti istimewa yang diberikan Allah hanya untuk makhluk yang bernama manusia.


 


Sehubungan dengan itu, aku lebih tertarik untuk menulis tentang lulusan STPDN yang sama sekali tidak terkontaminasi dengan “virus” kejahatan di kampusnya. Dari berbagai talkshow atau kupasan lainnya di media elektronik, semua orang juga bisa tahu bahwa setiap siswa STPDN pasti pernah merasakan “penderitaan” atas usaha pencapaian cita-cita mereka. Tentunya, ada pemberontakan saat perlakuan itu mereka terima, ada harga diri yang merasa sangat dilecehkan karena boleh jadi selama ini mereka belum pernah mengalami hal tersebut di dalam hidup. Banyak dari mereka adalah anak yang menerima kasih sayang yang sempurna dari orang tua dan saudara-saudaranya. Pastinya banyak pikiran yang berkecamuk saat itu, “melakukan pembalasan” kepada siswa baru di tahun ajaran berikutnya mungkin menjadi salah satu dari sekian banyak “bisikan hati”.


 


O o.. ! Sama sekali aku takkan membuat itu menjadi sebuah pembenaran. Justru yang aku ingin kemukakan adalah : seseorang yang punya konsep diri yang baik takkan terbawa oleh situasi apapun yang tak dikendaki oleh kesejatiannya yang terikat dengan kesejatian dan keindahan Sang Khalik. Mungkin ga adil kalau aku bisa berkata ini hanya karena aku punya seorang teman lulusan STPDN yang sangat santun, simple dan sama sekali tak punya kesan arogan. Karena aku berkeyakinan kalau bukan hanya dia seorang! Banyak !!


Sayang seklai publik punya akses terbatas untuk mengetahuinya, tak ada publikasi khusus untuk ini. Sebagai outsider aku ingin memandang segala sesuatunya secara objektif.


 


Sama seperti yang lain, aku muak sekali mendengar cerita membangun kedisiplinan dengan jalan kekerasan. Tapi aku ga mau menambah panjang daftar kritikus dalam hal ini. Sangat tidak adil bagi siswa, orang tua, dan lulusan STPDN yang seharusnya punya kebanggaan atas prestasi yang telah diperoleh. Ekspose tentang “keburukan” kampus yang mereka cintai tentunya menorehkan rasa sedih yang tak mungkin mereka kemukakan karena memang tak ada stasiun televisi yang mau menayangkan. Dunia pun tahu bahwa “Bad news is good news” (for press).


 


Maka, mungkin solusinya adalah : seleksi penerimaan siswa baru harus lebih diperketat dengan adanya pengkajian motivasi dan emosional calon siswa hingga sanksi-sanksi yang dibangun dan diterapkanpun lebih mengedepankan perubahan prilaku melalui pendekatan emosional. Wallaahu a’lam.


 


Akhirnya aku ingin mengungkapkan rasa salutku kepada orang tua yang telah membekali anak-anak mereka dengan pendidikan, kecerdasan spiritual dan konsep diri yang kuat hingga sang anak tak menjadi oknum pelaku tindakan kekerasan tersebut. Rasa banggaku buat teman-teman lulusan STPDN/IPDN yang mampu menjadi abdi Negara yang santun dan rendah hati.  Moga menjadi lebih baik di masa depan, mengedepankan ilmu dan tak lagi ada pengkhianatan dari “siswa” berupa pencorengan nama baik terhadap kampus mereka sendiri.


 


* Rasa geramku kepada dosen dan siapapun penentu kebijakan di kampus tersebut

Tuesday, April 3, 2007

Big Surprise from University of Washington


On February 27, 2007 I got email from Prof. Kerry Sieh -one of Kogami's advisor that there was an opportunity for having training about Tsunami preparedness in University of Washington, followed by similar email from Frank Gonzales, one of the team. I checked the website and read the guidance especially how to apply. I just had three days to send the application letter and recommendation from supervisors.

Thank God, Tony Litwak and Dr. Febrin took short time to complete all documents I need.

Nothing to lose in my mind, I just did my best in writting application letter and resume and submit to :


 

Big surprise, a week later I got email from the submission team as written below:

 

 

Dear Ms. Dewi,

 

Congratulations!  The attached letter confirms your acceptance into the University of Washington Extension Tsunami Certificate Program.  It is written in Adobe Acrobat .pdf format and can be read with Acrobat Reader (available as a free download at  http://www.adobe.com/products/acrobat/readstep2_allversions.html).

 

Best regards,

The Tsunami Certificate Program Team

 

Now, I am waiting for the next guidance from the organizing committee. Wish me luck please...

Alhamdulillah.... for all good things you have been giving to me.

Thanks for parents, brothers, sisters, and friends.

Especially for Tony Litwak, Prof. Kerry Sieh, Dr. Febrin and all advisors of Kogami.

Ada apa dengan Pencinta Alam?

Sebuah perbincangan menarik berlangsung antara aku yang sangat PD mengakui diri sebagai seorang pencinta alam dengan seorang adik mapala dari sebuah universitas di Padang. Dia berkata bahwa kecenderungan mahasiswa untuk menjadi Mapala menurun drastic bahkan untuk tahun ini hanya ada 20 orang anggota baru yang bergabung padahal mahasiswa baru jumlahnya ribuan. Terkesan Mapala tidak lagi diminati sebagai aktifitas sampingan di dunia kampus. Benarkah Mapala kalah bersaing oleh unit kegiatan mahasiswa lainnya. Kalau iya, kenapa ?


 


Menurutku konsep yang diajukan Mapala dengan serangkaian tes fisik yang ketat tidak lagi relevan. Apakah memang Mapala identik dengan mendaki gunung, memanjat tebing, lintas pantai, dan sejenisnya hingga diperlukan fisik yang tangguh ? Dan setelah melewati serangkaian pekerjaan sulit tersebut dan dilantik, maka orang itu telah sah dinyatakan pencinta alam? Padahal untuk mencintai alam menurutku tidak ada kaitannya dengan kekuatan fisik tapi lebih kepada kekuatan hati yang benar-benar merasa bagian dari alam. Lalu, masihkah dikatakan seorang pencinta alam jika seorang Mapala menolak permintaan ibunya untuk mengisi tanah-tanah di pot tanaman karena sang ibu merasa unsur haranya tidak lagi menyokong pertumbuhan dan perkembangan tanaman? Bukankah itu bagian dari pekerjaan sebagai pencinta alam. Sepele memang tapi hal sepele inilah yang menjadi penentu eksistensi dari pencinta alam itu sendiri. Trus gimana dengan anggota Mapala yang dengan antengnya merokok di antara keramaian bahkan di depan bayi ketika di angkot ? Gimana bisa dibilang pecinta alam, mencintai dirinya sendiri juga sulit.


 


Kemudian, masihkah boleh dikatakan pencinta alam jika akhirnya sekumpulan mahasiswa yang menggabungkan dirinya pada sebuah nama pencinta alam menjadi begitu eksklusif dan mengkristal sehingga teman-teman di luar lingkaran pencinta alam serasa menjadi outsider?


 


Maka, aku yang bersikukuh menyatakan diri sebagai seorang pencinta alam walaupun tak pernah terdaftar pada sebuah lembaga pencinta alam manapun ingin mengajak kita semua untuk memperbaharui konsep penerimaan Mapala atau Sispala. Jika ingin tetap eksis, maka tes fisik yang sulit harus dikaji ulang karena aku yakin banyak sekali yang ingin bergabung tapi punya keterbatasan dalam hal fisik. Kalaupun akhirnya dibutuhkan tim yang tangguh untuk segala macam lomba, tinggal saja bentuk sebuah kelompok khusus. Yang punya keterbatasan fisik tadi juga pasti sadar diri untuk tidak terlibat. Tapi sekedar bocoran aja buat yang ngaku fisiknya lemah.. Gunung dan bukit itu sangat indah.. lembah juga, pantai.. ah semuanya indah dan kita ga akan ngerasa cape untuk menjelajahinya. Really!


 


Ini hanya sekedar opini, karena setiap manusia tentunya punya kecenderungan sebagai pencinta alam karena Allah memang menyediakan alam untuk menopang kehidupan, kecuali yang kufur nikmat tentunya. Wallaahu a’lam.